Sinopsis The Heirs Episode 1 - 2

Sinopsis The Heirs Episode 1 – 2



Sama seperti Eun Sang yang sedang berkemas-kemas, Rachel pun begitu. Hanya saja barang yang dikemas lebih banyak dan lebih heboh. Sepatu ini atau itu?

Ibu Rachel tak suka melihat anaknya pergi dalam jangka waktu yang lama. Mengapa tak mengundang Tan datang ke Korea saja? Rachel langsung berkata sinis kalau ibunya bisa mengundang Tan untuk menghadiri pernikahannya. Ibu Rachel tahu kalau anaknya tak setuju, tapi ia tetap akan meneruskan pernikahannya, “Kalau kau memang begitu, kau bisa mencoret namamu di daftar warisan.”
Rachel juga tak suka mendengar ibunya selalu menggunakan ancaman yang sama sejak dulu. Ibunya kalem menjawab kalau ancaman itu selalu efektif setiap saat ia gunakan. Rachel bertanya apa yang membuat ibu ingin menikahi pria itu, “Ibu pasti sudah mendengar gosip. Dan tadi kita juga melihat ia melakukan kekerasan fisik. Atau.. ibu benar-benar sudah jatuh cinta?”
“Yoo Rachel!” seru ibu kesal. Tapi Rachel langsung membalas, “Apakah ibu tak ingat dengan ayah saat memanggilku seperti itu? Atau ibu ingin mengubah namaku menjadi Choi Rachel?”
Ibu menghela nafas menahan sabar, “Kau punya tunangan yang bisa kau gunakan sebagai tempat pelarian, jadi kurasa hidupmu tak terlalu sulit. Sampaikan salamku padanya.”
Walau ibunya sudah pergi, Rachel masih tetap merasa kesal. Ia pun menelepon Tan.
Kita dibawa mengunjungi mansion Tan dengan segala fasilitasnya, dan mendengarkan suara Tan, “Saat aku ditendang ke California untuk pertama kalinya, yang terpikir di benakku adalah ‘setidaknya aku bisa makan kacang sepuas-puasnya’. Dan mulanya aku berpikir untuk menjadi pemberontak saja seperti anak haram pada umumnya. Tapi akhirnya aku memutuskan untuk bersenang-senang seperti saran kakak.


Walaupun jadinya, selalu ada polisi yang sekarang mengawasiku. Dan aku menjadi pusat perhatian di sekolah. Aku juga membuat ibuku di Seoul menangis setiap hari.”
Jay muncul, dan kenapa anak ini lebay banget, ya? Jay melemparkan handphone Tan yang terus berdering. Tapi Tan hanya menangkapnya dan menaruhnya saja setelah melihat siapa peneleponnya. Rachel.
Tan mengungkapkan kalau sebentar lagi adalah anniversary pertunangannya yang pertama dan telepon dari tunangan itu berarti  Rachel sekarang mau naik pesawat, atau sudah ada di dalam pesawat, atau sudah turun dari pesawat.
Jay, si lebay, berkata, “Kelihatannya kau seperti  merasa hal itu bukanlah suatu hal yang menarik.” Tan nyengir  dan memakai topinya dengan gaya, “Tidak, aku selalu kelihatan menarik.” Jay, si lebay, tertawa mendengar ke-pede-an Tan.
Tan mengajak Jay untuk pergi ke pantai, karena ia terlalu malas untuk merayakan ulang tahun pertunangannya.
Eun Sang tiba di bandara Los Angeles dan nampak gugup jika tak mau disebut ketakutan. Berada di tengah dunia yang asing itu, ia menenangkan diri dengan mengatakan kalau ia adalah 15 besar di sekolahnya. Eun Sang mulai melafalkan Can I get a city map? - Where is the subway station dari selembar kertas yang selalu ia pegang erat seakan itu adalah penyelamat hidupnya.
Di luar bandara, ia melihat seorang gadis sedang menelepon dalam bahasa Korea. Mendengar bahasa ibu, ia langsung menangkap apa yang gadis itu bicarakan. Eun Sang melirik penampilan gadis itu yang modis dari ujung rambut sampai ujung kaki.
Gadis itu berkata pada orang di handphone kalau ia sudah sampai dan Tan ada di sampingnya sedang memasuk-masukkan barang ke dalam mobil, “Ia semakin keren dan sekarang lebih tinggi. Kulitnya juga bertambah coklat karena kena matahari California.”
Eun Sang melirik ke orang yang memasuk-masukkan barang dan tahu kalau gadis itu sedang berbohong. Gadis itu, Rachel, tak sengaja melihat Eun Sang dan berkata sambil mengawasinya, “Kata Tan, aku juga semakin cantik.”
Eun Sang tersenyum mendengar kebohongan yang diucapkan. Dan Rachel semakin yakin. Ia pun menutup telepon dan memanggil Eun Sang, “Apa kau tadi menertawakanku?”
Eun Sang pura-pura bingung dan berkata dalam bahasa Jepang, “Annoo..  Maaf, saya adalah orang Jepang.”
Rachel menjawab sinis dengan bahasa Jepang yang tak kalah fasih, “Kalau kau orang Jepang, maka kau tadi seharusnya tak menguping saat aku berbicara dengan bahasa Korea.”
Eun Sang pun minta maaf dan berkata kalau ia tadi bukan menertawakan Rachel, tapi ia tertawa karena merasa senasib dengan Rachel, “Tak hanya aku yang merasa tak disambut di sini. Seperti itulah..”
Setelah menjelaskan, Eun Sang buru-buru pergi tanpa menunggu reaksi Rachel.
Tempat pertama yang dikunjugi Eun Sang adalah pantai. Melihat banyak bule di pantai, ia bergumam, “Jadi aku benar-benar ada di sini..”  Dan melihat gadis-gadis berbikini, ia hanya mengintip dadanya yang tertutup kaos dan kembali bergumam, “Apa karena makanan yang aku makan berbeda, ya?” Haha..
Sebelum pergi, Eun Sang melihat Tan yang baru saja selesai surfing dan berpikir kalau banyak sekali orang yang beruntung bisa hidup enak. 
Tan pun sempat melihat sekelebat sosok Eun Sang. Jay si lebay, mengajak Tan untuk pergi ke pesta salah satu temannya. Tapi Tan menolak.
Eun Sang akhirnya sampai ke alamat tempat tinggal kakaknya. Tapi ia ragu melihat kondisi rumah yang tak terawat. Ia mendengar suara wanita dan mengira itu adalah kakaknya. Betapa kagetnya saat melihat wanita tak ia kenal membuka pintu dengan buru-buru mengancingkan roknya.
Saking kagetnya, Eun Sang bertanya dalam bahasa Korea, bertanya apakah ini benar rumah Cha Eun Suk. Wanita tak mengerti ucapan Eun Sang dan memanggil, “Chris!!” Keluarlah pacar Eun Suk. Ahh.. jadi ini selingkuhan pacarnya Eun Suk.
Eun Sang langsung membuang pandangannya saat melihat seorang pria keluar dengan bertelanjang dada. Ia membuka-buka catatannya, untuk bertanya dalam bahasa Inggris. Tapi pria itu mengenalinya, dan menyapa, “Eun Sang?”
Eun Sang tak menduga rumah kakaknya berantakan dan jorok seperti ini. Dari ruang sebelah, selingkuhan Chris marah-marah, menganggap Eun Sang adalah pacar Chris yang lain, “Apa kau sekarang suka dengan anak-anak?” Wanita itu pergi setelah marah-marah lagi.
Chris santai melihat selingkuhannya pergi. Ia menghampiri Eun Sang yang langsung bertanya apakah Chris ini suami kakaknya? Chris tertawa mendengar pertanyaan konyol itu. Tentu saja ia bukan suami Stella (nama Amerikanya Eun Suk) dan Stella tak kuliah. 
Kekesalan Eun Sang sudah sampai di ubun-ubun hingga ia membentak Chris, “Dimana gadis jahat itu sekarang?!!”
Tan sibuk menulis di buku dan Eun Suk menghampirinya. Sambil menuangkan kopi, Eun Suk bertanya apa yang sedang Tan lakukan. Tan menjawab pendek, “Aku sedang mengerjakan tugas kampus.” Eun Suk melirik buku Tan dan berkata kalau Tan tak seperti mengerjakan tugas.
Ha.. semua orang pasti juga tahu. Mana ada ngerjain tugas kampus pake tulisan tangan? Yang ada pake laptop dan kirim via email.
Tapi Tan berkilah kalau itulah alasan ia mengerjakan dengan cara seperti ini, “Ini adalah cara pemberontakanku.” Eun Suk penasaran. Pemberontakan pada siapa? Dosennya? Kali ini Tan tak menjawab dan berterima kasih atas kopinya. Eun Suk mengerti kalau ia sudah harus diam, maka ia tersenyum dan pergi.
Tan kembali menulis di bukunya. Dan, wow.. tulisan tangannya adalah latin bersambung. Wihh… Ia menulis : Saat aku menulis, aku menulis apa yang sedang kupikirkan. Sesuatu yang dilarang oleh kakakku.
Dan si kakak yang selalu memenuhi benak Tan, sekarang sedang memimpin rapat direksi. Namun wajahnya terlihat marah saat mendengar laporan tentang penjualan di mall premium yang telah mereka dirikan tak memenuhi target.
Salah satu manajer mengusulkan kalau mereka perlu meningkatkan belanja iklan (Won : “Berarti harus keluar uang lagi?”) atau memperluas  target konsumen dari orang-orang kaya saja menjadi keluarga (Won : “Kalau begitu sejak semula aku akan membangun taman bermain bukannya mall premium”)
Saat tahu kalau laporan pertengahan tahun ini sudah sampai ke tangan para manajer dari seminggu yang lalu, ia bertanya siapa lagi yang sudah menerima laporan ini? Ayah Chan Young yang sedari tadi mengikuti rapat dengan bosan, berkata, “Presdir Kim sudah tahu.”
Hal itu membuat Won geram dan bertanya, “Jadi Presdir Kim sudah tahu betapa tak becusnya aku selama seminggu ini walaupun dia ada di rumah? Sedangkan aku  baru mengetahui hal ini hari ini padahal aku setiap pagi pergi ke kantor?”
Ayah Chan Young yang selanjutnya akan saya tulis sebagai Sekretaris Yoon, berkata kalau sebenarnya Presdir Kim ingin datang ke rapat ini. Won memandangi satu persatu anggota rapat dan berkata kalau ia sudah merasa ayahnya ada di sekitar mereka, “Siapa saja dari kalian yang menjadi mata dan telinganya?”
Semua orang menghindari bertatapan dengan Won. Sekretaris Yoon memberitahukan kalau Presdir Kim menitipkan pesan, yaitu : Untuk menjaga perkebunanmu, kau harus memperlakukan para petani penyewa dengan baik, dan bukannya para pemilik tanah.
Hmm.. sepertinya hubungan ayah dan anak Kim ini tak begitu baik.
Tan melihat gadis yang ia tadi lihat di pantai, sekarang berdiri di hadapannya di luar restoran. Tapi gadis itu tak melihat ke arahnya melainkan ke belakangnya. 
Ia pun menoleh ke belakang dan melihat gadis itu memperhatikan Eun Suk yang sedang berbincang-bincang intim dengan salah satu pengunjung bahkan diam saja saat menerima tip yang diselipkan ke dalam bajunya.
Tan terus mengawasi gadis itu, yang sekarang berkaca-kaca, seakan tak percaya melihat Eun Suk hanya tersenyum digodai di sana sini oleh para pengunjung pria. Ia  dapat menangkap kesedihan dan kemarahan dalam diri gadis itu.
Akhirnya Eun Suk menghampiri meja Tan untuk mengisi cangkir kopinya. Ia membuka percakapan dengan Tan, tapi Tan tak menjawab. Tatapan matanya tak pernah lepas, membuat Eun Suk penasaran dan menoleh pada obyek yang dilihat Tan. Eun Suk terbelalak melihat adiknya sekarang ada di hadapannya.
Tan hanya diam, dan menonton Eun Suk yang sekarang menghampiri Eun Sang dan bertanya mengapa Eun Sang kemari? Apakah ibu baik-baik saja? Eun Sang marah karena Eun Suk masih berani menyebut nama ibu mereka, “Berapa banyak kebohongan yang telah kau katakan? Pernikahan? Kau menemukan pria yang baik? Kau kuliah di universitas? Kau benar-benar gila!!”
Eun Suk tak menjawab. Ia malah berjongkok dan membuka koper Eun Sang.
Eun Sang tak percaya melihat kakaknya malah membongkar kopernya, mengobrak-abrik isinya dan malah bertanya apakah Eun Sang membawa uang. Ia tahu kalau ia sekarang kena karma karena ia berniat pergi ke Amerika untuk meninggalkan ibu dan tinggal bersama Eun Suk.
Eun Suk terus membongkar koper tapi ia tak menemukan uangnya. Ia melemparkan barang-barang Eun Sang termasuk notes milik ibu.  
Eun Sang menjadi marah dan mendorong kakaknya, menyuruhnya berhenti. Kakak adalah harapan terakhirnya dalam dunia yang sangat menyebalkan ini dan selama ini ia mampu menahan semua tekanan ini, “Kau tahu kenapa? Karena aku selama ini terus bertahan menghidupi diriku sendiri sampai kau kembali!”
Eun Suk meminta maaf dengan nada datar dan meminta Eun Sang untuk memaafkannya sekali lagi. Ia akhirnya menemukan amplop uang dari ibu. Eun Sang melarang kakaknya untuk menyentuh amplop itu. Tapi Eun Suk malah menyuruh Eun Sang untuk kembali ke Korea dan ia akan menelepon ibu nanti.
Eun Sang berteriak separuh marah separuh menangis, melarang kakaknya pergi dengan uang itu. Apa kakaknya tak tahu kalau ibu bekerja sangat keras untuk mengumpulkan uang itu? Tapi Eun Suk tak mendengarnya dan lari.
Eun Sang terus menangis dan memanggil kakaknya, bingung antara ingin mengejar kakaknya tapi takut kehilangan barang-barang di kopernya. Buru-buru Eun Sang memasukkan semua barangnya dan terus memanggil kakaknya, meminta kakaknya untuk menunggunya. Tan yang sedari tadi tak melewatkan sedikitpun apa yang terjadi, hanya bisa menatap Eun Sang dengan iba.
Tiba-tiba momen itu dirusak oleh Jay yang tiba-tiba muncul dan dengan berisik berkata kalau mereka harus segera pergi ke pesta teman mereka. Tan menyuruh Jay diam. Namun entah Jay sedang kerasukan apa, ia melihat arah pandangan Tan dan langsung berkata kalau gadis itu seperti malaikat yang jatuh dari langit.
Mendadak Jay melihat bungkusan serbuk di koper Eun Sang dan berkata kalau Tan tak perlu khawatir. Ia langsung lari dengan girang. Ya ampun.. si Jay ini nganggap Eun Sang bawa narkoba, ya?
Tan menyadari kalau Jay sudah salah sangka. Ia pun lari mengejar Jay, namun Jay sudah keburu sampai di depan Eun Sang. Ia merebut kantong tepung kedelai itu dan langsung. Eun Sang bengong, shock melihat ada orang yang mengambil barangnya, “Apa aku baru saja kecopetan?”
Eun Sang pun langsung mengejar Jay hingga ke pinggir pantai. Si Jay ini mungkin memang lagi mabuk, karena lari saja nggak bisa, bahkan dia sampai jatuh menabrak net voli pantai. Eun Sang langsung merebut kantong itu, tapi Jay tak mudah melepaskannya. Akhirnya mereka tarik-tarikkan hingga isi kantong terburai hingga mengenai wajah Jay.
Betapa kagetnya Eun Sang saat melihat Jay berkelojotan, seperti tak bisa bernafas. Tan yang akhirnya berhasil mengejar mereka, mencoba menyadarkan Jay. Tapi Jay sudah pingsan. Tan menyuruh Eun Sang untuk menelepon 911.
Tapi Eun Sang berkata kalau ia tak membawa handphone. Kemudian ia terbelalak baru sadar kalau Tan tak berbahasa Inggris, “Kau orang Korea?”
“Apa itu penting?” sergah Tan kesal.
Akhirnya Jay dibawa ke rumah sakit dan dokter mengatakan kalau Jay pingsan karena alergi akut. Apakah Jay memiliki alergi? Tan menjawab kalau Jay alergi kacang. Eun Sang langsung menyambar kalau tepung itu adalah memang tepung kedelai. Tan menoleh dan menjawab masam, “Aku tahu.”
Eun Sang langsung diam mendengar jawaban tak enak dari Tan. Dokter meminta Tan untuk mengisi formulir pendaftaran. Eun Sang bertanya baik-baik pada Tan tentang kondisi Jay, tapi Tan malah menyentaknya, kenapa juga Eun Sang membawa tepung kedelai seperti itu? Eun Sang heran melihat Tan malah marah padanya, “Temanmu yang mencurinya dan dia yang pengguna narkoba..”
“Dia hanya mabuk,” bentak Tan, “Jika ia benar-benar pecandu, ia langsung bisa membedakan antara makanan dan narkoba.”
“Jadi kau sekarang menyalahkanku? Di sini aku adalah korban.”
“Di sini aku yang harus menanggung semuanya,” tukas Tan dan langsung meninggalkan Eun Sang.
Masalah kembali muncul dengan adanya polisi yang menyelidiki bungkusan yang dimiliki Eun Sang. Walau Eun Sang sudah meyakinkan dengan bahasa Inggris yang belepotan kalau tepung itu adalah makanan, polisi itu tak percaya. Ia meminta paspor Eun Sang dan mengira Eun Sang adalah remaja di bawah umur. Polisi itu bertanya alamat tempat tinggal Eun Sang dan curiga kalau Eun Sang masuk dengan cara illegal.
Eun Sang tak bisa mencerna semua ucapan polisi itu dan meminta polisi itu untuk berkata lebih pelan, “More slow, please..”
Mendadak ada tangan yang merangkulnya, “It’s okay, baby. She’s my girlfriend. She’s just here for vacation,” kata Tan sambil memandang Eun Sang seromantis mungkin, untuk menyelamatkan gadis itu dari penyelidikan lebih lanjut.
Tapi kebetulan saja polisi yang mengurusi hal ini adalah polisi yang sering bertemu dengan Tan. Bukan bertemu untuk minum kopi bersama, tapi sepertinya karena Tan sering berbuat onar. Melihat Eun Sang memiliki hubungan dengan Tan, polisi itu malah memutuskan untuk menyelidiki lebih dalam lagi. Ia akan menyita paspor Eun Sang dan akan memberikannya setelah semua penyelidikan selesai.
Eun Sang bertanya pada Tan atas apa yang baru saja terjadi. Tapi Tan tak menjelaskan lebih lanjut, malah bertanya, “Kenapa kau berbicara denganku menggunakan banmal (bahasa informal)?” Eun Sang berkilah kalau tak ada tingkatan bahasa di dalam bahasa Inggris. Tan langsung menukas dengan kesal, “Tapi kau kan tak berbahasa inggris saat berbicara denganku.”
“Kalau begitu anggap saja kita bicara dalam bahasa Inggris,” tukas Eun Sang tak mau kalah. “Aku juga melihat umur temanmu di status pasien. Umurnya sama denganku. Berarti umurmu juga sama denganku, kan?”
Tan berdehem, ia kalah bicara. Dan Tan pun bertanya mengapa Eun Sang buang-buang waktu di sini? Dimana Eun Sang tinggal? “Aku harus tahu kemana aku harus menghubungimu saat polisi meneleponku.”
Eun Sang tak tahu dimana ia harus tinggal, dan ia ingin pinjam handphone Tan agar bisa menghubungi kakaknya. Tan langsung bertanya apa mungkin kakaknya mau menerima teleponnya setelah pertengkaran tadi? Eun Sang terkesiap kaget, tak menyangka Tan melihat peristiwa tadi.
Tan pun bertanya lagi, “Kau tak berpikir untuk menelepon agar diijinkan tinggal di rumahnya, kan?”
Eun Sang menunduk. Walau memang hal itu yang ada dipikirannya, tapi ia tak membiarkan Tan mengetahuinya, “Itu bukan urusanmu. Dan seperti yang tadi kukatakan, semua ini 100% bukan kesalahanku, jadi kau harus mau mengantarkanku.”
Takut Tan akan menolaknya, Eun Sang langsung mengusulkan kalau ia akan membayar bensinnya. Tan langsung menembak, “Kau pikir uang dapat menyelesaikan semuanya? Apa kau ini kaya?”
Eun Sang menunduk dan bergumam, “Aku takut kalau kau akan meninggalkanku. Kumohon..”
Tan memandang gadis yang berdiri di hadapannya. Setelah berdebat cukup lama dengan Eun Sang, Tan tak menyangka akan mendapat jawaban seperti itu.
Maka ia pun mengantarkan Eun Sang ke rumah Eun Suk. Eun Sang mengatakan kalau ia akan menelepon Tan 3 kali sehari, setiap jam 8 pagi, 12 siang, dan 3 sore, “Kau dapat mengangkat telepon jika kau sudah memegang pasporku. Selain itu, kau hanya perlu mengabaikannya.”
Eun Sang pun menarik kopernya, dan Tan menunggu Eun Sang hingga masuk ke dalam rumah. Tapi Eun Sang tak segera masuk rumah karena pintu rumah tak terbuka walau Eun Sang mengebel berkali-kali dan memanggil nama kakaknya.
Tan akhirnya keluar mobil dan bertanya apakah Eun Sang masih mau menunggu di luar? Apa Eun Sang tak pernah mendengar tentang jalanan di Amerika saat malam hari?
“Jangan menakutiku,” sekarang Eun Sang jadi takut.
“Apa kau pikir ia akan pulang setelah kabur membawa uangmu?”
Kali ini Tan benar juga. Tapi Eun Sang tetap tak bergerak dari tempatnya. Akhirnya Tan menyerah dan berkata, “Sesukamulah.” Ia masuk ke dalam mobil dan segera pergi.
Sendirian dalam lingkungan yang tak mengenalinya, Eun Sang duduk di tangga teras. Suara sirine polisi menambah seramnya malam. Sekelompok remaja melewati rumah Chris dan melihat Eun Suk duduk. Mereka menyapa dan menggoda, membuat Eun Sang bersembunyi ke dalam balik tembok. Anak-anak itu berlalu, tapi mereka sudah cukup membuat saraf Eun Sang tegang.
Ia memutuskan untuk pergi dari rumah itu dan mulai berjalan pergi. Tapi tiba-tiba terdengar derum mobil yang berhenti tepat di belakangnya. Eun Sang menoleh dan terbelalak melihat Tan menatapnya dan berkata, 
“Apa kau mau menginap di rumahku?”

Komentar :
Dua orang yang sama-sama sinis memandang hidup, akhirnya bertemu. Sejak Tan melayangkan pandangan ke Eun Sang, ia sudah tertarik. Ia semakin tertarik saat melihat gadis itu menangis dengan isi koper terburai semuanya.
Kim Eun Sook, scriptwriter-nim benar-benar serius saat mengatakan kalau karakter Lee Min Ho akan berbeda dan drama ini akan berbeda dengan Boys Before Flowers. Karena menurut saya Kim Tan tak mirip dengan Gu Jun Pyo. Tapi Young Do-lah yang mirip dengan Gu Jun Pyo. Sadar punya kekuasaan dan suka membully teman-teman yang lemah. Persis seperti Gu Jun Pyo di awal-awal episode.
Kim Tan malah mirip dengan Ji Hoo. Cuek, tak pedulian, dan cenderung apatis pada semuanya.
Lee Min Ho dan Jay.. benar-benar pasangan yang unbelievable. Akting Lee Min Ho keren, tapi bahasa Inggrisnya nggak meyakinkan sebagai orang yang sudah lama tinggal di Amerika dan gila pesta. Kenapa nggak pake dubbing aja, ya?
Dan Jay.. duh.. bahasa Inggrisnya sih bagus, namanya juga native. Tapi kenapa lebay banget? Matanya itu loh..selalu terbelalak saat Tan menjawab pertanyaannya, sepertinya ia terpana melihat reaksi Tan yang cool banget. Overacting banget, deh..
Dibanding inggris yang jelek, saya lebih kesel liat acting yang jelek. Dan Jay ini, haduhh… aktingnya nggak karuan. Jauh lebih mending si Chris, pacarnya Eun Suk.
Jadi, sori. Saya berharap episode 2 nanti, Kim Tan dan Eun Sung sudah balik ke Korea (pasti nggak mungkin), atau dunia hanya milik Tan dan Eun Sang berdua saja, deh. Atau..semoga Jay tetap dirawat di rumah sakit sampai Eun Sang dan Tan balik ke Korea.
Episode 1 ini menceritakan awal pertemuan Kim Tan dan Eun Sang. Walau mereka bertemu di 10 menit terakhir saja, tapi saya maafkan karena Tan mau balik lagi untuk menjemput Eun Sang. Fanny lebih beruntung karena bisa menulis tentang mereka banyak-banyak, dan semoga saja si Jay masih terkapar di rumah sakit, biar Fanny nggak banyak ngeskip adegan si lebay.
 
Next episode ^^

 

Post a Comment

0 Comments