Eun Sang
melangkah masuk ke bandara dan tertegun sejenak melihat Rachel memeluk
Kim Tan. Tak ingin menganggu mereka, Eun Sang berbalik menarik kopernya
pergi.
Tapi Kim Tan melihatnya. Tanpa pikir panjang, ia langsung memanggil gadis itu, "Cha Eun Sang. Berhenti di situ".
Rachel melepas pelukannya dan kaget melihat Eun Sang. Eun Sang terpaku bimbang, perlahan-lahan ia berbalik menatap Kim Tan.
"Masuklah. Telpon aku jika sudah sampai", kata Kim Tan pada Rachel, lalu meninggalkannya, buru-buru menghampiri Eun Sang.
"Kenapa kau tidak meneleponku?. Temanmu tidak memberitahumu?", tuntut Kim Tan pada Eun Sang.
"Dia memberitahuku", jawab Eun Sang menundukkan pandangan-nya.
Kim Tam marah, "Jadi kau harusnya meneleponku!. Apa kau akan pulang ke Korea sekarang?".
Eun Sang mengangkat wajahnya, "Apa yang ingin kau katakan?".
Kim Tan
mengambil ponsel dan menyodorkanya pada Eun Sang, "Ini....Berikan nomor
ponselmu!". Karena Eun Sang diam saja, Kim Tan bertanya, "Ada apa?".
Eun Sang
melirik Rachlel. Ia bisa melihat kemarahan dan kesedihan di wajah gadis
itu. Sadar akan posisinya, Eun Sang menolak memberikan nomor ponsel,
"Aku berterima kasih. Aku telah mengucapkan terima kasih. dan juga telah
mengucapkan selamat tinggal. Aku sudah mengatakan semuanya. Jadi jangan
tinggalkan tunanganmu sendirian hanya untuk menanyakan hal seperti
itu".
Eun Sang
beranjak pergi. Kim Tan terpaku di tempatnya, menerima penolakan dari
gadis itu. Tangan-nya bahkan masih terulur memegang ponsel. Eun Sang
jalan cepat melewati Rachel, yang menatapnya dengan benci.
Kim Tan
berbalik saat Eun Sang menaiki eskalator. Eun Sang sempat melirik
sedikit lalu menatap lurus ke depan. Rachel bisa menangkap kesedihan di
wajah Kim Tan, dan itu semakin membuatnya marah.
Di dalam
pesawat, tepatnya Kabin kelas 1. Rachel duduk dengan wajah murung.
Pramugari meminta Rachel mengisi formulir kedatangan. Dengan malas,
Rachel menerimanya. Lalu memandangi formulir itu dan terlintas-lah ide
untuk membalas kemarahannya.
Rachel
bangkit dari kursinya, keluar dari kabin kelas 1, pergi ke kabin kelas
2. Menyilangkan tangan, berdiri tepat di depan Eun Sang yang sedang
mengisi formulir kedatangan. Eun Sang tanya apa yang Rachel lakukan.
"Aku sedang menunggumu menyelesaikan itu. Lanjutkan", ucap Rachel memerintah khas nona besar.
"Apa yang kau inginkan", tanya Eun Sang tanpa merasa takut sedikit pun.
Rachel
berkata, ia sudah berpikir dan mempunyai firasat buruk akan bertemu
dengan Eun Sang lagi. Eun Sang yakin itu tidak akan terjadi, lalu
kembali menulis. Rachel berkata, Eun Sang mengatakan itu karena tidak
mengenal Kim Tan dengan baik, "Jika sesuatu yang menyedihkan terjadi
padanya (Kim Tan), aku pikir dia akan menemuimu lebih dulu. Tapi aku tak
tahu apapun tentang dirimu. Karena itu?".
"Karena apa?", tanya Eun Sang.
"Anggaplah
ini sebagai perkenalan kita", ucap Rachel ketus, mengambil formulir
kedatangan Eun Suk dengan kasar dan membawanya ke kelas 1.
"Hei!",
panggil Eun Sang mengikuti Rachel, tapi dihalangi oleh pramugari yang
melarangnya masuk ke kabin kelas 1. Selain penumpang kabin kelas 1
dilarang masuk.
Pada
pramugari itu, Eun Sang mengatakan bahwa wanita yang baru masuk tadi
mengambil formulir kedatangannya. Pramugari minta Eun Sang menunggu
sebentar. Pramugari masuk ke dalam untuk menanyakannya pada Rachel.
Tak lama
kemudian pramugari keluar. Tentu saja Rachel tidak mengakui
perbuatan-nya. Eun Sang marah, tapi ia menahan diri karena berada di
dalam pesawat.
Setibanya
di bandara Korea, kedatangan Rachel di sambut Young Do dengan tulisan
"Selamat Datang! Saudari tiri-ku". Baik Rachel maupun Young Do sama-sama
menyungging senyum sinis. Rachel tidak peduli berjalan ke arah yang
berlawanan.
Young Do
menyusul Rachel dan meletakan kertas itu di atas trolley yang di dorong
Rachel. Tulisan besar itu tentu saja bisa dibaca oleh orang lain.
Rachel kesal, "Jika kau sangat bosan, kenapa kau tidak mencuci piring
saja. Kau bilang kau tidak mau datang. Kenapa kau datang?".
Young Do
berkata ini karena semua Rachel yang memberitahukan perubahan jadwal
kepulangan pada ibunya. "Tak bisakah kamu pulang tanpa membuat
keributan?".
"Kau yang seharusnya tidak kalah dengan Ayahmu itu", balas Rachel.
"Jangan berisik kecuali jika kau ingin pulang dengan berjalan kaki. Jangan bicara", Young Do menggertakan gigi menahan marah.
"Aku
akan memberitahu Ibu kau menjemputku. Jadi dorong ini", Rachel kembali
bersikap seperti nona besar, meninggalkan trolley-nya dan melenggang
santai.
"Sial",
gerutu Young Do, lalu mendorong trolley barang Rachel. Tak lupa
menyembunyikan kertas yang tadi ia letakkan diatas trolley.
Eun Sang juga keluar dari bandara. Sendirian tanpa keluarga datang menjemput.
Dalam
perjalanan pulang, Rachel dan Young Do kembali menunjukkan sikap tidak
menyukai satu sama lain. Young Do menyetel musik rock keras-keras.
Menggerakan kepalanya mengikuti alunan musik. Sementara Rachel yang
tidak suka tanpa segan mematikan. Remote berpindah dari tangan Young Do
ke tangan Rachel begitu berulang-ulang, hingga akhirnya Rachel
menyinggung tentang Kim Tan.
"Aku
yakin kamu sangat penasaran - Tan baik-baik saja. Tan juga menanyakan
dirimu, apa kau baik-baik saja. Aku memberitahunya kau jahat seperti
biasa, kau makan dan hidup dengan baik. Seperti seekor serigala
bertingkah seperti seorang raja, dalam gua kosong yang ditinggalkan
harimau", ucap Rachel puas.
Young Do
menyuruh supir menghentikan mobil. Mobil menepi, Young Do diam sejenak,
lalu membalas, "Pernahkah kau memikirkan ini?. Kenapa tidak ada Harimau
di hutan itu?. Mungkin dia hanya berpura-pura kalau dia adalah Harimau.
Mungkin dia melarikan diri karena dia takut orang lain mengetahui itu".
"Apa?", tanya Rachel bingung.
Young Do enggan menjelaskan, "Aku sudah menjemputmu", lalu turun dari mobil. Mobil jalan menjauh, meninggakan Young Do.
Young Do
berdiri di tengah jalan, terpekur menatap aspal. Wajahnya tampak
tertekan. Dari ucapannya tadi, tersirat kalau Young Do mengetahui jati
diri Kim Tan yang merupakan anak dari istri simpanan. Mungkin Kim Tan
mengatakannya sebelum pergi ke Amerika. Hanya saja, apa yang membuat
hubungan mereka retak itu yang masih menjadi pertanyaan.
Apa
Young Do memutuskan persahabatanya hanya karena Kim Tan bukan-lah
pewaris sah, merasa di bohongi, dan dikhianati?. Atau mungkin ada
masalah yang lebih buruk dari itu!. Mungkinkah dulu Young Do menyukai Bo
Na atau Rachel?. Tapi kedua gadis itu lebih memilih Kim Tan. Mungkin
saja, karena ini adalah drama.
Eun Sang
pulang kerumah, berdiri ragu di depan pintu. Rumahnya dalam keadaan
gelap saat ia masuk. Eun Sang terkejut tidak percaya melihat rumahnya
dalam kaeadaan kosong. Tidak seperti terkahir kali dia tinggal. Eun Sang
bingung dimana semua barang-barangnya. Ia memeriksa kamar mandi dan
kamarnya. Tak ada ibunya, dan juga tidak ada barang-barang yang
tertinggal di ruangan itu.
Ahjuma
tetangga datang, Eun Sang tanya apa yang terjadi, dimana ibuku?". Ahjuma
bilang ibu Eun Sang sudah pindah, dia menjadi pembantu tetap (tinggal
dirumah majikan). Eun Sang kaget, "Apa?. Maafkan aku, bolehkah aku
meminjam ponselmu?".
Ibu Eun
Sang mengatakan keadaan Presdir Kim sedang sakit dan keadaan dirumah
keluarga Kim sedang tidak baik. Ia menyuruh Eun Sang untuk menginap
malam ini di sauna dan datang ke rumah keluarga Kim besok pagi. Tak ada
tenaga, Eun Sang memilih tidur di kamar-nya yang kosong.
Diseberang
lautan nan jauh disana. Kim Tan kembali menjalani kehidupannya yang
normal. Berkumpul bersama teman-teman bule. Bedanya kini, ia tak lagi
menikmati kehidupan seperti itu. Ia hanya duduk diam memandangi
"bule-bule itu" yang asyik berenang di kolam rumahnya.
Kim Tan
mengambil ponselnya, memandangi foto Eun Sang bersama Chan Young di akun
SNS. Men-zoom foto, melihat senyum cerah gadis itu. Kim Tan menaruh
kembali ponsel-nya dan menghela napas. Kesedihan dan kesepian terpancar
jelas di kedua matanya. Suara bising yang ditimbulkan teman bule itu,
tak bisa mengusir rasa sepi dalam hatinya.
Hyo Shin
pulang ke rumah dan mendengar suara ibunya yang menceramahi guru
lesnya, "Jeon Hyun Joo". Ibu Hyo Shin menegur Hyun Joo karena kemarin
datang kerumah dengan menggunakan celana jeans dan bertelanjang kaki.
Walau sekarang musim panas, tetap saja ibu Hyo Shin tidak menyukainya. Hyun Joo berjanji akan lebih berhati-hati.
Ibu Hyo
Shin tidak suka mendengar jawaban Hyun Joo, "Kau bilang kau akan
berhati-hati, tapi kau memakai rok hari ini. Minggu sebelumnya, kau
kemari memakai celana pendek. Akan kukatakan sekali lagi. Mulai
sekarang, selagi kau mengajar tolong tahan dirimu untuk memakai pakaian
minim. Kerah-V juga tidak diperkenankan. Dan juga, tolong untuk tidak
memakai parfum dan memanicure kukumu".
Hyun Joo
tersenyum mengiyakan. (Peraturan yang sangat terperinci, jelas sekali
ibu Hyo Shin takut anak-nya jatuh cinta pada Hyun Joo, atau mungkin dia
sudah tahu kalau Hyo Shin menyukai gurunya?).
Didalam
kamar, Hyo Shin menunggu guru-nya dengan bosan. Meski saat itu ia sedang
mengerjakan soal melalui tab-nya. Hyun Joo masuk dan terkejut melihat
Hyo Shin sudah ada di dalam kamar. Hyun Joo tanya kapan Hyo Shin pulang,
"Aku tidak mendengarmu masuk?".
"Tidakkah keluarga ku menyebalkan?", tanya Hyo Shin begitu Hyun Joo duduk.
"Menyebalkan", jawab Hyun Joo jujur.
Lalu,
Hyo Shin tanya kenapa Hyun Joo tidak berhenti. Hyun Joo berkata ibu Hyo
Shin membayarnya banyak sekali, dan ia butuh uang itu. Hyo Shin
mengatakan ia menyukai semua yang ibunya larang. Semuanya. (celana
jeans, rok pendek, kuku cantik, wangi parfum wanita. Bahkan gurunya pun
Hyo Shin suka).
Hyun Joo
diam sejenak, "Aku juga menyukainya, tapi aku tidak akan melakukannya
(melakukan apa yang dilarang ibu Hyo Shin). Orang yang memberi uang
selalu menjadi pihak yang benar. Jadi apa yang kau suka tidak membantuku
sama sekali. Apakah kau mengerti?".
Hyo Shin
membuka halaman 16, dan mulai pelajaran. Saat itu ponsel Hyun Joo
bergetar menerima panggilan masuk, dari Kim Won. Hyun Joo memandanginya
sebentar, lalu menekan tombol reject.
Hyo Shin
yang melihatnya tanya kenapa Hyun Joo tidak menjawab panggilan itu,
"Apakah dia pacarmu?". Hyun Joo enggan menjawab, menyuruh Hyo Shin
membaca bukunya.
Kim Won
kecewa karena Hyun Joo tidak menjawab teleponnya. Ia berbalik menghadap
pegawai toko yang sejak tadi menunggu. Pada pegawai itu Kim Won
mengatakan, "Jangan cincin. Kalung saja".
Pegawai
toko menunjuk ke showcase, mempersilahkan Kim Won memilih yang dia suka.
Pilihan Kim Won jatuh pada kalung "Wishbone" (tulang permohonan).
Pegawai toko mengatakan kalung itu akan membuat impian Kim Won menjadi
kenyataan.
Eun Sang
pergi ke rumah kediaman keluarga Kim dan bicara dengan ibunya di depan
pintu gerbang. Eun Sang kaget saat mengetahui uang yang dibawa kabur Eun
Suk adalah uang deposit untuk tempat tinggal mereka. Itulah alasan
kenapa ibu Eun Sang (Hee Nam) pindah dari sana.
Eun Sang
benar-benar tak mengerti, "Bagaimana bisa ibu memberi semua uang itu
padanya?. Pernikahannya itu semua bohong!". Dengan menggunakan bahasa
isyarat Hee Nam bilang bahwa ia sudah mengetahui hal itu. Eun Suk sudah
menelpon dan menceritakan semuanya.
"Gadis
jahat. Dia benar-benar menelepon Ibu untuk mengatakan itu?. Apa
katanya?. Apakah dia memberitahu ibu dengan mulutnya sendiri, kalau
semua yang dia katakan selama ini itu hanya bohong ?", tanya Eun Sang
kesal.
"Dia bilang dia menyesal, dan dia bertanya apakah kamu sudah pulang dengan selamat", jawab Hee Nam dengan bahasa isyarat.
Eun Sang
semakin marah, "Itu saja?. Dan ibu tidak melakukan apa-apa?". Hee Nam
balik tanya apa yang bisa ia lalukan. Bicara pun tak bisa, yang bisa ia
lakukan saat itu hanya mengetuk ponsel.
"Jadi,
kenapa ibu memberikan semua uang itu?. Gadis jahat (jalang) itu kabur
dari Ibu dan adiknya hanya untuk kepentingan sendiri. Apa ibu tidak
punya harga diri?".
Hee Nam marah dan memukul tangan putrinya. Eun Sang teriak kesakitan dan kaget. Hee Nam memarahi Eun Sang, "Jangan panggil kakakmu seperti itu".
Masih
dengan nada tinggi Eun Sang tanya apa yang harus kita lakukan sekarang,
"Tidur di jalanan?". Hee Nam menyuruh Eun Sang menunggu sebentar di
luar. Sementara ia akan masuk ke dalam rumah Kim, mengabaikan pertanyaan
Eun Sang yang bertanya kenapa?, berapa lama, berapa menit?.
Sebuah
mobil sedan hitam berhenti di depan rumah Kim. Ny. Ji Suk keluar dari
mobil. Eun Sang mengamatinya, dan buru-buru menundukan kepala ketika Ny.
Ji Suk menatapnya dengan pandangan "Angkuh". Eun Sang menarik napas
lega, ketika Nyonya besar itu masuk ke dalam rumah.
"Ahjuma,
apa yang kau lakukan?", tanya Ny. Han pada Hee Nam. Hee Nam menunjukkan
notesnya. Mengajukan pertanyaan, "Fotografer yang Nyonya perintahkan
untuk mengikuti Nyonya besar Ji Sung, apa berjalan lancar?".
"Aku baru mulai menyewa mereka 2 hari yang lalu!. Apa yang bisa terjadi selama itu?", jawab Ny. Han.
Hee Nam tanya, "Apa anda mempercayai saya"?.
Ny. Han bingung, "Apa maksudmu?. Omo, omo, omo!. Apa sekarang aku
sedang diancam?" (Hahaha lucu liat Ny. Han ngomong, "Omo...omo..omo").
Hee Nam mengiyakan, "Aku juga merasa tidak enak".
Ny. Han marah, "Ahjumma ini benar-benar?!. Kenapa kau mengancam
seseorang jika kau merasa tidak enak. Sungguh tidak sopan. Apa yang kau
inginkan?".
Sebelum
Hee Nam menjawab, pelayan lain datang memberitahukan kalau Ny. Ji Sung
baru saja datang. Ny. Han heran, "Apa?. Kenapa tiba-tiba begini?".
Pelayan tadi pergi. Ny. Han memekik kaget, "Jangan-jangan... kau
memberitahunya?!", tanyanya pada Hee Nam.
Hee Nam
buru-buru menuliskan sesuatu, "Belum, tapi karena dia sudah ada di
sini...". lalu menunjukkanya ke Ny. Han dan lari pergi bertingkah
seperti ingin melaporakan hal tersebut.
Ny. Han yang panik buru-buru mencegahnya, "Apa? Apa yang kau inginkan?. Katakan padaku!. Tulis. Kau bisa menulisnya, cepat!".
Ny. Han menunggu Hee Nam menuliskan apa yang dia inginkan. Meski Ny. Han majikan, tapi dia selalu menurut dengan pelayan-nya. Tingkah mereka lucu.
Setelah
mendapatkan apa yang dia inginkan, Hee Nam menemui Eun Sang yang sejak
tadi menunggu di depan. Menggunakan bahasa isyarat ia menyuruh putrinya
untuk berganti pakaian yang bersih dan rapi. Dan mengganti kaus kakinya
dengan kaus kaki baru.
Eun Sang
tak mengerti, "Apa maksud ibu?". Hee Nam mengatakan mulai sekarang,
rumah ini (rumah Kim) akan menjadi tempat tinggal kita sekarang.
"Apaaa!", seru Eun Sang kaget.
Beberapa
menit kemudian, Hee Nam membawa Eun Sang yang telah berganti baju masuk
kerumah kediaman keluarga Kim lewat pintu belakang (dapur). Menuju
ruang makan yang tembus keruang tamu. Eun Sang tercengang dengan mulut
membulat, melihat rumah yang besar itu. Ekspresi yang sama ketika ia
melihat rumah Kim Tan pertama kali.
Diruang
tengah, mereka melihat Ny. Han dan Ny. Ji Sung sedang bertengkar. Ny. Ji
Sung marah pada Ny. Han, "Apa yang kamu lakukan, selain makan tiga
kali sehari?. Kenapa kau tidak bilang bila Presdir Kim sakit?".
Ny. Han
menjawab santai, Presdir Kim sakit setiap hari, "Aku tidak bisa
memberitahumu setiap kali dia sakit. Kau mengharapkan dia mati, atau kau
mengharapkan dia tetap hidup?".
"Apa?. Apa yang kau katakan?".
"Tidak sopan menerobos ke rumah orang di pagi hari. Kau sangat berani", jawab Ny. Han.
Ny. Ji
Sung meradang, "Apa? Rumah orang?. Kau bukan bagian keluarga ini!.
Namamu bahkan tidak ada di kartu keluarga!. Siapa kau berani-beraninya
berkata seperti itu!".
"Hah! Itu hanyalah kartu keluarga bodoh itu. Kau bahkan tidak memiliki anak", balas Ny. Han.
Ny. Ji
Sung : Kau tak pernah gagal mengecewakanku. Hanya kartu keluarga bodoh?.
Baik, kau memang melahirkan anak. Tapi, anak yang kau lahirkan... apa
di pelukanmu sekarang?.
Ny. Han : Apa?.
Ny. Ji
Sung berkata itulah gunanya kartu keluarga, "Kau dan aku sama. Tak satu
pun dari kita yang memiliki anak". Ny. Han berkata hidup itu panjang,
"Hanya karena dia tidak dalam pelukanku hari ini, tidak berarti dia
tidak akan berada di sini selamanya. Itulah sebabnya mengapa darah lebih
kental daripada air".
"Bisa-bisanya kau, benar-benar...", Ny. Ji Suk geram.
Ny. Han
melanjutkan, "Karena itu, Nyonya besar, jaga dirimu!. Ketika namamu
dihapus dari silsilah keluarga berjalan dengan kakimu, jangan
merangkak...".
Plak!.
Ny. Ji Sung yang merasa kalah menampar Ny. Han dengan sangat keras.
Suara tamparan itu membuat Eun Sang dan Hee Nam terkesiap kaget.
"Beraninya kau!. Hanya karena aku membiarkan kau bicara...Teruskan!. Teruskan lagi!", ucap Ny. Ji Sung murka.
Ny. Han memegangi pipinya yang sakit, "Kau menamparku?. Apakah kau baru saja menamparku?', tanyanya tidak percaya.
"Kau
tidak sadar. Kau ingin aku menamparmu lagi?", Ny. Han mengangkat
tanganya siap menampar. Ny. Han memekik dan memegangi pipinya. Untunglah
disaat genting itu seorang pelayan datang memberitahukan kedatangan Kim
Won.
Ny. Ji
Sung merapihkan rambutnya dan bersikap sewajar mungkin. Sama dengan Ny.
Han yang menahan rasa sakit di pipinya. Kim Won masuk dan memandang 2
ahjuma itu dengan dingin. Mereka berebut mencari perhatian di depan Kim
Won.
"Kau
pulang?. Kau harus temui ayahmu", sapa Ny. Han lebih dulu. Ny. Ji Suk
tanya bagaimana dengan Amerika. Ny. Han kaget, "Kau pergi ke Amerika?",
dia yang satu rumah bahkan tidak tahu Kim Won pergi ke Amerika.
"Aku
pulang. Lanjutkan apa yang kalian lakukan tadi", ucap Kim Won dingin.
Lalu jalan melewati Eun Sang yang menunduk takut. Kim Won sempat melirik
Eun Sang sekilas, lalu naik ke tangga menuju kamarnya.
Ny. Han tanya pada Hee Nam, "Dia baru datang (dari amerika)?. Hee Nam menganguk, membenarkan.
"Hidup ini panjang. Darah lebih kental daripada air", guman Ny. Ji Sung.
Ny. Han mendelik marah, "Apa maksudmu?".
"Kau
pikir Won dan Ayahnya terhubung oleh air?. Ayo kita lihat seberapa baik
Tan melindungi Ibunya dari saudaranya", Ny. Ji Suk dan Ny. Han
bertatapan dengan percikan api permusuhan di mata mereka. Ny. Ji Suk
pergi, sengaja menyenggol bahu Ny. Han hingga jatuh ke sofa.
Ny. Han
cepat-cepat berdiri seakan tidak mudah di jatuhkan. Setelah Ny. Ji Suk
menghilang dari pandangannya, Ny. Han mendesis kesal, "Sial! Kau pikir
itu membuatku takut?". Ny.Han menyentuh pipinya yang sakit, "Ahjuma.
Es!", ucapnya lalu pergi ke kamar.
Alarm
Hee Nam bunyi, waktunya Presdir Kim minum obat. Ia minta Eun Sang
mengikutinya, membawakan obat-obat untuk Presdir Kim. Eun Sang kaget,
"Aku?". Hee Nam menganguk lalu pergi. Eun Sang mengikuti.
Dengan
langkah takut-takut Eun Sang membawa nampan berisikan obat-obat presdir
Kim. Eun Sang bingung dimana kamar presdir Kim. Kim Won turun dari
lantai atas, melihat Eun Sang yang celingukan kebingungan. Eun Sang
langsung menunduk takut begitu menyadari kehadiran Kim Won.
Kim Won
menunjuk dengan kepalanya dimana kamar presdir Kim berada. Lalu mengetuk
pintu dan masuk ke dalam. Eun Sang ikut masuk, tangan-nya bergetar saat
menaruh nampan itu ke meja di hadapan presdir Kim.
Eun Sang
menunduk memberi hormat, "Halo. Apa kabar. Ibuku dipanggil oleh Nyonya
Han". Presdir Kim yang sedang membaca buku menoleh, "Apakah kau putri
Park Hee Nam?".
"Ya'", jawab Eun Sang menunduk hormat, lalu pergi.
Presdir
Kim menyuruh Kim Won duduk, "Kenapa kau terus berdiri?". Kim Won
beralasan akan segera berangkat kerja. Presdir Kim berkata itu alasan
yang buruk. Kim Won mengaku bertemu Kim Tan di Amerika.
Presdir
Kim tidak percaya, ia kenal lebih dekat dengan para tamu yang hadir pada
pesta itu, tapi tak satupun dari mereka yang berbicara tentang Kim Tan.
"Sudah cukup. Bawa pulang adikmu kembali dari pengasingannya. Jika
tidak, Ayah yang akan melakukannya sendiri. Ayah tahu kau terluka. Itu
sebabnya Ayah bermain adil dan membiarkanmu menyakiti Tan. Tapi kau
menyakitinya lebih dari yang Ayah kira. Ini tidak adil".
"Beratnya rasa sakit kita sama apa itu yang Ayah anggap "Adil" ?", tanya Kim Won dingin.
"Ayah
tidak ingat pernah memeluk Tan, karena aku tidak ingin menyakitimu. Jika
aku membiarkan ini berlanjut. Ayah takut aku akan menyesal nanti", ucap
Presdir Kim kemudian.
"Perkataan
Ayah itu terdengar seperti Ayah telah membesarkan kami dengan cinta dan
kasih sayang", kata Kim Won sinis. "Apakah Ayah yakin tidak memiliki
penyesalan apapun terhadapku?".
Presdir
Kim balik tanya, apa saat ini ia sedang meminta pendapat Kim Won. Kim
Won tak menjawab, tetap pada pendiriannya dan pamit pergi. Presdir Kim
diam memandang kepergian putranya yang dingin itu.
Ny. Han
mengompres pipinya dengan es batu. Ia benar-berar kesal dan merasa ini
konyol, baik dirinya maupun Ny. Ji Suk bukanlah istri pertama presdir
Kim. Hee Nam menulis, "Anda benar. Ada sebuah buku yang berjudul, "Rasanya menyakitkan, karena aku simpanan".
Ny. Han
marah, "Apa?', menghembuskan napas kesal, "Keluarga ini terlihat konyol
bahkan untukmu, bukan?". Hee Nam menganguk. Ny. Han berkata Hee Nam
harusnya bersyukur karena dia miskin, sehingga tidak perlu mengalami
harus melalui semua ini.
Hee Nam
menggeleng. Ny. Han berguman, "Aku kira tidak begitu". Ny. Han yang
semula lemas menjadi semangat, "Tunggu sebentar. Jika Won pergi ke
Amerika. Dia pasti bertemu dengan Tan!".
Kim Won
sedang merenung di kamarnya, ketika Ny. Han dengan antusias mengetuk
pintu kamar. "Aku masuk", serunya dari luar langsung membuka pintu. Ny.
Han protes, seharusnya Kim Won bilang padanya kalau pergi ke Amerika.
Dengan dingin Kim Won bilang, jika Ny. Han ingin dengar tentang Tan,
langsung bertanya pada ayahnya saja.
"Apakah
kamu bertemu Tan?. Apa yang dia katakan? Apakah dia baik-baik saja?. Dia
tidak sakit, kan?. Dia tidak menanyakan aku?", tanya Ny. Han atusias
memberondong pertanyaan.
Kim Won menjawab bukankah Ny. Han punya nomor ponselnya (Kim Tan). "Apakah kau ingin aku memberitahumu?".
"Itu
karena Tan tidak menjawab teleponku", sahut Ny. Han putus asa. "Aku
ingin bertanya sesuatu. Berapa lama kau akan melakukan ini padanya?.
Apakah kau harus sekejam ini?. Usianya baru 18 tahun. Apa yang bisa
dia...".
"Pada
usia itu aku adalah pewaris Grup Jeguk", potong Kim Won cepat dan
dingin. "Aku sudah menjadi pemegang saham utama sebesar 8%".
Ny. Han
mengalah, "Oke. Aku menarik kata-kataku kembali. Tapi... Kau tahu Aku
bahkan tidak bisa menemui anakku sendiri. Aku Ibunya, tapi aku
membiarkannya merasa kesepian...".
Kim Won memotong, "Ini bukan gereja. Buatlah pengakuanmu di tempat lain", Kim Won berdiri mengambil air.
"Aku ini penganut Buddha!", sempot Ny. Han kesal lalu keluar kamar. (Haha..walau marah, tetap aja lucu).
Kim Won
diam dengan ekspresi dingin. Lalu memandang foto di atas meja. Foto
dirinya saat tinggal di Amerika. Ternyata selama tinggal di Amerika, Kim
Won juga melakukan hal yang sama dengan Kim Tan, surfing dan duduk
merenung di pinggir pantai dengan pemandangan matahari senja.
Saat
ini, Kim Tan juga melakukan hal yang sama, ditempat yang sama. Merenung
diam di pinggir pantai berlatar belakang matahari senja. Rasa kesepian
kembali mengrong-rong hatinya. Kim Tan ingat percakapan-nya dengan Kim
Won di kebun Almond. Kim Won mengatakan dengan jelas, Kim Tan hanya
perlu melakukan apa yang dia lakukan saat ini. Bersenang-senang dan
tetap di Amerika.
Malam
hari. Kediaman keluarga Kim. Eun Sang dan ibunya makan malam di dapur.
Eun Sang bertanya pada ibunya siapa yang lebih kuat?. 2 wanita yang
berkelahi tadi. Pihak yang mana yang harus ia dukung. Mereka adalah si
istri (Ny. Ji Sung) dan si simpanan (Ny. Han) Siapa yang lebih kuat?".
"Tidak. Kau salah. Mereka adalah istri ke-2 dan istri simpanan", jawab Hee Nam dengan bahasa isyarat.
Eun Sang kaget, "Benarkah. Presdir Kim terlihat baik, aku tak berpikir dia begitu. Dia punya istri pertama?".
"Istri pertama sudah meninggal. Presdir (Kim Won) yang kau lihat tadi...Ibunya adalah istri pertama" jawab Hee Nam.
Eun Sang
melihat Ny. Han menuju ke dapur dan segera mengalihkan pembicaraan,
"Jadi Ayah Chan Young membantu Ibu pindah?". Semula Hee Nam bengong,
tapi ia langsung bisa membaca situasi ketika Ny. Han tiba-tiba sudah ada
di sebelahnya.
"Jadi kau putrinya", tanya Ny. Han Eun Sang. Eun Sang memberi salam dan memperkenalkan dirinya.
Ny. Han
tanya Eun Sang kelas berapa. Eun Sang menjawab kelas 2 SMA. Ny. Han
berkata pasti Eun Sang sudah tahu bahwa keluarga ini tidak se-elegan
kelihatannya. "Jangan sampai apa yang kau lihat dan kau dengar di sini
tersebar keluar melewati pintu pagar. Apakah kau mengerti apa yang aku
katakan?". Eun Sang menganguk mengerti.
Ny. Han : Karena Ibumu tidak bisa menyebarkan rumor meskipun dia ingin, maka aku percaya padanya.
Wajah
Eun Sang langsung berubah mendengar perkataan Ny. Han, tersinggung. Hee
Nam memandang putrinya, minta Eun Sang jangan marah. Eun Sang menunduk,
menahan marah, "Terima kasih atas apa yang telah Anda lakukan untuk Ibu
dan saya. Aku akan pindah secepat yang aku bisa. Aku akan tetap tenang
saat aku tinggal di sini. Jika ada sesuatu yang mengganggu Anda, tolong
katakan padaku. Aku akan memperbaikinya".
"Oke.
Aku mengerti", kata Ny. Han lalu melihat menu makanan di meja yang
dimakan Eun Sang dan ibunya. "Berikan dia sesuatu yang enak!",
komentarnya.
Hee Nam
membereskan makanan dimeja. Eun Sang minta ibunya beristirahat, biar ia
yang mencuci piring. Tapi, Nyonya Han berkeinginan lain. Sebagai nyonya
rumah, ia menyuruh Ny. Han membawakannya sebotol wine dari ruang bawah
tanah. Wine tahun 2000. (Semakin tua usia wine, maka semakin mahal
harganya).
Hee Nam menganguk, sebelum pergi ia memberikan isyarat pada Eun Sang, "Diam, dan bersikap hormat".
Ny. Han
ingin tahu apa yang dikatakan Hee Nam barusan. Eun Sang berkata, Nyonya
orang yang baik". Ny. Han tidak percaya, "Bohong. Aku tidak
memperlakukan Ibumu dengan baik". Lalu tersenyum, "Putrinya pintar
juga".
Ny. Han pergi dari dapur. Eun Sang sedih, tapi ia menahan tangisnya.
Eun Sang mencuci piring menggantikan tugas ibunya. Baru ia ketahui, seberapa berat perkerjaan yang dikerjakan ibunya.
Selesai
mencuci piring, Eun Sang pergi ke kamar. Sedih melihat ibunya yang tetap
memaksa menyertika pakaian dengan terkantuk-kantuk. "Jangan memikirkan
itu dan pergilah tidur. Aku akan mengerjakan sisanya", ujar Eun Sang
mengambil setrika dari tangan ibunya.
Hee Nam
langsung tertidur pulas, begitu kepalanya menyentuh bantal. Eun Sang
mengedarkan pandangan ke kamar yang kecil itu, semakin terlihat sempit
karena barang yang berantakan.
Keesokan
harinya, kamar sempit itu terlihat lebih lega setelah Eun Sang
merapikannya. Ibu Eun Sang masuk dan tersenyum melihat kamar yang tampak
bersih. Eun Sang memberikan oleh-oleh untuk ibunya dari Amerika.
Satu-satunya, oleh-oleh yang ia punya.
Hee Nam sedikit bergurau, "Kau ingin aku makan ini sambil memikirkan kakakmu?"
Eun Sang
tertawa, membalas gurauan ibunya, "Ini baik untuk diet. Aku akan mulai
bekerja. Ibu makan ini untuk diet dan rayulah orang kaya. Itulah cara
tercepat untuk kita keluar dari sini".
"Baiklah. Mari kita lakukan!", jawab Hee Nam tersenyum.
Eun Sang
tersenyum lebar, perlahan senyumnya hilang berganti tangisan, "Maafkan
aku ibu. Maafkan aku karena meninggalkan, Ibu. Aku benar-benar minta
maaf, Ibu".
Hee Nam memeluk putrinya, ikut menangis dan menepuk-nepuk pelan punggung Eun Sang. Seakan berkata, "Tidak apa-apa, yang penting kau sudah kembali". Tangis Eun Sang semakin deras, "Maafkan aku, Ibu. Aku benar-benar minta maaf, Ibu".
Eun Sang kembali menjalani pekerjaan paruh waktunya. Bekerja di cafe ataupun menjadi pelayan di restoran ayam goreng.
Sementara
itu Kim Tan tetap menjalani kehidupanya seperti biasa. Sebelum
mengenal Eun Sang, ia merasa kesepian dan rasa kesepian itu semakin
bertambah setelah Eun Sang pergi. Untuk sedikit mengusir rasa sepi itu,
Kim Tan pergi ke tempat yang pernah ia kunjungi bersama dengan Eun Sang.
Berdiri di dijalan, menatap ke arah bukit Hollywood.
Kim Tan
berdiri di depan mading Universitas Redlands. Tapi ia tidak melihat
pesan yang ditinggalkan Eun Sang, karena pesan itu tertutup
brosur-brosur lain.
Eun Sang
melipat pakaian dan melihat kaos I Love California. Eun Sang tersenyum,
kaos yang mengingatkannya pada Kim Tan dan kenangannya di Amerika.
Tan
duduk di tangga rumahnya, memakan sandwich. Sambil memandangi Dream
Catcher pemberian Eun Sang yang tergantung di pintu dekat kolam.
Waktu
terus berjalan. Hari demi hari berganti. Pelahan namun pasti, Eun Sang
berhasil mengumpulkan hasil upahnya untuk membayar hutang-nya pada Chan
Young. Eun Sang menelpon Chan Young, minta nomor rekening sahabatnya itu
agar bisa mentransfernya besok pagi. Chan Young mengatakan akan pulang
ke Korea. Liburan panas sudah berakhir dan saatnya kembali ke sekolah.
Kediaman
keluarga Kim, pagi hari. Ny. Han menggeliat dari tidurnya. Meski
sekamar dengan presdir Lee tapi mereka tidur di ranjang terpisah.
"Selamat pagi", sapa presdir Kim, seraya membaca koran.
"Pagi yang buruk", keluh Ny. Han. "Aku sangat khawatir tentang Tan sampai-sampai aku tidak bisa tidur semalam".
"Kau mendengkur semalam", ucap Presdir Lee (hahaha).
"Mendengkur?', tanya Ny. Han lalu duduk, "Oppa. Kamar ini terlalu kering!", ucapnya kesal, lalu berdiri mengambil minum.
Presdir
Kim tanya apa Tan ingin kembali ke Korea. Ny. Han langsung sewot, "Kau
pikir dia pergi karena dia ingin?. Aku akan membuatnya kembali bahkan
jika dia tidak mau. 3 tahun sudah cukup bagiku untuk memberi perhatian
pada Won. Apakah kau merindukan Tan?".
"Tentu saja aku merindukannya", jawab presdir Kim tetap fokus membaca koran.
Ny. Han mencibir, "Aku pikir kau hanya memerlukan Won".
Presdir
Kim berkata lebih baik jika ia memiliki keduanya (Tan dan Won). Ny. Han
menjadi semangat, "Benarkah? Benarkah? Kau menyetujuinya?. Kau sudah
menanyakannya pada Won?".
"Jika dia tak kembali karena dia terlalu takut pada hyungnya lebih baik dia tidak kembali.".
"Buat
keputusanmu!", desak Ny. Han. "Terserah! Aku akan menelponnya". Ny. Han
meraih ponselnya, menghubungi nomor Kim Tan. Ny. Han menunggu dengan
berhatap-harap cemas.
Ny. Han kesal, "Dia tidak menjawab teleponku lagi. Astaga, anak nakal itu!".
Kim Tan
duduk melamun di taman Universitas Redlands, ketika ponselnya menerima
panggilan masuk dari ibunya. Sama sekali tidak ada keinginan baginya
untuk menjawab telpon itu. Pikiran Kim Tan dipenuhi tentang dirinya dan
keluarganya.
"Aku
selalu membayangkan mereka yang kesepian karena aku. Aku berharap
setidaknya sekali saja, ketidakhadiranku membuat mereka merasa kesepian".
Harapan
Kim Tan seakan membawanya kembali pulang kerumah, membayangkan dan
melihat satu-satu persatu anggota keluarga yang dia tinggalkan.
Presdir Kim yang berdiri menatap keluar jendela, tampak tua dan lemah.
"Aku ingin pulang ke rumah. Ayah".
Ny. Han yang duduk di kamar Kim Tan, mengelus tempat tidurnya. Seolah bisa sedikit mengurangi rasa rindu pada putranya.
"Aku merindukanmu...Ibu.".
Lalu Kim Won, yang berdiri menatap ke luar jendela dengan ekspresi dingin dan kaku.
"Meskipun kau mengasingkanku begitu kejam, setidaknya aku ingin percaya sekali saja bahwa itu benar-benar menyakitimu".
Kini Kim
Tan memutar-mutar ponselnya. Lalu menelpon Sekertaris Yoon Jae Hoo. Ya,
Kim Tan telah menemukan suatu keberanian dan menetapkan keputusanya.
Kemudian
Kim Tan menemui Pak Guru yang sedang memeriksa tugas siswa. Ia datang
untuk menyerahkan buku tugasnya. "Apakah kau sudah mengubah pikiran
untuk menyerahkan ini?", tanya Pak Guru.
"Ya. Terima kasih untuk semuanya", jawab Kim Tan menunduk hormat lalu pergi.
Pak Guru tersenyum tipis, membuka buku tugas Kim Tan dan membaca tulisan, "One Who Wants to Wear the Crown, Bears the Crown".
Kim Tan jalan keluar dari Universitas Redlands dengan satu tekad kuat, "Seseorang yang menginginkan mahkota, harus menanggung berat mahkota itu".
Lanjut ke Sinopsis The Heirs Episode 4 Part 2.
Dear, My Lovely Kim Tan. Pulanglah ke Korea dan temukan kebahagian mu di sana.
0 Comments
Silahkan berkomentar dengan baik, kalau ada kritik dan saran.
Download Eror, Link mati, Request download.
Jangan jadi silent reader ya..! Gomawo^^