Hee Nam
menyajikan teh untuk presdir Kim. Presdir Kim tanya sudah berapa lama
Hee Nam berkerja pada keluarganya. Hee Nam meletakkan nampan di meja
lalu mengeluarkan notes ingin menulis. Presdir Kim menyuruhnya duduk.
Hee Nam memasukkan kembali notesnya ke dalam kantong celemek.
Tiba-tiba
Ny. Han masuk dan kaget melihat Hee Nam ada di dalam. Terlebih lagi
melihat tangan Hee Nam yang merogoh kantung. Ny. Han mengira Hee Nam
akan melaporkan sesuatu pada presdir Kim, tentang detektif yang ia sewa
untuk mengikuti Ny. Jung.
Ny. Han buru-buru duduk dan bilang kalau ini hanya salah paham. "Oppa...Oppa. Aku akan menjelaskan semuanya. Dengarkan aku!".
"Benarkah?. Oke. Jelaskan!", ucap presdir Kim memberi kesempatan Ny. Han bicara. Hee Nam menuliskan sesuatu di notesnya.
Ny. Han
memasang wajah memelas, seperti orang yang bersalah. Dan bingung
bagaimana menjelaskan. Beruntung Hee Nam menunjukkan notesnya ke Ny.
Han, "Tuan bertanya berapa lama aku sudah bekerja di sini!".
"3
tahun. 3 tahun. Dia telah bekerja dengan baik!", jawab Ny. Han lega.
"Tapi dia terus mengatakan baru 2 tahun . Itulah kesalahpahamannya.
Tapi, mengapa?".
Presdir
Kim berkata kebanyakan orang tidak bisa bertahan bekerja di sini selama
setahun karena orang yang ada di rumah tidak baik, tapi Mrs Park telah
tinggal cukup lama, dan untuk itu presdir Kim ingin berterima kasih
padanya. Ny. Han membenarkan.
Presdir
Kim tanya berapa usia putri Hee Nam. Hee Nam ingin menulis, tapi Ny. Han
langsung menyambar, "Kelas 2 SMA...kelas 2 SMA". Presdir Kim berkata
pasti putri Hee Nam pasti kesepian tumbuh besar tanpa seorang ayah. Ia
ingin tahu bagaimana nilai akedemis Eun Sang di sekolah.
Karena Ny. Han tak mengatahui itu, maka ia menyuruh Hee Nam menulis jawabannya.
Ny. Han membaca tulisan Hee Nam, "Dia selalu mendapat peringkat ke- 5 di kelasnya", .
"Benarkah?", tanya Ny. Han terkejut. Hee Nam mengiyakan dengan anggukan.
Presdir
Kim memuji putri Hee Nam sangat cerdas, "Dia melakukan semua yang dia
bisa di lingkungan yang keras. Dia juga membantu Ibunya". Ny. Han tidak
suka mendengar presdir Kim memuji Eun Sang.
"Seperti
yang kamu tahu, kami punya beberapa sekolah di yayasan kami. Kenapa kau
tidak mentransfer anakmu ke SMA Jeguk?", tawar Presdir Kim.
Hee Nam
kaget menerima tawaran yang tidak disangka-sangka. Ny. Han protes.
Presdir Kim mengatakan anggap saja ini sebagai bentuk hadiah dari rasa
terima kasihnya atas pengabdian Hee Nam, "Anak-anak perlu mempunyai
impian bahkan dalam lingkungan yang keras".
"Opaa!", Ny. Han kembali protes.
Hee Nam
masih terkejut, memandang presdir Kim dan Ny. Han bergantian. Tapi
akhirnya ia berdiri menunduk hormat berkali-kali pada presdir Kim
sebagai ucapan rasa terima kasihnya. Yang berarti ia menerima tawaran
yang di ajukan presdir Kim.
Di
sekolah Eun Sang dipanggil ke ruangan guru. Ia kaget menerima kabar
bahwa dirinya akan di transfer ke sekolah lain. Guru bilang ibu Eun Sang
baru saja datang ke sekolah dan menyelesaikan persyaratan untuk
transfer.
"Ibuku?", tanya Eun Sang semakin kaget.
"Bukankah transfer ke SMA Jeguk itu sulit tanpa sebuah koneksi?. Bagaimana kau bisa masuk?", tanya Ibu guru heran.
Eun Sang bingung, "SMA Jeguk?. Aku?".
Sepulang sekolah Eun Sang tanya pada ibunya, "Aku ditransfer? Ke SMA Jeguk?. Apa yang terjadi?".
"Presdir Kim, melakukannya untuk kita. Ini adalah kesempatan sekali dalam seumur hidup", jawab Hee Nam menggunakan bahasa isyarat.
Eun Sang marah, "Apakah Ibu sudah gila? Bagaimana Ibu bisa
memutuskan itu tanpa bertanya dulu?. Apa Ibu tidak tahu seberapa mahal
sekolah itu?. Bukan hanya uang makan siang dan donasi. Kita tidak akan
mampu membayar seragamnya. Bagaimana bisa aku ditransfer?
Hee Nam tahu itu, tapi ia akan berusaha bagaimana pun caranya mendapatkan uang untuk membeli seragam Eun Sang. Eun Sang tanya bagaimana cara ibunya mendapatkan uang, "Kita bahkan tidak bisa mendapatkan uang deposit kembali. "Aku lelah. Aku tidak ingin berurusan dengan omong kosong ini. Aku tidak ingin ditransfer. Berikan aku kembali dokumen itu".
Hee Nam
memukul punggung Eun Sang. Eun Sang teriak sakit. Hee Nam menarik Eun
Sang duduk. Hee Nam tanya kenapa Eun Sang tidak mau, anak-anak lain
berjungan mati-matian untuk mendapatkan kesempatan ini.
"Ibu tidak mampu untuk mengirim mu ke perguruan tinggi. Jadi meskipun kamu seorang lulusan SMA, jadilah lulusan SMA Jeguk. Dan bilang saja kau dulunya kaya, tetapi bisnis Ayahmu bangkrut. Jadi orang- orang tidak akan begitu menganggapmu rendah".
"Ibu tidak mampu untuk mengirim mu ke perguruan tinggi. Jadi meskipun kamu seorang lulusan SMA, jadilah lulusan SMA Jeguk. Dan bilang saja kau dulunya kaya, tetapi bisnis Ayahmu bangkrut. Jadi orang- orang tidak akan begitu menganggapmu rendah".
"Ibu!", seru Eun Sang tidak setuju.
Pembicaraan
mereka terpotong karena seseorang mengetuk pintu. Pelayan teman Hee Nam
membuka pintu dan berkata, "Presdir Kim memanggilmu".
"Kita akan bicara nanti", pesan Hee Nam pada Eun Sang siap berdiri. Tapi pelayan itu bilang, bukan Hee Nam yang dicari presdir Kim, tapi Eun Sang.
Di ruang
kerja Presdir Kim tanya apakah Eun Sang sudah mendengar dari ibunya.
Eun Sang membenarkan dan berterima kasih atas tawaran itu, "Tapi itu
tidak pantas untukku".
"Jangan
terlalu cepat menilai sesuatu", ucap Presdir Kim. "Sementara anak-anak
lain yang melonjak tinggi. Apa kau hanya akan menghabiskan masa mudamu
di ruangan kecil pelayan yang gelap?. SMA Jeguk juga memiliki program
beasiswa yang memilih siswa untuk belajar di luar negeri"
"Belajar di luar negeri?", tanya Eun Sang mulai tertarik.
"Belajar di luar negeri?", tanya Eun Sang mulai tertarik.
Presdir
Kim mengatakan kriteria pemilihan tidak hanya berdasarkan nilai
pelajaran. Kriteria penting lainya adalah hal-hal yang tidak terlihat.
Melindungi mimpi anak muda adalah pekerjaan para orang tua dengan
menggunakan saku mereka. Jadi serahkan saja padanya.
Eun Sang
diam, tampak ragu seperti menimbang sesuatu. Presdir Kim memperhatikan
perubahan wajah Eun Sang. Sepertinya dia tahu, gadis sederhana dan
cerdas seperti Eun Sang biasanya memiliki impian setinggi langit.
Keadaan yang membuat Eun Sang memendam cita-citanya.
Young Do
pulang sekolah dan langsung bermain dengan anjing-nya. Ia tanya apa
anjingnya sudah makan?. "Katakan padaku jika kau lapar. Kapan kau bisa
berbicara? Hmm?". (Kapan emang anjing bisa bicara?????)
Pelayan
rumah Young Do berkata tidak menyiapkan makan malam karena ia mendengar
Young Do mempunyai janji makan malam. Young Do tak mengerti, "Janji?".
Pelayan menganguk.
Tak lama
supir datang siap mengantar Young Do ke tempat tujuan. Young Do kesal,
"Sepertinya aku satu-satunya yang tidak tahu tentang rencanaku", lalu
mengambil ponselnya menghubungi Rachel.
Young Do
tanya apa hari ini ia akan makan malam bersama Rachel dan ibunya.
Rachel memperingatkan jangan sampai Young Do mencoba lari dan datang
terlambat. Karena bagi Rachel, menunggu Young Do adalah suatu hal yang
menjengkelkan. Rachel langsung memutus telepon usai bicara.
Young Do
menyuruh supir pulang, ia akan pergi sendiri ke tempat itu sendiri.
Tapi supir berkata Choi Dong Wook menyuruhnya untuk tidak membiarkan
Young Do naik sepeda motor.
"Dia akan menggigit saat aku menyuruhnya", ucap Young Do mengancam, menunjuk pada anjing yang berdiri di sebelahnya.
"Baik", ucap supir takut lalu pergi dari sana.
Young Do
jongkok mengelus kepala anjing-nya dan berkata, "Aku akan kembali.
Ayah memperlakukanku lebih buruk dari kau. Jadi aku harus bertindak
sepertimu".
(Bertindak apa?, suka menggigit!).
Esther,
Rachel dan Young Do duduk di satu meja, tapi Dong Wook belum datang.
Esther berkata ayahmu akan datang terlambat, dia biasanya datang tepat
waktu. Rachel menyindir, "Aku tidak tahu Ayah yang mana yang sedang Ibu
bicarakan".
"Oh. Jadi Ayah kandungmu itu tepat waktu", balas Young Do menyindir.
Rachel
kesal, begitu pula dengan Esther. Tapi Esther masih bersikap manis, dan
mencoba bersabar. Ia menyodorkan kotak hitam ke hadapan Young Do, "Aku
membeli ini di department store untuk anjingmu. Aku tahu kau mempunyai
anjing. Aku dengar kau sangat menyukainya".
Young Do
mengambil kotak itu, menarik pita diatasnya dengan satu tangan. Dari
sini saja sudah terlihat kalau Young Do sama sekali tidak menghargai
pemberian Esther. Hadiah yang diberikan Esther adalah kalung anjing.
Kalung hitam di lengkapi dengan bling-bling, entah berlian atau sekedar
pemata.
Esther
tanya apa Young Do suka. Young Do memegang kalung itu, tanya kapan
Esther datang kerumahnya. Sedikit terbata Esther menjawab ia pernah
kerumah Young Do menemui ayahnya. Esther tanya apa Young Do benar-benar
menyukai anjing.
"Ya", jawab Young Do kaku.
Esther
ingin tahu kapan Young Do mulai merawat anjing. Young Do
mengingat-ingat, "Setelah ibu pergi, dan Ayahku mulai tertarik pada
wanita- wanita itu? ... apa saat disekolah menengah?".
"Wanita?", tanya Esther.
Young Do
: Aku membeli anjing itu dengan uang yang diberikan wanita-wanita itu
padaku. Ketika saya menyuruhnya untuk "menggigit! " setiap kali para
wanita itu datang, dia benar-benar menggigit mereka. Bagaimana mungkin
aku tidak menyukainya.
Esther
menahan kesal. Rachel menyuruh Young Do berhenti bicara. Tapi Young Do
belum selesai. Dengan pandangan sinisnya, Young Do berkata, "Dia tidak
menggigit orang yang memiliki saham kami. Jika kau marah, kau bisa
membayarnya sekarang (membeli saham).
"Aku bilang berhenti!", sergah Rachel tidak terima ibunya di pandang rendah Young Do.
Tepat
saat itu Dong Wook datang, "Aku terlambat. Apapun yang aku katakan akan
terdengar seperti alasan. Jadi ayo makan dulu". Dong Wook duduk.
"Oh
tidak! Young Do memiliki rencana lain hari ini, dan dia tidak bisa makan
dengan kita", ucap Esther tersenyum tipis. Esther mengatakan hal itu
sebagai balasan atas sikap tidak sopan Young Do. Ia mengetahui dengan
pasti Dong Wook akan langsung memarahi anaknya tanpa segan meski di
depan orang lain.
Dugaan Esther memang tepat. Dong Wook langsung memarahi Young Do, "Rencana apa? Apakah kau tidak tahu prioritasmu?".
"Ini
sesuatu yang tidak bisa aku lewatkan. Aku juga harus pergi ke sana",
sahut Rachel tiba-tiba lalu berdiri. Esther terkejut, tak mengira Rachel
akan membantu Young Do. Sia-sia dech.
"Apa yang kau lakukan?. Kita akan terlambat", ajak Rachel melihat Young Do yang masih duduk. Lalu keluar duluan.
Young Do
pamit pada ayahnya. Sebelum pergi, ia menatap Esther sebentar, "Ah. Aku
benar-benar menyukai ini", ucap Young Do sembari mengangkat kotak
kalung anjing pemberian Esther. Membuat Esther tersenyum tipis menahan
kesal.
Setelah
kedua anak mereka pergi, Dong Wook berkata makan malam mereka berubah
menjadi kencan. Esther melepas mantelnya, hingga tampaklah gaun yang ia
kenakan, "Dan aku akan terlihat seperti seorang gadis dan bukannya
Ibu".
"Kau mau wine?", tanya Dong Wook. Esther tersenyum manis, mengiyakan dengan anggukan.
Young Do
lebih dulu tiba di parkiran, duduk di atas motornya. Tak lama Rachel
keluar, "Bagaimana kau bisa pergi begitu saja?. Aku baru saja
menyelamatkanmu dari kekacauan, jadi beri aku tumpangan. Aku tidak bawa
mobil karena aku datang bersama Ibuku".
Dengan
kesal Young Do tanya Rachel mau pergi kemana. Rachel ingin pergi ke
butik, mengambil seragam sekolahnya yang baru. Seragamnya sudah sempit.
Young Do memastikan apa Rachel benar-benar bisa naik diatas motornya.
(Rachel mengenak rok, jadi agak sulit jika duduk menyamping, ditambah
lagi motor Young Do tipe motor balap).
Rachel
berkata berikan saja helmnya. Young Do memberikan helm. Rachel
memakainya dan langsung naik ke atas motor tanpa kesulitan sedikit pun.
Tidak duduk menyamping, layaknya wanita yang memakai rok. Tapi duduk di
tengah. Seakan-akan dia memakai celana. Padahal rok seragam Rachel
bener-bener pendek. Mini.
Tindakan Racehel yang diluar dugaan itu membuat Young Do sedikit terkejut, "Kau benar- benar tak bisa di tebak".
"Jangan
menyuruhku untuk berpedangan padamu, karena aku tidak mau", sahut
Rachel. Young Do tak berkomentar memacu motor besarnya, mengantar si
nona besar.
Eun Sang
pergi ke butik yang khusus menyediakan seragam sekolah SMA Jeguk. Syok
mengetahui betapa mahalnya harga seragam SMA Jeguk. Pegawai butik
mengatakan memang itu lah harganya, kerena semua di pesan dan dijahit
menggunakan tangan. Selain itu sekolah Jeguk berada pada level yang berbeda sama sekali di banding sekolah lainya.
Tetap saja Eung tak mengerti dan heran bagaimana bisa seragamnya seharga 1 juta won (10 juta rupiah). Pegawai butik membetulkan harganya, 998.000 Won. Seragam musim panas lebih murah. Harganya 488.000 Won.
"Oh. Begitu", ujar Eun Sang masih dengan rasa keterkejutannya, memandangi seragam sekolah Jeguk yang terpajang di dekat dinding.
Eun Sang
keluar dari butik dengan langkah lesu. Rachel dan Young Do baru saja
tiba di depan toko. Rachel yang melihat Eun Sang lebih dulu segera
menghampirinya.
Rachel
menghampiri Eun Sang, dengan gaya nona besarnya ia berkata apa Eun Sang
tak ingin melarikan diri. Eun sdang menyahut tak ada alasan baginya
untuk melakukan itu. Rachel nyolot, "Apakah kau sudah gila? Kau tidak
punya alasan untuk lari dariku?. Bahkan saat Kim Tan kembali ke Korea
seperti yang aku perkirakan?".
Semula Young Do hanya mengawasi dari tempatnya. Mendengar nama Kim Tan disebut, membangkitkan rasa tertarik dalam dirinya.
Dari
sikap diamnya Eun Sang, Rachel bisa menebak Eun Sang sudah mengetahui
kepulangan Kim Tan, "Ini adalah kenapa aku memperingatkanmu waktu di
Amerika. Kenapa kau tidak bisa mengerti?".
Eun Sang
menarik napas, "Apa kau sudah selesai?. Sekarang giliranku. Jangan
bergerak", dengan gerak cepat Eun Sang mencabut name tag Rachel.
Dari jauh Young Do tampak kagum dengan keberanian Eun Sang. Rachel mendapatkan lawan yang tangguh.
"Apa yang kau lakukan?. Apakah kau sudah gila?", teriak Rachel marah.
"Apa kau
tidak ingat kejadian di pesawat?. Kau tahu nama, nomor telepon, dan
alamatku. Tapi aku hanya akan mengambil name tag-mu. Jika kau
menginginkannya kembali, telepon aku. Kau sudah tahu nomor aku", Eun
Sang pergi.
"Hei!. Berhenti di situ!", seru Rachel memerintah.
Eun Sang
tak peduli dan terus jalan. Young Do maju selangkah, menghalangi Eun
Sang. "Siapa kau?. Bodyguardnya?", tanya Eun Sang tanpa takut. Young Do
mengangkat bahu, tak acuh. Melangkah mundur, membuka jalan
mempersilahkan Eun Sang pergi.
Rachel mengejar Eun Sang. Young Do menghalangi dengan tangannya. Rachel marah, "Kau tidak bisa membiarkan dia pergi!".
"Aku pikir kau kalah", ucap Young Do.
"Minggir!".
"Menyerahlah
dan pergi ambil seragammu. kau bisa pulang sendiri. Aku ingin pergi ke
suatu tempat", Young Do naik ke atas motornya. Pergi meninggalkan Rachel
yang semakin kesal dan dongkol.
Hm..kasihan dech Rachel, nasibnya selalu seperti ini ditinggalkan dengan menahan gondok.
Kemana
Young Do pergi, mengejar Eun Sang. Eun Sang yang saat itu ingin menelpon
terkejut melihat seorang pria tiba-tiba ada di depannya. Menghadang
jalan dengan motornya.
"Ada
apa?", tanya Eun Sang. Young Do bertanya apa hubungan Eun Sang dengan
Kim Tan. Eun Sang menjawab tidak ada. Young Do tanya lagi bagaimana
dengan Rachel Yoo. Rachel berkata tidak ada hubungan sama sekali.
"Lalu kenapa kau mengambil name tagnya? Kenapa dia mengambil nama, alamat, dan nomor teleponmu?", tanya Young Do ingin tahu.
"Kenapa kau peduli?', tanya Eun Sang tidak suka.
"Hanya jika kau salah paham...Apakah kau pikir aku bertanya dengan baik- baik sekarang?", tanya Young Do dengan nada mengancam.
Eun Sang tak gentar, "Apakah itu pertanyaan lain?".
Young Do
minta Eun Sang setidaknya menjawab satu pertanyaan, ia mengira mereka
berada di pihak yang sama. Eun Sang heran, kita baru saja bertemu. Young
Do tanya apa kau yakin?. Aku pernah melihatmu sebelumnya".
Eun Sang
tanya dimana. Young Do balik tanya jika ia mengatakannya, apa Eun Sang
akan mau menemuinya lagi. Eun Sang menjawab cepat, "Tidak".
Young Do
: Kenapa tidak!. Aku belum pernah melihat orang yang bisa membuat
Rachel sangat kesal kecuali aku. Itu adalah saat yang langka. Jadi ayo
kita...
"Maafkan aku", potong Eun Sang, "Tapi aku tidak ingin terlibat, jadi bisakah kau minggir?".
"Apakah
kau yakin aku yang menghentikanmu?. Tidakkah kau pikir kau bisa saja
mengambil arah lain?. Apakah aku memblokir seluruh jalanya?", Young Do
menggerakan tangannya ke kiri dan ke kanan dengan leluasa. Menunjuk ke
arah lain.
Eun Sang
mendengus kesal, memilih jalan lain melewati Young Do. Lalu menoleh
ketika Young Do bertanya, "Bisakah aku mendapatkan nomormu dari
Rachel?". Young Do menghidupkan motornya, pergi dari sana.
Eun Sang
mendengus kesal. Tapi tak ingin lama-lama memikirkan tingkah aneh Young
Do tadi. Eun Sang menelpon Chan Young, minta mereka bertemu besok.
Keesokan
harinya, Eun Sang bertemu dengan Chan Young. Ia minta Chan Young
memberikan nomor rekeningnya. Eun Sang merasa tidak nyaman menyimpan
uang itu di rekeningnya. Chan Young akan mengirimkan nomor rekeningnya
melalui sms.
Chan
Young tanya apa yang terjadi pada akun SNS Eun Sang, "Apakah seseorang
membajaknya. Apa aku perlu memperbaikinya?". Eun Sang ingin Chan Young
melakukan sesuatu hal yang lain untuknya, berikan aku beberapa informasi
mengenai sekolah Jeguk.
Chan
Young heran, "Sekolahku?. Untuk apa?". Eun Sang tanya apa pendapat Chan
Young, jika ia bersekolah disana. Chan Young tak mengerti, apa
maksdunya. Eun Sang menjelaskan, Presdir Kim mentransfernya ke sana.
"Ibuku sangat senang sampai- sampai dia sudah melakukan prosedur
transfer itu tanpa bertanya padaku".
Chan Young kaget, campur heran. "Benarkah?".
Eun Sang
heran kenapa ekspresi seperti itu. Chan Young tanya apa yang Eun Sang
pikirkan, apa dia akan menerima tawaran itu. Terus terang, Eun Sang iri
pada Chan Young bisa sekolah di SMA Jeguk, "Mereka memberikan kesempatan
untuk aku pergi kesana. Aku bahkan tidak bisa menjadi ekor ular. Tapi
mereka membiarkan aku menjadi ekor nag. Aku tidak punya alasan untuk
menolaknya. Apakah kau pikir aku seharunya tidak ke sana?".
"Tidak
ada yang tidak seharunya kau lakukan. Banyak yang bisa jatuh dan
berubah. Tentu saja, saya tidak dapat menyangkal masuk sekolah Jeguk
adalah dunia satu hal yang besar. Selamat datang", Chan Young memberikan
dukungan.
"Kau
terdengar seperti kau memberiku izin. Terima kasih Chan Young", ucap Eun
Sang. Tapi wajahnya tidak menunjukan ia sedang bahagia. Justru ada
kekhawatiran di raut wajahnya.
Meski
Chan Young mengucapkan selamat datang, tampak ada kekhawatiran dan rasa
berat di wajahnya. Bentuk kekhawatiran seorang sahabat, yang tak ingin
melihat sahabatnya mengalami kesulitan.
Kim Tan
berada di gudang wine, melihat satu persatu wine yang tersimpan disana.
Bermacam-macam red wine dan red wine tertata rapi di sana. Kim Tan lalu
membuka kotak penyimpanan barang-barang bekas. Ia tersenyum melihat satu
persatu barang yang pernah ia gunakan.
Didalam
kotak itu juga, Kim Tan menemukan buku pemberian Bo Na sewaktu mereka
masih pacaran. Di lembar halaman pertama ada tulisan Bo Na, "Untuk
merayakan Dua - Dua Hari Tan dan Bo Na. ( 22 hari berkencan ).
Kekasihmu, Bo Na". Lengkap dengan tanda hari. Kim Tan tersenyum,
membolak-balik halaman buku.
Terdengar
pintu terbuka, Kim Tan mendongak keatas melihat Eun Sang menuruni
tangga sambil menatap ponselnya. Kim Tan panik, buru-buru mencari tempat
sembunyi. Kim Tan sembunyi dibalik tembok.
Eun Sang
menelpon Chan Young, memberitahu bahwa ia telah mengirim uang tiket ke
rekeningnya, setengah bercanda Eun Sang minta maaf tidak bisa memberikan
bunga. Eun Sang duduk di tembok. Dimana ada Kim Tan di sebelah tembok
itu mendengarkan Eun Sang bicara.
Pengembalian
uang itu bagi Eun Sang terdengar sebagai ucapan selamat tinggal pada
Amerika. Wajah Eun Sang berubah sendu mengingat pesan yang ia tinggalkan
di mading Universitas, Redlands, sekolah Kim Tan di Amerika. "Lagi?.
Bagaimana aku pergi ke sana lagi?. Amerika terlalu jauh dari kamar
pelayan. Aku harus pergi. Ya, aku akan menghubungimu nanti". Eun Sang
mengakhiri pembicarannya dengan Chan Young.
Eun Sang
melamun. Kim Tan diam tanpa suara. Jarak mereka dekat tapi terpisah
oleh tembok. Itulah pemisah diantara mereka, tembok kokoh yang sulit di
runtuhkan.
Eun Sang
keluar dari gudang Wine jalan melewati taman. Semua lampu taman menyala
menerangi jalan. Eun Sang berguman apa mereka tidak khawatir jika
tagihan listrik mereka membengkak.
Ponsel Eun Sang menerima panggilan masuk. Dari Kim Tan, Eun Sang diam sejenak lalu menjawabnya, "Halo?".
"Halo Sidney (judul film horor)?", jawab Kim Tan dengan suara di buat seram dan berat.
Eun Sang sedikit tersenyum, "Apakah ini kenapa kau menyimpan nomorku?. Aku tidak takut sama sekali".
"Lihatlah ke lantai atas", ujar Kim Tan. Eun Sang bingung, "Atas? Dimana?",
Eun Sang
mendongak keatas, mencari apa yang dimaksud Kim Tan. Dan pandangannya
jatuh terpaku menatap dream catcher ungu yang tergantung di jendela
kamar Kim Tan.
"Berbaliklah", ucap Kim Tan lembut.
Eun Sang berbalik, ada Kim Tan berdiri tepat di belakangnya membuat Eun Sang tercengang.
Pandangan Kim Tan lurus menatap dalam Eun Sang. Mereka berpadangan beberapa detik.
Kim Tan jalan mendekati Eun Sang. Eun Sang syok dan tidak percaya, "Bagaimana bisa kau disini?".
"Pikirkan ini!", jawab Kim Tan.
Eun Sang
berbalik, melihat kembali dream catcher yang tergantung di jendela. Itu
benar-benar benda yang ia berikan pada Kim Tan sewaktu di Amerika. Eun
Sang menarik napas, menguatkan dirinya.
"Apakah
kau...Anak ke-2 dari keluarga ini?", tanya Eun Sang menyakinkan diri
sendiri, sekaligus ingin mencari tahu apa benar dugaannya ini.
"Hmm...", jawab Kim Tan dengan deheman, pelan nyaris tak terdengar. Seakan ia tak kuasa untuk mengucapkan kata "Ya".
"Kau putra ke dua pemilik perusahaan grup Jeguk?", tanya Eun Sang seakan belum yakin.
"Hmm..", jawab Kim Tan tanpa mengalihkan pandangannya dari Eun Sang.
Eun Sang syok, "Lalu... Saat kau melihatku di depan pintu gerbang. Apakah kau tahu bahwa aku tinggal di sini?".
"Hmm...".
Eun Sang
menahan tangis, dengan terbata dan suaranya bergetar ia kembali
bertanya, "Kau tahu bahwa aku tinggal di kamar pelayan di sini?".
"Hmm...", jawab Kim Tan mengangguk.
Eun Sang
menarik napas panjang, cukup sudah semua sudah jelas. Eun Sang
berbalik, melangkah pergi menahan tangis. Tak ingin Kim Tan melihatnya
menangis saat ini.
"Cha Eun Sang. Apakah aku...Apakah aku merindukanmu?", tanya Kim Tan tercekat.
Sebuah
pertanyaan yang membuat Eun Sang berhenti untuk sesaat. Membuat 2 air
mata bening mengalir turun membasahi pipinya. Eun Sang menarik napas
panjang, menguatkan diri menahan tangis. Mempercepat langkahnya masuk
ke dalam rumah.
Kim Tan
memandang dari jauh, dengan mata sorot mata sedih sama seperti Eun Sang
saat ini. Tak hanya Eun Sang yang terluka, Kim Tan juga terluka dan
sedih melihat Eun Sang berada di rumahnya sebagai anak dari pelayan.
Di kamar
Eun Sang mencoba melupakan hal itu dengan belajar. Tapi air matanya
terus turun membanjiri pipi. Tak kuasa lagi menahan, Eun Sang menangis
tersedu tanpa suara. Kenyataan Kim Tan melihat hidupnya yang
menyedihkan, adalah hal yang lebih menyakitkan. Pria itu telah
melihatnya dalam titik terendah, membuatnya semakin sadar siapa dirinya.
Kim Tan
melamun dikamar, tak berniat melakukan apapun. Ny. Han masuk membuyarkan
lamunannya. Dengan wajah cerah, Ny. Han membawa baju seragam Kim Tan.
Ia berkata ayahnya ingin Kim Tan mulai masuk sekolah besok, "Lakukan
dengan baik di sekolah. Ambil alih semuanya".
"Dengan menjadi gangster", celetuk Kim Tan.
"Ambil
alih dalam hal nilai pelarajan", jelas Ny. Han. "Putri pelayan itu
mendapat peringkat ke-5. Dia akan pindah ke sekolahmu. Kau tidak akan
membiarkannya mendapat nilai yang lebih baik dari kau, bukan?".
"Apa", tanya Kim Tan menyakinkan pendengarannya.
"Eun
Sung!", ucap Ny. Han lagi-lagi salah menyebut nama Eun Sang. "Ayahmu
melakukan pekerjaan amal lagi. Saat kau melihatnya di sekolah,
berpura-pura bahwa kau tidak mengenalnya dia. Kau harus berteman dengan
orang yang mempunyai tingkat yang sama".
Mata Kim Tan melebar terkejut, "Cha Eun Sang ditransfer ke SMA Jeguk?".
Jeguk High School.
Hari
pertama Eun Sang bersekolah di SMA Elit Jeguk High Shcool. Eun Sang
datang kesekolah dengan mengenak pakaian casual, karena belum mampu
membeli baju seragam yang mahal itu.
Eun Sang
dibuat terbengong-bengong dengan pemandangan baru yang ia lihat disana.
Para siswa diantar sekolah menggunakan mobil mewah lengkap dengan
sopir. Eun Sang semakin dibuat bengong dan terkejut mendengar
pembicaraan 3 siswa yang jalan di depannya.
Mereka membicarakan harga saham yang merosot akhir-akhir ini hingga membuatnya kehilangan 2 milyar won. Seakan uang senilai itu tidak ada artinya.
Eun Sang
seakan kehabisan napas mendengar uang 2 milyar won itu. Ia menarik
napas panjang, menguasai diri dari rasa terkejutnya.
Eun Sang
masuk ke loker, memandangi murid-murid yang bergaya trendy satu
persatu. Diantara mereka ada yang bercakap-cakap menggunakan bahasa
inggris. Apa yang mereka bahas, mobil keluaran terbaru dan peringkat
kekayaan mereka.
Satu
dari mereka menatap aneh pada Eun Sang yang tidak memakai baju seragam.
pada temannya ia bertanya, "Kenapa dia tidak memakai seragam kita?.
Apakah dia murid baru?".
"Siapa yang peduli", jawab yang lain.
Rachel berdiri di depan lokernya. Kaget melihat Eun Sang berdiri termanggu tak jauh darinya.
"Hei!
Apa yang kau lakukan di sini?. Kau mengadakan tur?", tegur Bo Na lebih
dulu dengan nada tidak bersahabat sama sekali, seperti biasa.
"Aku ditransfer ke sini", jawab Eun Sang.
"Apa? Ditransfer?. Tidak mungkin, bagaimana bisa?", seru Bo Na tidak percaya.
Rachel mendekat, "Ditransfer? Atau kau di sini untuk mengembalikan name tag-ku?. Apa pekerjaan keluargamu?".
"Bagimana denganmu?", tanya Eun Sang balik tanpa gentar, membuat Rachel bungkam.
Kang Ye Sol datang, langsung menempel pada Bo Na, "Siapa dia?".
"Murid pindahan. Aku tidak bisa percaya", ucap Bo Na dengan rasa terkejutnya.
Myung Soo muncul, "Oh , seorang siswa baru?", ucapnya dengan nada riang.
"Murid pindahan. Aku benar-benar tidak bisa percaya", sahut Bo Na kehabisan kata-kata.
"Murid
baru?. Hi, aku murid terbaik di SMA Jeguk, Jo Myung Soo. Senang bertemu
denganmu", Myung Soo mengulurkan tangannya mengajak salaman dilengkapi
senyum hangatnya.
Eun Sang
ingin mengenalkan dirinya pada Myung Soo, tapi perkenalan ini terputus
karena para murid lain mulai ribut, berlarian keluar. "Apakah dia benar-benar kembali?. Jadi dia benar-benar kembali?. Dia bahkan mengenakan seragam", guman mereka penasaran.
Bo Na
bingung, dengan cepat ia menyadari sesuatu, "Apakah...Oh, tidak!, seru
Bo Na. Rahcel menyahut ya, benar. Myung Soo menanggapi santai, "Dia
datang ke sekolah?. Aku perlu mencari Young Do". Myung Soo belari lain
arah.
Bo Na langsung pergi, Rachel juga bergegas pergi keluar. Tinggal Eun Sang sendirian di dalam loker bingung.
Anak-anak
bergerombol membentuk lingkaran berdiri di hall depan. Mengelilingi Kim
Tan sang harimau yang kembali masuk ke hutan. Bo Na, Rachel dan Chan
Young datang terakhir kali.
Kim Tan tersenyum menyapa Bo Na, "Sudah lama kita tak bertemu". Bo Na merengut.
"Kau
tidak perlu menatapku seperti itu. Semua orang tahu bahwa kita sudah
bertunangan", ucap Kim Tan pada Rahcel yang memandanginya dengan kesal.
Ucapan salam juga Kim Tan tujukan pada Chan Young, "Pacar mantanku. Apa yang kau lakukan di sini?. Tunjangan karyawan?".
"Ya. Itulah dia", desis Bo Na kesal, menilai Kim Tan masih sama seperti yang dulu.
Di atas
atap, ada siswa lain yang diam-diam menatap ke bawah kerumunan, "Lucifer
muncul di sekolah Satan. Menarik", Hyo Shin menarik senyum tipis.
Young
Do, sang srigala masuk ketengah kerumanan, jalan mendekat ke tengah.
Percikan api permusuhan mulai berkobar. Membuat Hyo Shin semakin
tertarik melihat dari atas.
Sang harimau dan serigala saling berhadapan dan memandang lama satu sama lain. Sengatan aliran listrik keluar dari mata mereka.
Myung
Soo lari ke tengah lingkaran, memanggil Young Do. Lalu melihat Kim Tan,
"Oh. Kalian sudah bertemu", ucap Myung Soo mundur teratur kembali ke
barisan.
"Aku merindukanmu, teman!", sapa Kim Tan lebih dulu dengan nada di tekan.
"Selamat datang", balas Young Do menyinggung senyum sinis dengan alis terangkat.
Kim Tan : Tenanglah, aku tidak akan melakukan apa-apa sekarang padamu!".
Young Do : Jadi ayo katakan salammu. Kau akan menakut-nakuti anak-anak.
Semua anak-anak tegang. Di tengah ketegangan itulah, Eun Sang melenggang santai memasuki kerumunan tanpa melihat sekelilingnya. Padangannya fokus menatap ponsel. Bo Na dan Rachel menatap heran, terlebih Chan Young.
Eun Sang berdiri di tengah-tengah di antara Kim Tan dan Young Do. Eun Sang mengetik sms, "Chan Young! Dimana kau?. Aku di sekolah sekarang".
Eun Sang merasakan ada yang tak beres. Mengangkat kepalanya, banyak siswa di depannya.
Lalu
menoleh ke kanan, kaget ada Kim Tan menatapnya. Pria yang membuat ia
menangis seamalam. Lalu menoleh kesebelah kiri, ada Young Do yang bahkan
ia tak tahu siapa namanya.
Eun Sang
bingung, diam sejenak. Lalu kembali menoleh ke kanan dan ke kiri. Saat
menoleh ke Kim Tan Eun Sang tidak bereaksi, karena ia mengenal Kim Tan.
Tapi saat menoleh ke Young Do, Eun Sang mundur sedikit takut menyadari
pria yang di depannya itu adalah pria yang menghadang jalannya kemarin
malam.
Eun Sang bingung. Hari pertama masuk sekolah yang jauh dari perkiraan.
(Kalo saya sudah pasti pilih yang kanan, Hahahaha..^^).
Next episode
0 Comments
Silahkan berkomentar dengan baik, kalau ada kritik dan saran.
Download Eror, Link mati, Request download.
Jangan jadi silent reader ya..! Gomawo^^