Hyo Shin
pulang kerumah, menyapa ibunya di ruang kerja. Ibu Hyo Shin memberitahu
tutor Hyo Shin sudah menunggu di dalam. Ia sekaligus memberitahu kalau
ini adalah tutor yang baru. Hyun Joo berhenti.
"Untungnya, dia berhenti sebelum aku melakukannya (memecat)", jawab ibu Hyo Shin lalu menyuruh putranya masuk kamar.
Totur
Hyo Shin yang baru menjelaskan pemecahan dari aljabar. Hyo Shin tak
mendengarkan malah memotret soal yang diberikan, lalu mengirimnya ke
Hyun Joo. Tutor Hyo heran apa yang Hyo Shin lakukan disaat mereka
harusnya belajar. Hyo Shin berkata butuh waktu lama untuk memecahkan
soal dengan cara seperti itu.
Hyo Shin
ingin menaikan rangkingnya dalam tingkat nasional, bukan hanya rangking
kelas. Ia melihat soal ini tidak bisa diselesaikan dengan mengandalkan
panduan buku. Harusnya di selesikan dengan cara substitusi, "Tujuan dari
pertanyaan ini untuk melihat apa si pelajar bisa melakukan persamaan".
Hyo Shin
menerima jawaban dari Hyun Joo, lalu melihatkan pada tutornya yang
baru, "Kamu setuju, kan? Pemecahan dengan substitusi". Tutor Hyo Shin
langsung terdiam (hm..dia tidak sepintar Hyun Joo).
Hyo Shin
minta istirahat 5 menit, ia mengirim sms pada Hyun Joo. Bertanya
bagaimana Hyun Joo bisa berhenti bahkan tanpa mengucapkan selamat
tinggal.
Hyun Joo
berada di cafe ketika membalas sms dari Hyo Shin. Hyun Joo telah
mengirim lewat email bab pelajaran yang belum sempat mereka selesaikan.
Jika ada kesuliatan, Hyo Shin bisa mengirimkan pertanyaan padanya
seperti hari ini.
Jae Hoo datang menghampiri Hyun Joo, "Maaf. Apa aku terlambat?". Hyun Joo menggelrng, "Tidak, aku yang datangnya lebih awal".
Tab Hyun Joo kembali berdenting, menandakan ada pesan masuk. Hyun Joo melihat pesan Hyo Shin yang bernada kecewa, "Sampai kapanpun, Aku hanya seorang siswa bagimu. ". Hyun Joo meletakan tabnya di meja, tidak beniat membalas pesan Hyo Shin.
Hyun Joo
tersenyum pada Jae Hoo, menawarinya minum. Jae Hoo tanya apa Hyun Joo
sudah memikirkan tawarannya tempo hari. Sebelum menjawab, Hyun Joo tanya
apakah akan ada publikasi seandainya ia mendapatkan pekerjaan di Jeguk
Grup. Jae Hoo mengiyakan.
"Gadis
yatim piatu yang dibesarkan dari kemurahan hati Jeguk Group akhirnya
dipekerjakan oleh Jeguk. Hanya dengan mengetik namaku sebuah artikel
dengan judul seperti itu akan muncul", ucap Hyun Joo dengan nada getir.
"Kau bisa menolaknya", ujar Jae Hoo.
Hyun Joo
tersenyum, ia juga berpikir menolak tawaran itu. Tapi ia mengenal
presdir Kim dengan baik, tidak mungkin baginya mengatakan 'tidak' untuk
kali ini. Jae Hoo mengatakan Kim Won belum mengetahui tentang hal ini.
"Itu bagus. Kumohon jangan memberitahunya untuk sementara waktu. Aku akan memberitahunya nanti", pinta Hyun Joo.
Jae Hoo diam tanda mengiyakan. Menatap Hyun Joo miris.
Apa yang
dialami Hyun Joo sepertinya menjadi beban pikiran sendiri bagi Jae Hoo.
Saat menyiapkan makan malam dengan Chan Young. Jae Hoo tampak melamun
sembari membersihkan toge. Chan Young mencicipi kuah sup, terasa hambar.
Ia minta pada ayahnya untuk mengambilkan garam. Karena jarak Jae Hoo
lebih dekat dibandingkan dirinya.
Tapi Jae Hoo diam saja seakan tak mendengar perkataan anaknya. Chan Young menggerakan tangan, "Ayah?".
"Ambil sendiri", jawab Jae Hoo tak bersemangat.
Chan
Young yang melihat ayahnya tidak bersemangat bertanya ada apa, "Apakah
terjadi sesuatu?. Ayah ingin aku mengambilkan ayah minum (alkohol)?".
Jae Hoo
tanya apa Eun Sang baik-baik saja di sekolah. Chan Young heran kenapa
ayahnya sering menanyakan Eun Sang akhir-akhir ini. Chan Young semakin
heran lagi ketika ayahnya kembali bertanya, "Bagaimana denganmu?. Apa
baik-baik saja di sekolah?".
"Aku kenapa?", tanya Chan Young heran.
"Aku memasukkanmu ke SMA Jeguk agar kau bisa melihat dunia yang lebih baik dan memiliki hubungan (koneksi) yang lebih baik. Tapi akhir- akhir ini, aku mengkhawatirkan keputusanku".
Chan Young kurang paham maksud ayahnya. Tapi karena ayahnya khawatir. Chan Young mengajak ayahnya minum.
"Anak ini..", desis Jae Hoo kesal seperti ingin memarahi anaknya. Chan Young sedikit tegang.
"Satu gelas saja", ucap Jae Hoo kemudian. Chan Young tersenyum menang, "Tentu satu gelas saja. Sesudah satu jadi dua".
(Hah...maksudnya?. Ck..ck..ck...masih SMA dilarang minum alkohol).
Eun Sang
menerima telpon dari atasannya, ia berkata akan segera tutup cafe
sebentar lagi. Pengunjung sudah sepi, tinggal 2 pria murid SMA yang
sedari tadi memperhatikan Eun Sang. Salah satu murid SMA itu memangil Eun Sang, berkata ada rambut di minumannya.
Eun Sang
berkata itu tidak mungkin. Tapi ia tetap menghampiri mereka dan
memeriksa gelas itu. Eun Sang mengorek menggunakan sedotan, tidak ada
rambut di dalamnya.
"Padahal tadi ada. Kalau begitu, boleh minta nomormu", ucap salah satu dari mereka.
Eun Sang kembali meletakan gelas itu ke meja, "Kami akan tutup", ucapnya kesal.
"Kau bisa memberiku nomormu. Kami datang ke sini setiap hari".
"Apakah kalian sudah selesai?", tanya Eun Sang sembari mengambil gelas yang kosong.
Salah satu dari mereka memegang tangan Eun Sang, "Tunggu sebentar. Kalau begitu, kau mau nomorku?".
"Semua ini terekam dalam kamera CCTV dan aku bisa menelepon polisi", gertak Eun Sang tetap tenang.
"Polisi sudah disini", seru seseorang.
Eun Sang
menoleh ke suara dan kaget melihat siapa yang datang. Orang yang
mengaku polisi itu langsung menendang kursi anak yang memegang tangan
Eun Sang. Membuat anak itu jatuh mencium lantai. Polisi itu adalah Choi
Young Do.
Anak
yang satunya siap marah pada Young Do. Tapi nyalinya langsung ciut
begitu melihat wajah pria yang mengaku sebagai polisi. Beda dengan Young
Do yang berseru senang mengenali wajah anak penganggu itu.
"Oh....Lama
tak bertemu. Terakhir kita ketemu saat masih SMP. Aaw..Senang bertemu
denganmu lagi, teman.", Young Do mengulurkan tangannya mengajak salaman.
"Choi Young Do", ucap anak itu ketakutan.
Young Do : Hey, padahal aku sudah baik padamu. Tapi kau malah jadi preman.
Buru-buru
anak itu membantu temannya berdiri dan kabur dari sana. Young Do
menarik tangannya yang tidak mendapat sambutan. Pada Eun Sang Young Do
berkata kalau Eun Sang mau ditindas, hanya ia yang boleh melakukannya.
Bukan 2 pecundang seperti mereka.
Eun Sang
mendesah kesal. Mengambikan kursi ke tempatnya dan berkata kalau cafe
sudah tutup, tidak menerima penungjung lagi. Young Do bilang seharusnya
Eun Sang mengucapkan terima kasih, karena barusan menyelamatkan Eun Sang
dari 2 orang brengsek tadi.
"Kaulah
yang paling brengsek di sini. Kau pikir kenapa aku tidak bisa pergi ke
sekolah?", sela Eun Sang. Apa yang telah aku lakukan padamu?. Kenapa kau
terus mengangguku?".
"Aku tidak menganggumu", jawab Young Do pelan, dengan wajahnya berubah murung.
Young Do lalu berpikir apakah ini juga termaksud menganggu, "Hari ini aku pergi ke rumah lamamu". Eun Sang kaget, "Apa?".
Young Do
terlihat senang melihat wajah Eun Sang yang terkejut, "Dengarkan ini".
Young Do mengacungkan jarinya, "Satu, kau tinggal di daerah kumuh itu.
Dua, tapi sekarang kau tinggal di Pyungchangdong. Itu sebabnya kita
ketemu di toko waktu itu. Tiga, aku yakin bahwa kau berada di Grup
Kepedulian Sosial. Jadi empat!..".
"Ya. Kau benar", potong Eun Sang cepat. "Aku bukan Orang Kaya Baru. Aku ada di Grup Kepedulian Sosial".
"Yeah! Aku tahu itu!", Young Do tersenyum canggung.
Eun Sang melanjutkan, "Jadi apa?. Apa kau juga akan menendangku keluar dari SMA Jeguk?".
Young Do
terdiam, kaget melihat keberanian Eun Sang. Wajahnya berubah muram, tak
menyangka Eun Sang akan menilainya seperti itu. "Aku terlalu menyukaimu
untuk melakukan itu", ucap Young Do pelan.
Eun Sang kaget, "Apa?".
"Tapi
kau membenciku, bukan?", ucap Young Do kemudian. Eun Sang diam tak
menjawab. Seakan tak percaya Young Do akan berkata seperti itu.
Kim Tan
berdiri di depan jendela kamarnya, menatap keluar menunggu Eun Sang
pulang. Walau tadi siang Kim Tan meninggalkan Eun Sang, tapi dia tetap
mengkhawatirkan gadis yang disukainya itu.
Kim Tan
berdiri disana beberapa lama, tapi Eun Sang tak kunjung muncul juga. Ia
memutuskan melihat rekaman CCTV dari layar monitor televisi yang ada di
kamarnya. Kim Tan melihat rekaman CCTV di luar rumah. Ada Eun Sang duduk
termanggu di depan pintu gerbang.
Kim Tan
berdiri, berniat turun ke bawah. Tapi niat itu ia urungkan, begitu
melihat ibu Eun Sang yang jalan mendekati putrinya. Kim Tan kembali
duduk, melihat mereka dari layar monitor.
Hee Nam
duduk di samping Eun Sang setelah membuang sampah. Eun Sang tanya apa
ibunya di hubungi pihak sekolah. Hee Nam mengiyakan dengan bahasa
isyarat. Eun Sang kembali tanya kenapa ibunya tidak mengatakan apa-apa
(menegurnya). Eun Sang mengaku membolos hari ini.
Dengan
bijak Hee Nam berkata pasti Eun Sang mengalami hal yang sulit hingga
tidak pergi sekolah. Jika ia bertanya, hanya akan mempersulit putrinya.
Eun Sang terharu melihat sikap ibunya yang penuh pengertian.
Mata Eun
Sang berkaca-kaca saat ibunya mengenggam tangannya dengan sayang.
Memberikan dukungan dan kekuatan. Eun Sang menahan tangisnya, memaksakan
senyum, "Jangan khawatir, hanya untuk hari ini. Besok aku pergi
sekolah. Seragam ini seharga sejuta Won. Jadi aku harus hargai uang
itu".
Hee Nam
mengangguk. Dengan bahasa isyarat dia berkata menyukai udara malam. Eun
Sang menganguk. Ibu dan anak yang saling menyayangi itu, duduk diam
disana lebih lama. Menikmati udara malam.
Kim Tan bisa sedikit lega, setidaknya ada yang menghibur Eun Sang. Kim Tan lalu menatap dreamcathcer pemberian Eun Sang.
Sesuai
janji Eun Sang pada ibunya, Keesokan harinya dia masuk sekolah. Meski
banyak mata yang menatap sinis padanya. Rachel jalan di belakang Eun
Sang. Menampakan wajah tidak suka melihat Eun Sang kembali menginjakan
kakinya ke SMA Jeguk.
Eun Sang
keluar dari studio penyiaran dengan membawa tumpukan CD. Di koridor ia
bertemu pandang dengan Kim Tan. Sejenak mereka bertatapan. Eun Sang
menundukan kepalanya, berusaha sebisa mungkin tidak memandang Kim Tan.
Kim Tan
tahu apa yang diinginkan Eun Sang, ia pun menundukan pandangannya. Waktu
seakan berjalan lambat saat keduanya jalan berpapasan. Tanpa senyum
atau pun tegur sapa.
Kim Tan
menatap lurus ke depan tidak menoleh atau melirik sedikit pun. Justru
Eun Sang yang melirik sedih begitu Kim Tan jalan melewatinya. Hm..perang
dingin kah?.
Ny. Han
membaca artikel tentang mamfaat almond, salah satunya bermafaat
menghambuat penuaan dini. Kebetulan saat itu, Ny. Han sedang makan
almond. Ia langsung mengisi tangannya penuh dengan almond dan memasukan
semuanya ke dalam mulut.
Ny. Han
tersedak karena tiba-tiba, Hee Nam menghambur masuk keruang tamu. Ny.
Han protes, "Oh, Kau mengangetkanku!. Ada apa? Apa yang kau inginkan?".
Hee Nam
menunjukan ponselnya, ada panggilan telepon masuk dari Asosiasi guru dan
orang tua SMA Jeguk. Ny. Han mengira Hee Nam ingin menyombongkan diri
soal ini. Hee Nam mengeleng, dengan isyarat minta Ny. Han mengangkat
panggilan itu untuknya.
Sebelum
Ny. Han menjawab, Hee Nam memberi isyarat untuk menolak pertemuan orang
tua. Ny. Han mengangguk mengerti. "Halo!", ucap Ny. Han mengangkat
telepon.
Orang
yang menelpon Hee Nam ternyata adalah ibu Hyo Shin. Ia senang akhirnya
bisa bicara dengan ibu Eun Sang. Ia menilai sedikit tidak sopan, jika
hanya mengirim sms, "Aku tidak bisa datang".
Ny. Han
mewakili Hee Nam mengerti kalau itu sedikit tidak sopan. Tapi bagaimana
pun ia benar-bener tidak bisa datang. Ibu Hyo Shin mencoba merayu,
setiap orang mempunyai urusan mendesak. Semua orang tua murid juga
sibuk.
Ny. Han
berkata ia tidak bilang yang lainya tidak sibuk, "Ada sesuatu yang tidak
bisa aku bicarakan. Aku tak bisa "BI-CA-RA" ... soal itu".
Ibu Hyo Shin menjauhkan ponsel dari telingnya, karena Ny. Han bicara cukup nyaring. Dengan nada ramah, ibu Hyo Shin berkata Eun Sang adalah murid pindahan. Maka itu sudah cukup menjadi alasan bagi ibu Eun Sang untuk turut berpartisipasi, "Aku akan menantikan kedatangan Anda. Sampai jumpa".
Ibu Hyo
Shin langsung memutus sambungan telpon. Ny. Han memangil-manggil, tapi
tetap saja tidak ada sahutan di sebarang sana. Ia marah karena si
penelpon secara sepihak menutup telpon.
Ny. Han
tak percaya ada orang yang melakukan hal ini padanya. "Ingin rasanya aku
menemui orang itu sekarang dan membuat perhitungan". Ny. Han
mengembalikan ponsel Hee Nam, lalu menariknya kembali. Terlintas ide
dalam benaknya, haruskah ia benar-benar pergi ke pertemuan itu. Lalu
tanya bagaimana pendapat Hee Nam.
Hee Nam buru-buru menulis, "Bagaimana jika mereka tahu kalau anda itu simpanan?".
Hee Nam lalu sadar kalau salah tulis. Cepat-cepat ia menghapusnya. Tapi
terlambat karena Ny. Han melihat sedikit tulisan itu. Ny. Han mendelik
kesal dan menarik notes Hee Nam.
Ny. Han : Kena kau ahjumma!. Tadi aku lihat tulisan 'simpanan'
Hee Nam yang takut ketahuan menarik notesnya lebih keras, lalu menulis "Aku hanya khawatir. Mereka bisa saja mengetahuinya".
"Siapa bilang aku akan pergi sebagai Ibunya Tan?", ucap Ny. Han kemudian membuat Hee Nam bengong.
(Jadi sebagai ibunya siapa. Ibu Eun Sang?).
Rachel
menemui Eun Sang di ruang loker. Ia berpikir Eun Sang akan berhenti
sekolah, ternyata dugaannya salah. Eun Sang berkata tidak mempunyai
alasan untuk berhenti sekolah. Baik. Rachel menantang apa Eun Sang akan
keluar dari sekolah jika ia memberikan alasan.
Eun Sang
mempersilahkan Rachel bicara, ia ingin mendengar alasan macam itu.
Pertama Rachel ingin meluruskan hal ini, "Apa pekerjaan orang tuamu?.
Orang Kaya Baru?. Berapa banyak uangmu?. Sekaya apa kau?. Aku sangat
ingin tahu!".
Eun Sang
tersenyum tipis, menganggap pertanyaan Rachel itu sangat kekanakan
sekali. Rachel meradang, "Begitu menyebalkan. Tan dan aku sudah
bertunangan. Apakah itu belum cukup?".
"Jadi kenapa dengan itu?", tanya Eun Sang kemudian.
"Meski kami bertunangan, ini bukan berarti dia dan aku berpacaran. Ini
adalah perjanjian antara 2 perusahaan (merger dan akusisi). Mereka akan
berbagi saham, berbagi teknologi...itu kesepakatan yang memiliki
potensi untuk menciptakan keuntungan jutaan atau bahkan miliaran won.
Kamu, sekarang ini mengganggu kesepakatan besar itu. Itu yang kau maksud
kekanak-kanakan?", jelas Rachel dengan nada tinggi.
Eun Sang menunduk. Rachel mengajukan pertanyaan, "Sekarang jawab pertanyaanku. Aku sudah bertanya di Amerika. Siapa kau?".
"Kau akan segera tahu. Choi Young Do tahu siapa aku", jawab Eun Sang.
Rachel kaget, "Choi Young Do?".
un Sang pergi tanpa mengiraukan pertanyaan Rachel. Tak jauh dari mereka, Ye
Sol berdiri di depan lokernya, yang tentu saja mendengarkan pembicaraan
mereka sedari tadi. Wajahnya langsung berubah kesal begitu mendengar
nama Choi Young Do terlibat dengan Eun Sang. Cemburu?. Seperti itulah!.
Pertemuan Asosiasi
guru dan orang tua SMA Jeguk. Ny. Han benar-benar datang sesuai
perkatannya. Ia jalan memasuki aula pertemuan dengan langkah anggun.
Para ibu-ibu yang ada disana terheran-heran memandangi wanita yang ada
di depan mereka. Dari ujung kepala hingga kaki penampilan Ny. Han
terlihat glamor.
Ny. Han
meletakan tas branded-nya ke atas meja. Hanya ibu Ye Sol yang menyapa
Ny. Han, "Hi...Kami baru saja mulai". Ny. Han dan ibu Ye Sol saling
memberi kode. Ibu Hyo Shin tanya anda siapa.
Ny. Han membuka kacamatanya, dan memperkenalkan diri sebagai ibu Eun Sang. LOL..perkenalan
diri yang membuat ibu-ibu semakin bengong. Tak hanya trendy, tapi Ny.
Han juga terlihat sangat cantik. Sampai-sampai membuat Esther tak
berkedip memperhatikan wanita yang ada di hadapannya itu. Merasa
tersaingi?.
Acara
selanjutnya minum teh sembari beramah tamah. Para ibu-ibu melihat brosur
yang dibagikan. Ny. Han yang baru kali ini mendapat brosur,
memperhatikannya secara teliti. Brosur itu berisi profile dari SMA
Jeguk, lengkap dengan foto ketua yayasan dan para alumni yang telah
menjadi orang sukses.
Diantaranya : Jo Gook, Kim Joo Won, Choi Dong Wook, Choi Yoon, Kim Do Jin, dan Im Tae San.
(Kurang
satu nich F4 ahjshusi-nya. Om Lee Jung Rook kagak ada. Ehem..semua itu
nama tokoh dalam drama yang ditulis Kim Eun Sook, penulis drama The
Heirs).
Ibu Hyo
Shin mulai membahas Leadership Camp yang akan di laksanakan setelah
ujian tengah semester. Tahun lalu Ibu Myung Soo mensponsori tiket
pesawat, dan ibu Rachel menyumbang baju-baju outdoor keluaran terbaru.
Ibu Hyo Shin minta ibu-ibu untuk tepuk tangan. Esther dan Ibu Myung Soo
menundukan kepala dengan santun.
"Untuk
pelatihan kepemimpinan kali ini, meskipun beliau berhalangan hadir, Ayah
Young Do akan mensponsori akomodasi dan hotel untuk anak-anak", jelas
Ibu Hyo Shin. Rachel terlihat bangga, para ibu kembali bertepuk tangan.
Ibu Hyo Shin kembali melanjutkan, "Dan untuk bagian yang belum diselesaikan....".
Ny. Han yang berperan sebagai ibu Eun Sang langsung mengangkat tangannya, "Aku akan melakukannya?".
Ibu Hyo Shin heran, "Melakukan apa?"
Ny. Han : Semuanya yang tersisa. Apapun.
Ibu Hyo
Shin mengatakan masih banyak hal yang belum diurus. Meluputi tiket
pesawat, transportasi darat, seragam, makanan dan beberapa hal lain. Ini
bukan hanya satu atau dua masalah. Dengan nada meyakinkan, Ny. Han
berkata akan melakukan semuanya. Apakah itu satu atau seratus masalah.
"Jadi. Baiklah", ucap ibu Hyo Shin tersenyum canggung seperti tidak percaya. Ibu-ibu di minta untuk tepuk tangan lagi.
Esther
tepuk tangan, memandang Ny. Han dengan tatapan menyelidik. Ny. Han
tersenyum senang, sembari menganggukan kepala dengan santun. Tapi
senyumnya langsung hilang, ketika ibu Hyo Shin bilang ketua dewan yang
tak lain Ny. Ji Suk akan bergabung dengan mereka.
Ny. Han
melotot kaget, "Siapa?", tanyanya dengan suara tercekat. Ia dan ibu Ye
Sol sama-sama panik. Ny. Han semakin panik ketika ibu Ye Sol berguman
pelan, "Apa yang kau akan kamu lakukan?".
Ny. Han
berusaha menyembunyikan wajahnya ketika orang yang dibilang ibu Hyo Shin
masuk keruangan bergabung dengan mereka. Tapi sayangnya, Ny. Ji Sung
duduk tepat di sampingnya.
Ny. Ji
Sung mendelik kaget begitu melihat wajah orang yang ia kenal dengan
"sangat baik". Pura-pura tak kenal, Ny. Ji Sung berkata ada wajah baru
disini. Ibu Myung Soo memberitahu wajah baru itu adalah ibu dari siswa
pindahan, Cha Eun Sang.
"Oh. Begitu!", ucap Ny. Ji Sung lega.
Ny. Han memberanikan diri melirik Ny. Ji Sung. Ny. Ji Sung bertanya apa ada yang ingin kau katakan?.
"Aku sudah mendengar banyak tentang Anda. Kalau anda adalah ibu Tan", ucap Ny. Han canggung.
Ny. Han
lalu tersenyum, memuji Tan benar-benar tampan. Tinggi dan kepribadiannya
baik. Ny. Ji Sung menyindir, "Sepertinya kau mengenal Tan dengan
baik".
"Ya itu
karena....". Senyum Ny. Han langsung hilang. Menyadari perkataan jebakan
yang dilontarkan Ny. Ji Sung. Tak mungkin baginya mengaku di depan
orang tua siswa kalau dia adalah ibu kandung Kim Tan.
Tak
kehilangan akal, Ny. Han mengatakan Eun Sang tiap hari membicarakannya,
"Karena aku mendengar tentangnya setiap hari. Aku merasa seolah-olah
sudah bertemu dengannya. Kalau aku punya seorang putri, aku ingin dia
jadi menantuku".
Esther mendelik tajam. Ny. Ji Sung kembali menyindir, "Kau memiliki seorang putri, bukan?".
"Iya, aku punya, tentu saja", jawab Ny. Han gelagapan menyadari kesalahannya.
Untuk
membuang rasa malu, buru-buru Ny. Han permisi pergi ke toilet. Tingkah
Ny. Han ini membuat semua mata tak lepas memperhatikannya. Terutama
Esther, merasa dapat saingan baru.
Ditoilet,
Ny. Han memperbaiki dandanannya. Tiba-tiba Ny. Ji Sung menyusulnya ke
toilet. Sebelum memarahi Ny. Han. Terlebih dahulu Ny. Ji Sung memeriksa
setiap kabin toilet. Memastikan tidak ada orang lain, selain mereka
berdua.
"Apakah kau gila?", semprot Ny. Ji Sung.
"Aku
sudah tidak bisa berpikir dengan jernih. Kenapa?. Terserah! Aku tidak
peduli sekarang. Lagipula, ini pertama kalinya aku ikut pertemuan orang
tua murid. Aku senang sekali. Jadi jangan mengacaukannya, Nyonya ketua
Yayasan!", balas Ny. Han tak kalah nyaring.
Ny. Ji
Sung mengatakan Ny. Han kurang kerjaan. Jika punya waktu untuk hal ini,
lebih baik urus saja Kim Tan. "Dia terlibat perkelahian di SMA Jeguk.
Putramu merusak reputasi
dan fondasi sekolah ini!".
dan fondasi sekolah ini!".
"Hah.
Disaat begini saja, baru kau bilang kalau dia adalah anakku", cibir Ny.
Han. "Semua anak-anak pasti pernah berkelahi saat mereka tumbuh dewasa.
Kau tidak akan tahu. Kamu akan tahu setelah kamu membesarkan seorang
anak".
Ny. Ji Sung tanya, "Kau tahu dia berkelahi dengan anak siapa?".
Ny. Han : Berkelahi dengan anak siapa?. Apakah salah satu dari anak mereka?. Apa yang mukanya runcing seperti rubah?. Yang rambut pendek dan memakai kalung bulat-bulat seperti bola mata raksasa".
"Rubah yang kau sebut itu adalah besanmu. Ibu mertua Tan di masa depan", jelas Ny. Ji Sung.
Ny. Han kaget, "Ibunya Rachel?".
"Haruskah saya kenalkan dia padamu? Apakah kamu mau memberi salam?", serang Ny. Ji Sung.
Ny. Han menyadari kesalahanya, berguman apakah ia sudah gila. Ny. Ji Sung teriak, "Makanya cepat pulang!. Kecuali kau mau membatalkan pertunangan Tan". Ny. Ji Sung pergi meninggalkan Ny. Han yang bengong.
Tak lama
kemudian, Ny. Han keluar dari toilet, berpapasan dengan ibu Myung Soo
yang sedang bicara dengan anaknya. Ibu Myung Soo mengamati penampilan
Ny. Han dari kepala hingga kaki, menyungging senyum sinis. Ny. Han
memakai kacamatanya, dan pergi dari sana dengan langkah setenang
mungkin.
Ibu
Myung Soo melajutkan percakapannya di telepon. Ia tanya pada Myung Soo
jadi apa pekerjaan orang tua Eun Sang. Berada di kelompok mana dia.
Sementara
itu di dalam kelas, Ye Sol bertingkah seperti preman wanita. Ia duduk
di depan meja Eun Sang, di sampingnya ada 2 siswi lain yang ikut
memojokan Eun Sang. Ye Sol menuntut jawaban siapa nama Ayah dan Ibu Eun
Sang. Apa pekerjaan mereka. Cukup katakan saja, apa sulitnya.
Eun Sang
tetap diam, melirik ke belakang ke arah tempat duduk Kim Tan. Kim Tan
tampak tak peduli, memasang earphone di telinga. Kim Tan pura-pura
mendengarkan musik, walau ia juga mendengarkan percakapan itu.
Ye Sol
berkata setidaknya nama kedua orang tua Eun Sang akan muncul dalam di
koran sesekali. Eun Sang menjawab kedua orang tuanya tak pernah masuk
dalam berita koran. Rachel melirik sekilas dengan tatapan sinis.
Ye Sol
heran, kalau tidak ada berita seperti itu, berarti Eun Sang bukan Orang
Kaya Baru. Korea itu sensitif terhadap uang. Mana mungkin tidak ada
berita soal orang yang mendadak kaya, "Aku belum pernah melihatmu datang
ke sekolah dengan mobil. Setidaknya beritahu apa nama perusahaanmu. Apa
perusahaan publik?. Sudah terdaftar?".
Eun Sang kesal, "Kenapa kau peduli? Kenapa hanya aku (yang dipojokan)?
"Jangan mengelak. Jawab saja pertanyaanku!", Ye Sol mendorong bahu Eun Sang. "Katakan".
Kim Tan tak tahan lagi melepas earphonenya, hendak membela menghentikan mereka. Tapi kali ini Young Do mendahuluinya.
"Kang Ye Sol. Jangan menyentuhnya", tegur Young Do menatap tajam Ye Sol.
Ye Sol menunduk malu. Rachel heran, melihat sikap Young Do yang tiba-tiba berubah. Dan Kim Tan merasa kalah cepat kali ini.
Myung
Soo masuk ke kelas, sembari menunjuk Eun Sang. Dia berseru,
"Daebak...daebak..Orang kaya baru!. Apa pekejaan orang tuamu?. Ibuku
baru menelepon dan bilang kalau ibu Cha Eun Sang luar biasa!".
Young Do
tanya, luar biasa apanya. Myung Soo menjelaskan hari ini ada pertemuan
orang tua murid. Penampilan ibu Eun Sang, mulai dari ujung rambut sampai
ujung kaki benar-bener glamor!. Ibunya bahkan datang dengan mobil
termahal, dan semua ibu kehilangan kepercayaan diri mereka".
Kabar
yang membuat semua tercengang. Tak terkecuali Kim Tan, Young Do, Rachel
dan Eun Sang sendiri. Young Do tanya apa Myung Soo yakin.
Myung
Soo tak mengubris pertanyaan Young Do. Ia menebak apa keluraga Eun Sang
menjalani binsis peminjaman pribadi (Lintah darah/rentenir). Dari yang
ia dengar, ibu Eun Sang mensponsori semua kegiatan Camping mereka,
kecuali penginapan dan kamar.
Rachel semakin tercengang mendengarnya. Kim Tan berpikir dan bisa menebak siapa "Ibu Eun Sang" itu.
Eun Sang makin bingung dan tak percaya, "Ibuku bilang bahwa dia akan mensponsorinya?".
Esther
berada di studio foto memantau pemotretran produk keluaran terbaru yang
akan ia luncurkan untuk musim semi dan dingin tahun ini. Esther berkata
konsep kali ini Casual- Beauty. Ia minta fotografer mengambil foto
senatural mungkin, bukan pose yang berlebihan.
Ponsel Esther berdering, dari Choi Dong Wook. Sepertinya Esther masih marah, karena ia langsung menolak panggilan tersebut.
Rachel
datang, ia marah karena ibunya tak menjawab telpon. Hingga membuatnya
harus datang kemari. Esther bilang bukan hanya telpon Rachel yang tidak
ia jawab. Esther maju kedepan, memberikan pengarahan pada model.
Rachel
mendekati Esther, tanya apa tadi ibunya pergi ke pertemuan orang tua
murid. Esther mengiyakan, "Apa kau tahu berapa banyak yang Ibu habiskan
di sana?". Di dorong rasa penasaran, Rachel kembali bertanya kalau
begitu ibunya pasti bertemu dengan ibu Eun Sang.
"Ya. Dia
memiliki tas yang bahkan tidak bisa kumiliki. Edisi terbatas. Hanya ada
20 di dunia ini", jawab Esther membuat mata Rachel terbelakak lebar,
"Benarkah?".
Sama
seperti Rachel, Bo Na juga terkejut begitu mendengar cerita Myung Soo
tentang ibu Eun Sang yang kaya. Bo Na tanya apa Myung Soo benar-benar
yakin itu ibunya Eun Sang. Mungkin Ibu Myung Soo salah lihat.
"Hey!. Ibuku itu pengacara nomor 2 terbaik di Korea setelah ayahku", jawab Myung Soo (terus hubungannya apa?. hahaha).
Bo Na
yang mengetahui keadaan Eun Sang sebenarnya, tentu saja tak percaya.
Tidak mungkin. Mustahil. Ye Sol merasa telah mempermalukan dirinya
sendiri di depan Young Do.
Ye Sol
lalu tanya apa Young Do akan datang ke studio Myung Soo hari ini. Bo Na
menyahut, Young Do dan Kim Tan melakukan kerja bakti sosial sebagai
sanksi tindakan disipliner atas perkelahian mereka kemarin.
Myung
Soo berpikir harus berbuat sesuatu untuk mendamaikan Kim Tan dan Young
Do. Akan lebih baik jika mengunci mereka berdua di dalam gudang.
"Kalau
begitu, besoknya cuma tinggal satu yang hidup. Satunya lagi sudah
dimakan" celetuk Bo Na cuek seraya membolak balik halaman majalan di
tangannya.
Huwa...sadis
amat ya Bo Na. Perkataan sadis itu membuat Ye Sol dan Myung Soo
langsung terdiam dan menoleh padanya dengan tatapan nyeri. Bo Na
pura-pura tak mengerti, "Apa?", lalu kembali menatap majalah di
depannya.
Kim Tan dan Young Do dihukum membersihkan sekolah. Young Do mengepel dan Kim Tan membersihkan kaca. Tapi Kim Tan tak
mau mengerjakan bagian ini, ia menyuruh Young membersihkan sekolah
sendiri. Sekaligus mengerjakan bagiannya dan pulanglah jika sudah
selesai.
Young Do
menjatukan mopnya mengalangi langkah Kim Tan yang ingin pergi. Young Do
juga tak mau membersihkan sekolah. Ia merasa muak karena harus
bersih-bersih. Setiap hari ia membersihkan kamar hotel. Jadi urusan ini
Young Do serahkan sepenuhnya pada Kim Tan.
Kim Tan
menendang ember ketika Young Do beranjak pergi. Sebagian air dalam ember
muncrat keluar. Dan pastinya ada perciakn air yang mengenai seragam
ataupun sepatu Young Do.
Kim Tan
mendelik tajam, lalu pergi meninggalkan Young Do. Namun langkahnya
terhenti karena Young Do bertanya, "Kau mau pulang?. Kenapa?. Kau rindu
pada Ibu kandungmu?". Young Do bertanya dengan senyum mengejek.
Kim Tan mendesah kesal. Tetap membelakangi Young Do. Kim Tan bertanya, "Apakah ibumu datang ke pertemuan orang tua murid hari ini?".
Wajah Young Do langsung berubah keruh. Kim Tan berbalik dan tersenyum, "Oh iya ...Aku lupa!. Ibumu kabur dari rumah, kan?".
"Jangan terlalu bersemangat", ucap Young Do terlihat marah.
"Kau yang mulai lebih dulu. 3 tahun lalu dan sekarang", balas Kim Tan lalu pergi meninggalkan Young Do.
Young Do menatap kepergian Kim Tan, ada percikan dendam di matanya.
Eun Sang
sibuk mengirim sms pada ibunya saat dalam perjalanan pulang. Tentu ia
penasaran siapa orang yang datang ke pertemuan orang tua murid dan
mengaku sebagai ibunya. Eun Sang tanya apa yang sebenarnya terjadi. Apa
ibunya benar-benar pergi ke pertemuan orang tua murid?. Ia minta ibunya
cepat membalas.
Sementara
itu, Kim Tan hampir tak percaya ketika Ny. Han mengaku datang
kepertemuan orang tua murid, menyamar sebagai ibu Eun Sang. Dengan mata
berbinar-binar, Ny. Han menceritakan bagaimana ia berhasil mengelabui
mereka semua dan membuat semua ibu-ibu itu merasa minder dengan
keberadaanya.
Tentu
saja Kim Tan tidak senang. Sebenarnya apa yang ibunya pikirkan. Ny. Han
bisa menangkap kalau Kim Tan marah. Buru-buru ia minta maaf karena telah
bertindak gegabah.
"Ibu
hanya ingin tahu. Anak-anak siapa yang bersekolah denganmu. Bagaimana
wajah orang tua teman-temanmu. Seperti apa itu pertemuan orang tua
murid. Dan, apa yang mereka lakukan?". Ny. Han menunduk sedih.
Wajah
sedih ibunya membuat Kim Tan luluh. Ia pun tak ingin memperpanjang
masalah itu. Dengan nada lebih pelan, Kim Tan berkata, "Ibu. Kurangi
minum wine. Aku khawatir.
"Baiklah", jawab Ny. Han tersenyum sedih.
Pelayan
masuk keruang tamu dan memberitahu ada tamu yang datang. Dia mengaku
sebagai teman Kim Tan. Ny. Han dan Kim Tan sama-sama heran. Hingga
"teman" yang dibilang pelayan itu muncul. Dia adalah Young Do,
melenggang santai masuk ke dalam rumah.
"Anyeong Tan-ah", sapa Young Do tersenyum. Seakan-akan mereka adalah teman akrab yang lama tidak bertemu.
Kim Tan
menatap tajam Young Do, lalu berdiri. Young Do melihat sekeliling rumah.
Ia tanya dimana ketua dewan yayasan. "Maksudku... Dimana ibumu (Ny. Ji
Sung)?. Aku harus menyapa dulu sebelum kita main".
Kim Tan
menghela napas kesal. Ny. Han yang panik, pelan-pelan menyelinap pergi
dari sana, jalan menuju kamarnya. Tapi Young Do melihat dan sebuah
teguran darinya menghentikan langkah Ny. Han.
"Permisi. Tolong bawakan aku segelas air, Ahjumoni (pelayan)?".
Kim Tan menahan geram, anak mana yang gak marah ibunya disebut sebagai pembantu. Terleibh lagi Young Do memang sengaja melakukanya. Tanpa punya pilihan lagi, Ny. Han pun berbalik arah, "Baiklah", ucapnya mengiyakan permintaan Young Do. Jalan pelan-pelan menuju dapur.
Kim Tan
menahan tangan ibunya, agar tetap berada di sampingnya. "Ibu. Beri
salam. Dia temanku", tanpa melepaskan pandangan tajamnya dari Young Do.
"Apa yang kau lakukan?", tanya Ny. Han dengan suara setengah berbisik.
Young Do pura-pura terkejut, "Oh...Aku tidak mengenalinya karena dia beda dengan ibumu yang kukenal. Dia ibu kandungmu?".
Kim Tan
tersenyum menenangkan ibunya, "Kami akan bicara di luar, Ibu". Kemudian
jalan keluar melewati Young Do, "Ayo keluar sebelum aku membunuhmu".
Young Do
tersenyum menang. Setelah membungkuk pada Ny. Han, ia menyusul Kim Tan
keluar. Ny. Han baru berani mengangkat wajahnya ketika Young Do pergi.
Ia tampak cemas dan khawatir.
Kim Tan
dan Young Do bicara di halaman luar. Kim Tan mendesah tak percaya,
"Maaf. Sudah meremehkanmu. Aku tidak menyangka kau ternyata sebrengsek
ini".
"Kalau begitu, sekarang waktunya berlutut?. Aku sudah bersabar dengan tidak memintamu melakukannya di depan ibumu".
"Jika itu yang kau inginkan, apa yang kau rencanakan itu salah. Choi Young Do".
Young Do
melihat ke arah belakang Kim Tan. Alisnya terangkat melihat sesuatu
yang menarik. Eun Sang jalan masuk ke halaman rumah Kim Tan, tanpa
melihat kehadiran Young Do. Eun Sang sama sekali tidak sadar sedang di
perhatikan, ia sibuk mengetik sms.
"Hah?!. Sepertinya rencanaku sudah benar.", ucap Young Do tanpa mengalihkan perhatiannya dari Eun Sang.
Disaat
itulah Eun Sang baru melihat kehadiran Young Do. Terkejut sudah pasti.
Kim Tan berbalik mengikuti arah pandang Young Do. Melihat Eun Sang yang
berdiri di belakangnya. Kim Tan dan Eun Sang saling pandang. Kim Tan
diam, tak tahu harus berbuat apa.
"Dia bahkan datang kerumahmu?. Aku tidak kesini untuk melihat ini", Young Do menatap Kim Tan, "Klok..klak...Ini jackpot!".
Kim Tan balas memandang Young Do. Young Do mengalihkan pandangannya pada Eun Sang. Kim Tan balik menoleh, melihat Eun Sang.
Eun Sang bingung. 2 pasang mata pria yang menatapnya. Lagi-lagi ia berada di tengah-tengah mereka.
Next episode ^^
0 Comments
Silahkan berkomentar dengan baik, kalau ada kritik dan saran.
Download Eror, Link mati, Request download.
Jangan jadi silent reader ya..! Gomawo^^