Woo Jin terbangun saat merasakan haus di tenggorokannya.
Saat ia membuka mata ada Bong Hak yang memberinya segelas air minum. Bong Hak
berkata besok semua akan baik-baik saja, tinggal menunggu sehari ini saja. Woo
Jin tak mengerti maksud Bong Hak. Kenapa sehari, memangnya apa yang ingin Bong
Hak, “Apa kau ingin membunuh orang lagi?. Jangan membunuh orang lagi. Hentikan!”.
Bong Hak menatap marah Woo Jin dan menyuruhnya untuk tidak
ikut campur. Woo Jin tetap teriak, “Banyak orang yang telah mati. Hentikan!”.
Bong Hak mencengkram kerah baju Woo Jin, memang benar banyak orang yang telah
mati. Ini yang terakhir, kali ini hanya satu orang yang akan mati.
Woo Jin ingin tahu siapa sebenarnya jati diri Bong Hak,
kenapa harus bertindak sampai sejauh ini. Bong Hak menjawab dirinya dan yang
lainnya hanyalah orang-orang biasa. Orang-orang tulus yang telah termakan oleh
iblis.
Yoon Hee memutar video kaset yang di sembunyikan ayahnya.
Kaset itu berisi kejadian peristiwa kebakaran di “Rumah Kebahagian, tempat yang
di peruntukan untuk tempat bernaung bagi orang-orang malang dan tidak beruntung.
Ayah Yoon Hee sendiri yang merekam peristiwa itu secara tak sengaja, dan sekaligus
merekam siapa dalang pembakaran tersebut.
Dalangnya tak lain adalah si kejam Presdir Kim Hak Soo.
Presdir Kim Hak Soo tersenyum puas melihat komplek perumahan
yang di lalap api. Dia Bahkan tidak memperdulikan nyawa para
penghuni yang terkurung di dalam api. Teriakan minta tolong yang terdengar sama
sekali tidak menggugah hati nurani presdir Kim.
Tak cukup sampai di situ,
presdir Kim malah menyuruh anak buahnya untuk membunuh orang-orang yang selamat
dari kebakaran. Jangan biarkan tersisa satu
orang pun agar kedepannya nanti tidak menimbulkan masalah. Setelah membekar tempat itu, presdir Kim juga merampas tanah warga.
Bong Hak berusaha menahan kemarahannya saat menceritakan peristiwa itu pada Woo Jin. Baginya, presdir Kim bukanlah manusia tapi iblis. Dia tidak lebih dari orang yang hina dan licik. Itulah kenapa Bong Hak menyimpan dendam pada presdir Kim. Ia tahu tanpa bukti yang kuat dan jelas, tidak akan bisa menjebloskan presdir Kim ke dalam penjara.
Tapi di saat Woo Jin mempunyai kesempatan untuk memenjarakan
presdir Kim, Woo Jin malah melewatkan kesempatan itu karena di butakan oleh
rasa dendam untuk menangkap pembunuh Seung Hee, “Dan karenamu aku terbunuh”,
teriak Bong Hak murka.
“Aku sungguh-sungguh tidak tahu”, ucap Woo Jin menyesal
Bong Hak tersenyum sinis, “Kau dan aku sama sekali tidak di
takdirkkan untuk bertemu. Setelah besok, semua akan berakhir. Jadi jangan
campuri urusan kami lagi, jaksa Cha Woo Jin”,
ucapnya lalu beranjak pergi.
Langkah Bong Hak terhenti saat Woo Jin menyebut nama Eun Bi. Dan harapan Eun Bi yang ingin bertemu ayahnya. Wajah Bong Hak mengeras, “Bagi Eun Bi, ini seharusnya juga akhir”.
Yoon Hee tercengang setelah menonton video rekaman peristiwa
kebakaran “Rumah Kebahagian”. Tiba-tiba
dari arah belakang, dokter klinik membekap Yoon Hee dan membiusnya. Setelah
membuat Yoon Hee pingsan, dokter klinik mengambil kaset video yang dia
inginkan.
Malam hari. Eun Bi tertatih menahan
perih pada
lututnya yang terluka. Eun Bi melihat lukanya dan teringat saat Woo Jin
menempelkan pleseter pada lututunya yang terluka akiba terjatuh mengejar
Yoo Chang Seon. Kenangan itu membuat Eun Bi menangis. Bagi Eun
Bi Woo Jin tak lebih dari orang jahat yang berpura-pura baik padanya.
Eun Bi menghapus air mata yang membasahi pipinya, lalu berdiri dan
berjalan tanpa arah tujuan.
Sipir
membawa Woo Jin kembali ke dalam sel. Woo Jin berjalan tanpa alas kaki.
Woo Jin ingat ketika ia berlari tanpa alas kaki mengejar Chang Seon.
Eun Bi yang saat itu juga ikut berlari bersamanya, datang memberinya
sepatu.
Dokter
klinik datang menemui presdir Kim. Dokter tahu presdir Kim sangat
tertarik dengan terpidana hukuman mati, Kang Yoon Seong alias Jo Bong
Hak. Dokter juga tahu kalau presdir Kim mempunyai banyak mata-mata di
rutan Seobu. Tapi informasi penting yang akan ia katakan kali ini tidak
diketahui oleh mata-mata presdir Kim. Dan untuk informasi ini, dokter
meminta bayaran 10 kali lipat.
Presdir
Kim tak langsung percaya begitu saja, ia mengancam dokter jika
berbohong maka akan tahu sendiri akibatnya. Dokter tak gentar dan dengan
wajah serius kembali meminta bayaran 10 kali lipat, tidak boleh di
tawar. Ia mengatakan kalau Bong Hak berecana kabur dari penjara besok.
Presdir
Kim tertawa, "Baiklah, boleh saja. Tapi bagaimana bisa aku
mempercayaimu?. Bisa saja ini sebuah jebakan, kau pikir kau bisa
membodohiku. Buktikan dulu, agar aku bisa mempercayaimu. Dengan begitu
aku akan memberimu bayaran 10 kali lipat".
Dokter diam saja. Karena dokter klinik diam saja, maka presdir Kim beranggapan dokter seorang pembohong. Untuk meyakinkan presdir Kim, dokter menunjukan sebuah foto dan berkata foto itu ia temukan di dalam sel Kang Yoon Seong. Presdir Kim mengenali gadis yang ada di foto itu yang ternyata adalah Eun Bi.
Ia
langsung menghubungkan Eun Bi dengan Bong Hak. Sama-sama bermarga "Jo".
Dokter membenarkan pemikiran presdir Kim, Jo Eun Bi memang putri dari
Jo Bong Hak. Presdir Kim terlihat marah dan tampak percaya pada
perkataan dokter klinik.
Dokter
klinik pergi dari rumah presdir Kim dengan langkah lemas dan menyesali
apa yang telah ia katakan. Berulang kali ia meyakinkan dirinya kalau
semuanya akan baik-baik saja. Hanya
tinggal selangkah lagi makan mereka bisa menangkap presdir Kim dan
semuanya akan baik-baik saja. Tidak akan terjadi apa-apa.
Presdir
Kim kecewa dengan kerja anak buahnya. Dulu anak buah presdir Kim
mengaku telah membunuh Jo Bong Hak, nyatanya pria itu masih hidup di
dalam penjara dan memakai identitas palsu. Dan sekarang anak buah
presdir Kim tidak bisa menemukan Eun Bi. Kegagalan anak buahnya dalam
menjalankan tugas membuat presdsir Kim marah, "Sebenarnya apa yang bisa
kau lakukan?. Apa kau punya alasan untuk bertahan hidup?".
Anak
buah presdir Kim berlutut ketakutan, "Saya...saya minta maaf, presdir.
Tolong beri saya kesempatan sekali lagi. Satu kesempatan la....."
Belum
sempat anak buah presdir Kim menyelesaikan ucapannya, tiba-tiba saja
ada seseorang dengan gerakan cepat menggorok leher anak buah presdir Kim
hanya dalam hitungan detik.
Usai membunuh, dengan santainya pria paruh baya itu memberi salam pada presdir Kim, "Lama tak jumpa, presdir".
"Kemampuanmu tidak berubah. Mulai sekarang kau akan bertanggung jawab untuk hal lain".
Kini
Bong Hak telah memiliki kaset video rekaman peristiwa kebakaran "Rumah
Kebahagian". Tentunya kaset itu ia dapatkan dari dokter klinik. Bong Hak
menggengam erat kalung bola-bola kecil yang ia buat selama di dalam
penjara, "Tinggal selangkah lagi. Kau sudah lama menungguku, kan",
ucapnya pada benda itu yang sebenarnya ia tujukan pada seseorang.
Penyidik Go masuk ke dalam mobil hendak pergi ke suatu tempat. Tiba-tiba Eun Bi masuk ke dalam mobil dan berkata akan ikut kemana penyidik Go pergi.
"Kau pikir aku akan kemana?", tanya penyidik Go
"Kau mau menyelidiki kasus ayahku, kan. Jangan pikir bisa membodohiku", jawab Eun Bi jutek.
Penyidik Go berusaha untuk membujuk Eun Bi, tapi gadis keras kepala itu malah menyuruh penyidik Go untuk segera berangkat.
Woo
Jin membuka mata dan mendapati dirinya kembali mendapatkan perawatan di
ruang klinik. Ia melihat dokter yang sedang merawat narapidana, di
samping dokter ada Jo Bong Hak. Diantara rasa ngantuk yang mendera,
samar-samar Woo Jin mendengar Bong Hak yang bicara pada napi itu, "Semua
akan baik-baik saja. Sampai jumpa di luar".
Napi yang sakit tersebut lalu di bawa ke ambulance untuk dipindahkan kerumah sakit. Dokter dan Bong Hak juga ikut.
Sipir
penjara muda yang berwajah jutek membangunkan Woo Jin dengan cara
kasar. Dengan menggunakan tongkatnya ia mendorong kepala Woo Jin,
"Hei..bangun..., cepat bangun brengsek". Perlahan-lahan Woo Jin membuka
mata dan duduk di tempat tidur. Saat kesadarannya telah pulih
sepenuhnya, Woo Jin melihat tempat tidur pasein di sebelahnya yang telah
kosong.
Woo
Jin seperti mempunyai firasat yang buruk dan mencoba mencerna apa yang
telah terjadi, tapi terganggu karena sipir jutek itu menarik bajunya dan
menyuruh Woo Jin untuk segera turun dari tempat tidur.
Penyidik
Go dan Eun Bi sudah berada di rutan Seobu. Tapi mereka tidak bisa
mengunjungi Kang Yoon Seong (Jo Bong Hak). Karena menurut keterangan
petugas, hari ini Kang Yoon Seong dijadwalkan menjalani
pemeriksaan medis di rumah sakit. Mungkin sekarang ini Yoon Seong sudah
pergi. Petugas tidak bisa memberitahu dimana rumah sakitnya karena ini
adalah peraturan.
Penyidik
Go mengeluarkan tanda pengenalnya sebagai detektif dan berkata ini demi
kepentingan penyelidikan. Tapi petugas menyuruh penyidik Go untuk
kembali lagi lain kali dengan membawa surat perintah penyelidikan resmi.
Penyidik Go berkata ini sangat mendesak dan bertanya kapan Kang Yoon
Seong kembali. Petugas tetap tidak mau memberikan informasi sedikit
pun.
Sipir
muda jutek membawa Woo Jin kembali ke sel. Woo Jin tanya kemana napi
No. 264 Kang Yoon Seong (Jo Bong Hak) pergi. Sipir jutek menjawab Yoon
Seong sedang menjalani perawatan medis di luar. Woo Jin ingat perkataan
Bong Hak kemarin dan dapat menarik kesimpulan kalau Bong Hak berencana
kabur.
Woo
Jin mendengar suara di luar, suara sipir yang memanggil Bong Hak. Woo
Jin langsung berlari menuju jendela telaris besi dan berteriak
sekerasnya, "Hentikan dia!. Hentikan dia. Dia akan kabur".
Sipir
jutek menarik Woo Jin, "Apa yang kau lakukan?". Woo Jin menjawab napi
264 berencana kabur saat menjalani pemeriksaan di luar. Sipir mengerti
dan menarik Woo Jin dengan kasar, "Baiklah. Kita bicarakan hal ini di
ruang interogasi".
Woo
Jin berontak dan teriak semakin nyaring, "Hentikan dia.. Hentikan
dia... Dia akan kabur. Jo Bong Hak!. Jo Bong Hak!.. Jo Bong Hak!".
Sipir
jutek marah dan memukuli Woo Jin dengan tongkatnya. Meski begitu
teriakan Woo Jin semakin keras karena mobil ambulance yang membawa Bong
Hak perlahan meninggalkan halaman penjara.
Sementara
itu penyidik Go masih berusaha meyakinkan petugas. Eun Bi yang semula
duduk di belakang penyidik Go, tiba-tiba berdiri ketika mendengar
teriakan seseorang yang memanggil nama ayahnya. Eun Bi mencoba menerobos
masuk ke dalam penjara, tapi di larang oleh petugas. Penyidik Go yang
melihatnya segera menghampiri Eun Bi dan bertanya ada apa.
"Seseorang
meneriakan nama ayahku. Kau tidak dengar?. Seseorang meneriakan nama
ayahku. Sepertinya itu suara jaksa Cha Woo Jin. Sungguh, aku
mendengarnya dengan jelas".
Penyidik
Go yang tidak mendengar teriakan itu tentu saja tidak percaya. Tapi ia
bersikap pura-pura mengerti dan mengajak Eun Bi keluar dari sana.
Akibat
tindakan nekatnya barusan, Woo Jin mendapatkan hukuman dan di tempatkan
di sel khusus. Kedua tangannya juga di ikat agar tidak berbuat
macam-macam. Woo Jin meringkuk di lantai yang dingin merasakan rasa
sakit di tubuhnya akibat pukulan sipir jutek tadi.
Penyidik
Go mengemudikan mobilnya meninggalkan rutan Seobu. Saat berhenti di
lampu merah, ia melirik Eun Bi yang marah. Kemudian penyidik Go melihat
peta GPS yang terpasang di dashboard mobil. Garis merah lurus yang di
tampilkan pada peta itu menunjukan rute yang ia tempuh. Semula terlihat
biasa, tapi kemudian penyidik Go tertegun. Garis peta GPS itu
mengingatkannya pada sesuatu.
Ketika
lampu hijau menyala, penyidik Go segera menepikan mobilnya dan
mengamati peta itu secara seksama. Sama persis dengan peta yang ada di
ponsel Yoo Chang Seon. Tak membuang banyak waktu penyidik Go segera
menghubungi kabag Han, "Aku menemukan alamat dari ponsel Yoo Chang Seon.
Tampaknya ini ada kaitannya dengan rutan Seobu".
Kabag
Han mencoba mencocokan keduanya dan memang sama. Kabag Han berkata
garis itu berhenti di rumah sakit Seo Seong. Menurut informasi para napi
yang berasal dari rutan Seobu akan di rujuk kerumah sakit itu untuk
mendapatkan perawatan medis.
Penyidik
Go berkesimpulan Kang Yoon Seong berencana kabur. Penyidik Go
mengintruksikan kabag Han untuk meminta bantuan polisi mengepung tempat
itu. Setelah menutup telepon, penyidik Go memutar kemudinya berbalik
arah menuju rumah sakit Seo Seong.
Napi yang sakit tadi berada di ruang rawat. Sementara Bong Hak berada di ruang pemeriksaan dan tengah di periksa oleh dokter. Ada dokter klinik juga disana turut menemani. Dokter klinik melongok keluar jendela untuk melihat situasi. Akhirnya ia melihat presdir Kim datang dengan membawa banyak anak buah. Dokter klinik lalu memberi kode pada Bong Hak, memberitahu kalau presdir Kim sudah datang seperti yang mereka inginkan.
Dokter klinik keluar dari ruangan, pada sipir yang berjaga di luar dokter berkata rumah sakit ini adalah milik temannya semasa kuliah. Untuk itu ia meminta waktu sebentar mengunjungi teman kuliahnya itu yang berada di lantai atas.
Eun Bi langsung keluar dari mobil begitu sampai di rumah sakit Seo Seong. Bantuan polisi yang penyidik Go minta tidak bisa di datangkan karena tidak ada surat perintah dari pengadilan. Penyidik Go mengejar Eun Bi yang masuk ke dalam rumah sakit.
Eun
Bi memasuki setiap ruang perawatan dan melihat papan nama pasien satu
persatu mencari pasien bernama Kang Yoon Seong. Tapi tidak ada pasien
bernama kang Yoon Seong disana.
Ketika
Eun Bi keluar ruangan, ia melihat penyidik Go dan langsung bersembunyi
di bawah meja. Tak lama pasukan presdir Kim datang. Meski tidak tahu
siapa orang-orang itu, Eun Bi memilih untuk kembali bersembunyi tapi ia
sedikit mengintip untuk melihat keadaan sekitar.
Mata
Eun Bi terbelakak terkejut melihat cincin tengkorak yang dipakai salah
satu anak buah presdir Kim. Ia ingat pembunuh detektif Park juga memakai
cincin tengkorak yang sama. Badan Eun Bi gemetar ketakutan.
Anak
buah presdir Kim berpencar mencari Bong Hak. Mereka berjaga di setiap
pintu masuk dan keluar. Memeriksa setiap orang yang mereka jumpai
termaksud pasien yang terbaring di tempat tidur.
Presdir Kim juga menyuruh 2 bodyguardnya untuk berpencar mencari Bong Hak. Dokter klinik melihat presdir Kim yang sendirian tanpa ada yang melindungi. Ia meraih telpon dan menghubungi seseorang.
Datang
sekelompok pria berjas hitam yang menghalau para anak buah presdir Kim
dan membawa mereka keluar dari rumah sakit. Anak buah presdir Kim kalah
jumlah.
Saat
presdir Kim sendirian ia melihat Bong Hak berjalan menuju toilet
bersama petugas sipir. Tanpa pikir panjang presdir Kim mengikuti.
Sebelum Bong Hak masuk ke toilet, dokter klinik lebih dulu masuk ke
toilet dengan membawa kursi roda dan selang infus. Tapi presdir Kim
tidak meliihat itu.
Semula presdir Kim tidak masuk ke dalam toilet, hanya berdiri di luar pintu. Presdir
Kim menghubungi anak buahnya, tapi tidak ada satupun dari mereka yang
mengangkat telpon. Presdir Kim kesal, kemana semua anak buahnya itu, apa
mereka semua mati.
Bong
Hak sengaja mengulur waktu berlama-lama di dalam toilet. Presdir Kim
akhirnya masuk ke dalam toilet untuk memeriksa sendiri apakah benar pria
yang ia lihat tadi adalah Kang Yoon Seong/Jo Bong Hak.
Presdir
Kim memeriksa satu demi satu setiap ruang di toilet, saat itulah dokter
dan Bong Hak menyerang dan berhasil membuat presdir Kim pingsan.
Kemudian mereka mendudukan presdir Kim di kursi roda dan menutupi
wajahnya dengan selimut.
Penyidik
Go bertemu dengan sipir yang berjaga diruang perawatan. Ia bertanya,
"Apa kau dari rutan seobu?. Pria bernama Kang Yoon Seong berada di
dalam, kan?". Sebelum menjawab sipir bertanya, "Siapa kau?".
"Aku
dari kantor kejaksaan", jawab penyidik Go seraya merogoh saku jasnya,
tapi ia tidak menemukan tanda pengenalnya disana. Penyidik Go ingat, ia
meninggalkan kartu pengenalnya di Rutan Seobu.
Penyidik
Go hendak masuk ke dalam, tapi sipir melarang. Meski penyidik Go
berkata kalau Kang Yoon Seong berencana kabur, sipir itu tetap tidak
percaya dan bahkan menganggap penyidik Go sedang bergurau. Ia membawa
penyidik Go menjauh dari ruang perawatan. Ruang rawat kini tidak ada
yang menjaga.
Bong
Hak keluar dari toilet lebih dulu. Setelah itu barulah dokter klinik
keluar dengan mendorong kursi roda. Dokter klinik melalui jalan pintas
hingga sampai di ruang rawat lebih dulu. Napi yang tadi sakit ternyata
bekerjasama dengan dokter klinik.
Mereka membuat presdir Kim terlihat seperti pasien yang sakit. Setelah
itu napi yang sakit tadi menyelinap keluar menyamar dengan memakai jas
hitam.
Bong
Hak datang beberapa menit kemudian. Sipir masuk ke dalam ruang rawat
untuk memeriksa semua baik-baik saja. Dokter klinik mengajak mereka
untuk kembali ke rutan, tentunya bersama presdir Kim yang mereka
samarkan menjadi napi sakit.
Penyidik
Go akhirnya bertemu dengan Eun Bi, tapi Eun Bi langsung lari begitu
melihat penyidik Go. Bong Hak juga sempat melihat Eun Bi yang lari di
lorong rumah sakit. Eun Bi menabrak orang dan terjatuh. Penyidik Go
segera menghampiri Eun Bi dan membawanya keluar.
Saat Eun Bi terjatuh, tanpa sengaja ia menjatuhkan gelangnya. Bong Hak melihat gelang itu dan memungutnya,
Di
halaman rumah sakit, penyidik Go memarahi Eun Bi yang keras kepala dan
sangat sulit untuk di beritahu. Disana juga ada Bong Hak yang bersiap
masuk ke ambulance. Eun Bi yang tidak merasa bersalah malah balik
marah.
"Kenapa
aku tidak boleh ikut-ikut. Memangnya kenapa?. Kang Yoon Seong, orang
itu mungkin teman ayahku. Aku harus menemuinya dan bertanya bagaimana
ayahku meninggal".
Eun
Bi tak kuasa membendung tangisnya. Ia tidak percaya dan tidak ingin
percaya kenyataan bahwa ayahnya telah meninggal. Ia bahkan belum sempat
mengucapkan sesuatu pada ayahnya. Penyidik Go berusaha memenangkan Eun
Bi yang menangis.
Perlahan
ambulance yang membawa Bong Hak bergerak perlahan menjauh meninggalkan
halaman rumah sakit. Dari kaca pintu, Bong Hak hanya bisa melihat
putrinya yang menangis dengan wajah sedih.
Pria
berkacamata suruhan presdir Kim duduk di bangku halaman rumah sakit dan
mendengar apa yang Eun Bi katakan tadi. Jelas terlihat dari wajah pria
tua ini kalau dia mempunyai niat tidak baik pada Eun Bi.
Bong Hak dan dokter tiba di rutan Seobu. Sipir jutek tersenyum sinis melihat Bong Hak kembali ke penjara. Ucapan Woo Jin yang bilang kalau Bong Hak berencana kabur tidak terbukti.
Alasan
itulah yang di gunakan sipir jutek untuk memukuli Woo Jin
habis-habis'an. Ia merasa di bodohi Woo Jinc karena mengatakan hak yang
tidak masuk akal. Woo Jin tidak berdaya di pukuli seperti itu, ditambah
tangannya yang terikat semakin membuatnya lemah. Sipir jutek ini
benar-benar jahat, perkataanya juga kasar.
Tak
puas memukuli dengan tongkat pemukul, sipir jutek ini melepas ikat
pinggang, melilitkannya di tangan dan berniat memukul wajah Woo Jin
dengan benda itu. Beruntung, dokter klinik datang di saat yang tepat,
"Apa yang kau lakukan?".
Di
depan dokter klinik sekalipun, sipir jutek itu bersikap congkak dan
menyebalkan. Sipir jutek berkata untuk sementara Woo Jin di larang
mendapatkan perawatan medis. Dokter klinik tak setuju, karena menurutnya
keputusan itu tidak menjadi wewenang seorang sipir.
"Hey..
aku yang bertanggung jawab atas napi itu. Jika kau terus ikut campur,
aku akan melapor pada kepala penjara", gertak sipir jutek.
Dokter
klinik tidak takut, aporan saja. Ia tahu sebenarnya ucapan tadi hanya
gertak sambal sipir jutek yang tidak akan berani mengadu macam-macam
pada kelapa penjara, "Tentang kelakuanmu yang barusan memukuli tahanan,
kau pikir aku tidak tahu?".
Sipir jutek itu tak bisa membantah lagi saat dokter klinik berkata akan membawa Woo Jin untuk mendapatkan perawatan lanjutan.
Penyidik
Go benar-benar di buat pusing dengan sikap keras kepala Eun Bi. Tak
mudah membujuk gadis itu untuk naik mobil bersamanya. Tapi gadis itu
malah keluar dan kabur saat mobil berhenti di lampu merah. Kabag Han
bingung dan mencemaskan Eun Bi. Kemana mereka harus mencari gadis itu.
Di dalam selnya, Bong Hak menggenggam erat gelang hitam milik Eun Bi. Wajah Bong Hak berubah sedih saat mengingat Eun Bi yang menangis di halaman rumah sakit.
"Eun Bi-ah. Tunggulah sebentar lagi. Semuanya akan berakhir. Ayah akan mendatangimu", ucap Bong Hak dengan mata berkaca-kaca.
Malam
hari Eun Bi kembali berjalan tanpa arah menyusuri jalanan kota Seoul.
Eun Bi tersenyum kecil saat melihat gadis kecil bermain balon bersama
ayahnya. Gadis kecil itu kemudian masuk ke dalam mobil, dan mengulurkan
tangannya ke jendela. Merasakan angin yang melewati sela-sela jarinya.
Eun
Bi ingat saat bersama Woo Jin di dalam mobil, ia juga mengulurkan
tangannya ke luar jendela. Saat itu, Eun Bi menjuluki Woo Jin telinga
tajam, "Konon katanya seseorang yang mempunyai telinga tajam akan bertemu dengan orang yang baik. Seperti aku", ucap Eun Bi kala itu.
Kemudian
Eun Bi masuk ke mini market untuk membeli es krim rasa melon. Tapi es
krim rasa melon yang Eun Bi sukai hanya tersisa satu dan sudah di ambil
pembali lain. Eun Bi sedikit kecewa dan mengambil es krim rasa vanila.
Saat
Eun Bi ingin menuju kasir, pria berkacamata suruhan presdir Kim menepuk
bahunya dengan pelan. Pria itu bermaksud memberikan es krim rasa melon
yang ia punya pada Eun Bi.
"Putriku juga suka rasa ini", ucap pria itu tersenyum ramah.
Eun Bi tersenyum dan menerima pemberian pria itu tanpa ragu.
Dokter klinik membawa Woo Jin keruang eksekusi bawah tanah. Saat melihat tempat itu Woo Jin ingin lari, tapi keadaan tangannya yang masih terikat membuatnya tidak bisa melawan.
Woo
Jin kaget saat melihat presdir Kim ada di ruangan itu, duduk di bangku
eksekusi dalam keadaan tidak sadarkan diri. Dokter klinik menghampiri
Bong Hak yang berdiri di samping presdir Kim. Dokter klinik lalu
mengeluarkan kapas beraroma untuk membangunkan presdir Kim.
"Tempat ini adalah altar untuk membunuhmu", ucap Bong Hak penuh kebencian.
Bukannya takut presdir Kim malah tertawa, dan Woo Jin hanya bisa menyaksikan adegan ini dengan wajah tegang.
Sementara
itu, Eun Bi tampak terkesan dengan kebaikan pria berkacamata yang
memberikan es krim padanya, tanpa ia tahu bahwa sesungguhnya pria yang
baru saja ia temui tadi adalah orang jahat yang harus dijauhi. Lalu,
berhasilkah dokter klinik dan Bong Hak membalaskan dendam mereka?.
END
Komentar :
Dokter
klinik sama sekali tidak berniat mengkhianati Bong Hak. Alasan mengapa
dia mengatakan Eun Bi adalah anak Bong Hak pada presdir Kim, hanya
dengan tujuan agar presdir Kim percaya pada perkataannya dan masuk ke
dalam rencana yang telah ia susun bersama Bong Hak. Tapi dokter klinik
tidak sadar, bahwa perbuatannya itu bisa saja membuat Eun Bi berada
dalam bahaya.
Pria
berkacamata suruhan presdir Kim itu jelas pembunuh kejam, meski tidak
muda lagi tapi pria itu mampu bergerak cepat saat membunuh anak buah
presdir Kim. Wajahnya juga dingin tanpa ekspresi.
"Presdir Kim bukan manusia tapi iblis",
ucapan Bong Hak itu tidak sepenuhnya salah. Manusia macam apa yang tega
membunuh banyak orang, dan tertawa di atas penderitan orang lain.
Kekuasaan dan uang memang sering membuat manusia buta.
0 Comments
Silahkan berkomentar dengan baik, kalau ada kritik dan saran.
Download Eror, Link mati, Request download.
Jangan jadi silent reader ya..! Gomawo^^