Sinopsis The Heirs Episode 20 – 1

Sinopsis The Heirs Episode 20 – 1

Episode terakhir



Kim Tan dan Young Do berdiri di atas atap Hotel Zeus, memandang pemandangan malam kota Seoul. Suasana terasa sunyi, baik Kim Tan maupun Young Do diam merenung memikirkan permasalahan masing-masing. 
"Malam ini...dingin", ucap Young Do memecah keheningan. 
"Dingin....dan gelap", tambah Kim Tan

Hanya kata itu yang terucap menggambarkan suasana hati mereka saat ini. Lalu keduanya kembali tenggelam dalam lamunan mereka.



Keesokan harinya, Kim Tan menemui ibu Myung Soo yang berprofesi sebagai pengacara. Ibu Myung Soo heran ketika Kim Tan berniat ingin mengubah hak perwalian. Kim Tan memberitahu saat ini ayahnya sedang di rawat di rumah sakit. 

Ibu Myung Soo mengetahui secara pasti disaat situasi seperti ini, semua hak suara presdir Kim akan di limpahkan pada istri sahnya, Ny. Ji Sook, "Apakah ini pertarungan memperebutkan manajemen". 

"Aku ingin mempertahankan manajemen", jawab Kim Tan. Ibu Myung Soo bertanya pada siapa Kim Tan ingin mengalihkan hak walinya. 

"Kakak ku", jawab Kim Tan. 
Ibu Myung Soo berkomentar ia mengenal semua anggota tim hukum yang bekerja di perusahaan Jeguk (sulit bagi ibu Myung Soo melakukan hal itu, karena ia bukan bagian dari kuasa hukum Jeguk). 

Kim Tan tahu itu, karena itulah ia meminta tolong pada ibu Myung Soo, "Aku tidak bisa percaya pada tim hukum yang sekarang. Aku harus mengganti wali hukumku sebelum rapat para pemegang saham, Ibu Jo. Kumohon, jadilah pengacaraku". 
Ibu Myung Soo menghela napas panjang (tak sanggup menolak). 

Jae Hoo melaporkan saham-saham Jeguk yang saat ini dimiliki para pemegang saham. Presdsir Kim memiliki saham 13,6 %, Ny. Ji Sook 4,7% dan saudara presdir Kim memiliki saham 5,2%. Jika digabung semuanya menjadi 23,5%. 

Sementara saham Kim Tan dan Kim Won berjumlah 23,1%. Jika ditambahkan dengan 5,37% dari saham milik Jeguk Holding, maka mencapai tolal 28,5%. 
"Semuanya akan diputuskan oleh 4% oleh saham dengan nama pinjaman. 19% dimiliki oleh pemegang saham asing. Dan 25% dimiliki oleh pemegang saham dalam negeri", ucap Kim Won.

"Berapa persen dari mereka yang akan mendukungmu?", tanya Jae Hoo. 

Kim Won menghela napas berat. Langkah pertama, ia akan mengumpulkan orang-orang kepercayaan presdir Kim terlebih dahulu. 

Tanpa membuang waktu Kim Won segera melaksanakan rencananya mengumupulkan orang-orang kepercayaan presdir Kim. Ia bersama Kim Tan dan Jae Hoo menunggu di ruang meeting. Sudah lama mereka menunggu tapi tak ada satupun dari mereka yang datang. 

Kim Tan mengetuk-ngetuk jarinya ke meja dengan gelisah, "Kukira yang dipanggil adalah
orang-orang ayah. Tapi, kenapa tak ada yang datang?". 

"Sepertinya mereka memilih keuntungan daripada kesetiaan", jawab Jae Hoo.


Kim Tan terdiam dan Kim Won menunduk lesu. Namun, beberapa detik kemudian, 2 orang anggota dewan direksi datang. Kim Won tampak sedikit lega melihat kemunculan mereka sekaligus mengucapkan terima kasih telah datang. 

"Kami telah bekerja untuk presdir selama 20 tahun, tentu saja kami harus datang", sahut salah satu dari mereka. 

"Sepertinya, yang lain tidak berpikir seperti itu", ucap Kim Won terpukul. 

Diwaktu yang sama, Ny. Ji Sook juga melakukan pergerakan dengan mengumupulkan para pemegang saham. Banyak pemegang saham yang hadir, berbanding terbalik dengan yanng dialami Kim Won barusan. Pertanya Ny. Ji Sook mendapatkan banyak dukungan. Esther salah satu diantaranya.

Ny. Ji Sook mengahanturkan terima kasih untuk semua yang datang, ia berani menjamin mereka tidak akan menyesali ini, "Aku merasa sangat bersyukur karena Lee dari RS Internasional ada di sini". 

"Aku belum memutuskan akan berpihak pada siapa", ujar Esther membuyarkan senyum di wajah Ny. Ji Sook. 
Esther ingin melawan presdir Kim tapi ia belum yakin, apakah pihak yang bisa melawan presdir Kim atau tidak.

Disekolah, Eun Sang terkejut ketika Chan Young mengabarkan tentang presdir Kim yang terserang storek dan sekarang terbaring koma. Eun Sang menyadari itulah sebabnya Kim Tan belum menelponnya sejak kemarin. Eun Sang bertanya di rumah sakit mana presdir Kim dirawat. 

"Tan tidak ada di rumah sakit. Dia sedang dalam perjalanan bisnis dengan Ayahku. Mereka akan pergi dalam waktu 10 hari. Mereka harus mendapatkan  delegasi (dukungan tanda tangan pelimpahan wewangn) dari berbagai pemegang saham asing", jelas Chan Young. 
"Apa ada masalah dengan perusahaan Jeguk", tanya Eun Sang khawatir.
"Sepertinya begitu. Ayah bilang kalau ini perang, bukan perjalanan bisnis.", jawab Chan Young sembari melihat jam di pergelangan tangannya, "Mereka pasti sudah berada di dalam pesawat sekarang". 
Di dalam pesawat, Jae Hoo melihat Kim Tan yang terus berdiam diri sejak tadi dan berwajah murung. Ia bertanya apa Kim Tan gugup. 

"Sedikit", jawab Kim Tan. 
"Kau tahu alasan kenapa kau ikut dengaku, 'kan?", tanya Jae Hoo. 

"Ya. Aku adalah anak muda yang mungkin saja kehilangan ayahnya tiap saja, dan aku juga anak yang paling disayangi ayahku", jawab Kim Tan. 
Jae Hoo membenarkan, "Bisnis adalah sesuatu yang dilakukan untuk menggerakkan hati seseorang agar kontraknya ditandatangani". 

Kim Tan yang baru mengetahui seperti apa itu bisnis, bertanya-tanya bagaimana ayahnya menjalani bisnis (perang) seperti ini selama 20 tahun. Jae Hoo pun tidak mengerti bagaimana presdir Kim melalui semua ini. Ia menutup map dokumen yang ia baca dan melepaskan kacamatanya. Jae Hoo menyuruh Kim Tan tidur, besok jadwal mereka akan sibuk sekali. 
Eun Sang membaca surat yang ditinggalkan Kim Tan di dalam selipan boneka burung hantu (Boneka yang sama dengan milik Bo Na). Eun Sang tersenyum saat membacanya, 

"Maaf aku tidak bisa menghubungimu. Kau menginginkan boneka burung hantu ini, kan? . Aku membelikannya untukmu, jadi maafkan aku. Aku mungkin tidak bisa menghubungimu. Aku sedang ada di luar negeri. Aku akan membunuhmu jika kau berani selingkuh.  Sampai jumpa, aku akan sangat merindukanmu, Cha Eun Sang". 

Young Do makan malam bersama ayahnya. Young Do terlihat tidak semangat, ada beban pikiran yang menganjal dibenaknya. 

"Ayah...mungkinkah", ucap Young Do berniat menanyakan sesuatu. 

"Aku akan segera ditangkap", sela Dong Wook mengetahui apa yang ingin Young Do tanyakan, "Jadi, besok aku akan menyerahkan diri secara sukarela sebelum mereka menangkapku". 

Young Do ingin tahu apa yang sebenarnya terjadi, apa ayah akan masuk penjara. Dong Wook berhenti makan, dan minta pada putranya untuk mendengarkan baik-baik. 
"Jangan percaya pada siapapun. Hanya percaya pada Wakil Presdir jika itu ada hubungannya dengan hotel. Jika kau mau mengirimi aku pesan atau ada yang menanyakan pendapatmu. Kau harus berbicara melalui pengacaramu. Apa kau mengerti?".

Young Do mengangguk dengan wajah tegang. Tak sanggup membayangkan apa yang akan terjadi ke depannya. Apakah ia harus hidup sendirian tanpa ayah, tanpa ibu.
"Jika aku tidak bisa bebas lebih cepat, pergilah ke tempat bibimu. Jangan tinggal di rumah sendirian. Mengerti?. Dan juga jangan meninggalkan tugasmu di dapur (cuci piring) saat aku tidak ada", Dong Wook tersenyum berusaha bercanda. 
Tapi tetap saja wajah Young Do tampak tegang, takut dan mencemaskan nasib ayahnya. Dengan wajah serius Dong Wook berkata bahwa ia akan segera keluar, "Jadi, sekarang makanlah". 



Keesokan harinya, Young Do melihat tayangan berita di televisi. Berita terkini yang melaporkan tentang berita ayahnya. Tim jaksa akan menangkap Presdir Hotel Zeus, Choi Dong Wook atas tuduhan penggelapan dan manipulasi pajak.
Dalam tayangan berita itu, tampak Dong Wook yang berjalan masuk di tempat pemeriksaan dengan di ikuti para wartawan di belakangnya. Young Do yang merasa sedih dan tak sanggup melihatnya, segera mematikan televisi.
Tak lama kemudian, beberapa tim pengacara Dong Wook datang menemui Young Do. Melihat mereka, Young Do pun langsung bertanya bagaimana dengan ayah. Mereka minta Young Do untuk duduk dan tenang. Pengacara Park dan pengacara Lee tidak bisa datang, karena mereka harus ke pengadilan. 
"Apa yang terjadi?", tanya Young Do semakin cemas. 
"Apa kau tahu alasan ayahmu menyewa tujuh pengacara?. Itu artinya sudah menjadi tugas kami untuk mengurus semuanya, jadi kau tidak usah khawatir. Jalanilah kehidupanmu seperti biasanya. Pergilah ke sekolah. Hotel tetap akan beroperasi dan untuk sementara dipimpin oleh wakil presdir. Kau tak perlu mengkhawatirkan hotel". 

"Baiklah", ucap Young pelan. 

Salah satu dari mereka menyampaikan pesan dari ayah Young Do, "Ayahmu bilang aturan itu penting dan jangan berlaku curang".

Young Do terdiam dengan mata berkaca-kaca. Tampaknya Dong Wook telah memetik pelajaran dari perbuatannya. Pelajaran itu memang mahal harganya. 

Disekolahnya yang baru Moon Joon Young (mantan siswa SMA Jeguk yang pindah karena tak tahan terus di bully Young Do) tampak bahagia bersenda gurau dengan teman-temanya. Rasa takut dan trauma tersirat di wajahnya begitu melihat sosok Young Do dari belakang, yang berdiri di halaman sekolahnya. 

Teman-teman Moon Young yang heran dengan ekspresi wajah Joon Young, bertanya ada apa. 

"Choi Young Do", guman Moon Young tertegun.

"Choi Young Do?. Si penganggu itu?. Dia orangnya?. Si pewaris hotel?"

Perlahan Young Do jalan mendekat. Teman-teman Moon Young mengambil jarak merasa takut. Moon Young bertanya kenapa Young Do kemari, apa kau ingin membully-ku lagi. Young Do berkata tujuannya kemari bukan untuk menganggu Moon Young. 

"Aku datang untuk minta maaf. Maafkan aku. Aku ingin memohon maaf. Aku bersungguh-sungguh minta maaf"". 

"Aku terkejut kau tahu bagaimana cara meminta maaf. Tapi jika kau benar-benar bersalah padaku, maka kau harus menyesalinya selama sisa hidupmu", ujar Moon Young. 
"Baik, aku akan melakukannya". 
"Aku tidak akan menerima permintaan maafmu. Jangan datang menemuiku lagi", Moon Young mengajak teman-temannya pergi meninggalkan Young Do. 
Young Do terpekur diam menanggung perasaan bersalah. Setidaknya, Young Do telah menyadari kesalahannya, meski permintaan maafnya di tolak. 

Eun Sang tengah belajar, sejenak ia berhenti sebentar. Mengambil ponselnya membuka aplikasi Kakaotalk. Ia meninggalkan pesan di ruang chat dia dengan Kim Tan (ehem..nama ruang chatnya Tan Love Eun Sang). 
Sementara itu Kim Tan dan Jae Hoo sibuk menemui para pemegang saham untuk mendapatkan tanda tangan mereka unyuk meminta dukungan.
"Seoul dirimu rasanya lebih dingin dari biasanya". 

Eun Sang berhenti mengetik, saat melihat acara di televisi yang menayangkan tentang berita penangkapan ayah Young Do. 

"Barusan aku melihat ayah Young Do di berita. Bagaimana rasanya menanggung beban melihat anggota keluargamu diberitakan?. Dalam dunia yang dimimpikan banyak orang, kau, Young Do, dan anak-anak lain. Seberapa terlukanya kalian.", tulis Eun Sang lagi. 


Seperti biasa, Eun Sang datang ke sekolah pagi-pagi sekali. Di lantai halaman sekolah, ia melihat pola gambar bekas mayat. 
"Setiap pagi ketika aku yang pertama tiba di sekolah. Aku terkadang bisa melihat siapa  yang menggambar garis mayat". 
Eun Sang menoleh kesekeliling dan melihat Ye Sol yang tengah berlari, "Aku sangat terkejut. Karena pelakunya bukan hanya 1 orang". 

"Pada hari yang sama, itu ulah Senior Hyo Shin. Terkadang ulah Ye Sol. Kadang ulah Myung Soo yang selalu tampak bahagia. 
"Terkadang juga ulah Rachel". 
"Dan hari ini ulah Young Do. Saat aku mengetahui mereka yang menjadi pelakunya. Aku tidak bisa iri atau membenci mereka lagi

Eun Sang merenung duduk di bangku halaman. Ia kembali mengirim pesan untuk Kim Tan, 
"Tan-ah, dipagi hari seperti ini. Apa kau sendiri juga pernah menggambar garis bekas mayat itu?". 

Young Do memutuskan pergi ke cafe yang alamatnya tertera di kartu nama yang ia terima beberapa hari lalu. Dari jendela luar, Young Do bisa melihat wajah ibunya. Ny. Yoo melayani pelanggan dengan wajah tersenyum, tampak tenang dan bahagia. 

Young Do terpaku dengan mata berkaca-kaca. 3 tahun lamanya, ia tak pernah melihat wajah ibu yang begitu ia rindukan. 

Ketika ibunya menoleh, Young Do bersembunyi di balik tembok. Tidak memiliki keberanian untuk menemui ibunya, ataupun sekedar bertatap muka. Dalam diamnya, Young Do menangis. 

Suara Eun Sang : Meskipun itu terlalu berat, kejam, atau menyedihkan, aku berharap kau punya pilihan lain selain terluka. Kuharap kau tidak hancur karena beban itu. Aku merindukanmu, Kim Tan.

Dalam perjalanan pulang ke Korea, Kim Tan bertemu dengan pemegang saham dari Cina, Tn. Chen. Sebisa mungkin Kim Tan berusaha membujuk Tn. Chen. Tapi, pemegang saham cina ini menolaknya secara langsung.

Saat Jae Hoo berusaha membujuk, Tn. Chen semakin bersikap acuh tak acuh. Mengenakan penutup mata dan tidur. Jae Hoo menghembuskan napas kecewa. Kim Tan sakit kepala menerima penolakan. 
Setibanya di Korea Kim Tan langsung menuju rumah sakit Daehan, mengunjungi ayahnya. Kim Won berkata keadaan ayah jauh lebih baik dari sebelumnya. Pembengkakan pada otaknya sudah mulai mengecil.
Kim Won menanyakan hasil dari perjalanan mereka. Jae Hoo berkata beberapa dari pemegang saham ada yang belum memutuskan, beberapa lainya menolak untuk bergabung, "Tapi banyak juga yang bersedia menandatangani delegasi. Kontribusi Tan sangat berarti". 

"Kerja yang bagus", ucap Kim Won memuji usaha adiknya. 

Kim Tan bertanya bagaimana perkembangan kondisi di Korea. Seperti yang di perkirakan Kim Won sebelumnya, mosi untuk pemecatan ayah sudah diajukan ke dewan direksi, "Jika disetujui, maka pemilik Jeguk Grup akan berganti. Dan tuntutan hukum tak berujung akan dimulai". 

"Apapun hasilnya, aku sudah siap", kata Kim Tan
Kim Won mengajak Kim Tan kembali pulang kerumah, "Kita harus melindungi rumah selama ayah tidak ada. Ayo kita sama-sama pulang kerumah". 


Kim bersaudara kembali pulang kerumah mereka. Kim Won melirik Kim Tan yang terlihat sedih, tapi ada yang harus ia katakan, "Aku ingin kau menemui Young Do. Kalian masih berteman, 'kan?. Presdir Choi sedang dalam investigasi. Dia tidak akan bisa hadir dalam rapat pemegang saham. Mungkin, Young Do bisa memberikan hak suara ayahnya". 

Kim Tan bersedia menemui Young Do. Tapi sebaliknya, Kim Tan ingin kakaknya berjanji satu hal. Kim Won bertanya apa itu?. 

"Meskipun ayah Young Do dihukum, jangan putus kontrak kerja sama dengan Hotel Zeus", pinta Kim Tan. 

Kim Won berjanji, selama ia yang menjadi presdir akan tetap menjalin kerja sama dengan Hotel Zeus. 






Sebelum menemui Young Do, Kim Tan menemui seseorang yang sangat penting baginya. Siapa lagi kalau bukan Eun Sang. Eun Sang yang saat itu sedang mengangkat gelas kotor tertegun melihat Kim Tan berdiri di depannya. 

"Kau sudah bekerja keras, Cha Eun Sang", ucap Kim Tan lalu merentang kedua tangannya. 

Eun Sang tersenyum, berlari ke dalam pelukan Kim Tan. 
Sepasang kekasih yang saling merindukan ini, berlelukan erat tersenyum dalam damai melepaskan kerinduan mereka.  


Di dalam cafe, Eun Sang dengan antusias mengajukan banyak pertanyaan, "Ayahmu masih belum sadar?. Apakah pertemuan pemegang saham akan diadakan?. Apakah perjalanan bisnismu berhasil?". 

Semua pertanyaan Eun Sang itu, Kim Tan jawab dengan dehemen pelan tanpa memandang Eun Sang. Wajah Kim Tan juga terlihat muram. 

"Aku tidak selingkuh", ucap Eun Sang kemudian. 

Kim Tan akhirnya tertawa, "Kau baik padaku karena aku terlihat menyedihkan, Cha Eun Sang. Menyinggung soal itu bisa kau pegang tanganku?". 


Kim Tan mengulurkan tangan. Eun Sang menaruh tangannya dalam genggaman Kim Tan, menggenggamnya erat. Kim Tan berkomentar mana ada orang sekuat tenaga memegang tangan, "Jangan pakai kekuatanmu. Peganglah dengan segenap hatimu". 
"Aku punya hati yang kuat. Kenapa?. Tetaplah begini". 

Kim Tan kembali tersenyum, "Kau pasti sangat khawatir, 'kan? Maaf kah aku". 

Eun Sang menggeleng. Kim Tan berkata akan bekerja keras mengatasi semua masalah ini dengan baik, "Aku merindukanmu". 

Eun Sang tersipu, "Tetaplah kuat, Kim Tan", ujar Eun Sang memberikan semangat. 

Setelah melepas rindu dengan Eun Sang, barulah Kim Tan menemui Young Do. Ia meminta maaf karena datang kesini dengan membawa masalah pribadi, disaat Young Do juga berada dalam masalah. Ini tentang pertemuan pemegang saham. 

Young Do terdiam bingung, lalu mengerti arah pembicaraan Kim Tan, "Mosi Ayahmu sudah diajukan pada dewan oleh ketua yayasan (Ny. Ji Sook)?". 
Kim Tan membenarkan. Young Do berkata, "Punya atau tidak punya ibu sama-sama bawa masalah". 

"Bantu aku. Meski kita tidak bisa berteman, tapi suatu saat nanti aku akan melunasi hutangku padamu".
Young Do berkata Kim Tan bisa melunasi hutangnya sekarang. Amggap saja bantuan Young Do ini sebagai kompensasi atas semua hal tak pantas yang pernah ia katakan mengenai ibu Kim Tan.

Kim Tan setuju dan memberitahu Young Do tak perlu datang menghadiri rapat pemegang saham. Kirim saja melalui pengacaramu. Young Do mengangguk pelan, "Baiklah. Apakah ayahmu baik-baik saja?". 

"Khawatirkan saja dirimu", sahut Kim Tan

"Aku mencoba perhatian, brengsek". 

Kim Tan tersenyum dan mengucapkan terima kasih. Wajah Young Do berubah, tidak terbiasa mendengar ucapan terima kasih. Sembari berdiri, ia menyuruh Kim Tan pergi, "Aku harus mencuci piring". 

"Mencuci piring?", tanya Kim Tan 

Young Do terdiam sejenak, menarik napas lalu berkata, "Yang bisa kulakukan sekarang adalah....mencuci piring", ujar Young Do muram. 

Jari Young Do terluka terkena sisi pisau yang tajam saat mencuci peralatan makan. Ia hanya membersikah darah yang keluar dengan siraman air, lalu kembali mencuci sisa tumpukan piring kotor. 

Esther terkejut menerima kunjungan Jae Hoo. Ia bertanya angin apa yang membawa Jae Hoo ketempatnya. Jae Hoo datang selaku wakil presdir dari Konstruksi Jeguk. Esther yang terlihat kecewa mempersilahkan Jae Hoo duduk. 

Jae Hoo tetap berdiri dan langsung ke pokok permasalahan, "Aku ke sini untuk minta bantuanmu. Dan aku harus mendengarnya langsung darimu. Aku akan bersikap sesopan dan semenyedihkan mungkin". 

"Apa kau ke sini untuk pertemuan pemegang saham?", tebak Esther. 

Dengan nada bercanda Jae Hoo berkata semua terjadi tepat setelah  menjabat sebagai wakil predir, "Mungkin aku adalah kesialan bagi Jeguk Grup". Esther bertanya apa Jae Hoo ingin meminta simpatinya. 

"Aku akan melakukan apapun asal berhasil". 

Esther mengulum senyum, "Kau datang kesini untuk merayuku atau bisinis?". Jae Hoo tersenyum, ia senang jika bisa merayu Esther. 

Senyum di wajah Esther memudar berganti wajah murung. Ia minta berkasnya dan bersedia tanda tangan. Dengan beralasan sibuk, Esther tidak bisa menghadiri rapat itu. Jae Hoo menyodorkan berkas yang dibawanya.

"Terima kasih", ucap Jae Hoo. 

"Semoga kau sehat selalu", harap Esther menunduk sedih. 

"Kau juga", jawab Jae Hoo. 

Kim Won bertemu dengan Da Kyung. Da Kyung sadar saham yang dimiliki ayahnya sangat penting, hingga Kim Won datang menemuinya untuk meminta bantuan. Kim Won membenarkan.

"Kau tahu ucapanmu itu sepertinya terdengar kalau kau setuju untuk menikah denganku?", tanya Da Kyung. 

"Ya. Apakah kau akan datang ke pertemuan itu?". 
"Apa kau tidak apa-apa menikahi aku?', 

Kim Won terdiam, tak menjawab. 

Hari pertemuan pemegang saham tiba. Ny. Ji Sook dan pendukungnya duduk di barisan kursi sebelah kiri. Sementara di barisan sebelahan, pendukung Kim Tan dan Kim Won hanya sedikit. Kakak dan adik itu terlihat tegang. Beda halnya dengan Ny. Ji Sook yang sempat menoleh ke mereka dengan tatapan percara diri. 

Selang beberapa menit kemudian, pendukung Kim bersaudara mulai bermunculan. Pengacara yang mewakili Young Do datang, berikutnya ada pula Da Kyung. Kedatangan 2 orang ini, setidaknya bisa sedikit membuat Kim Won merasa lega. 
Pembawa acara mulai naik ke atas panggung dan memulai voting. Satu persatu hadirian yang datang, memasukan voting mereka ke dalam kotak suara. Setelah voting di kumpulkan, maka hasilnya pun langsung diumumkan. Petisi untuk memecat Ketua Kim Nam Yoon dari Jeguk Holding, 52 % suara menolak, 44 % suara menyetujui dan  4 % suara abstain. Maka, dengan ini petisi pemecatan Ketua Kim Nam Yoon, di tolak. 

Kim Won dan para pendukungnya keluar dari ruangan dengan perasaan puas. Ny. Ji Sook yang harus mengalami kekalahan tentu saja sangat kesal. Kim Tan dan Jae hoo berdiri di belakang Kim Won. Jae Hoo beranjak pergi ketika menerima telepon.

"Jangan rayakan kemenanganmu dulu. Kau mungkin mengalahkanku hari ini. Tapi perang ini baru saja dimulai", ucap Ny. Ji Sook tajam.

"Terima kasih telah memberikanku kesempatan untuk melihat siapa teman dan musuhku", sindir Kim Won balik. 
"Jangan menyombong. Kita akan segera bertemu lagi. Entah itu tahun depan atau bulan depan. Atau mungkin 2 minggu lagi. Siapa yang tahu?", Ny. Ji Sook berjalan pergi dengan angkuh. 

Jae Hoo kembali dan mengabarkan bahwa presdir Kim sudah sadar. Tim dokter segera menjadwalkan operasinya. Kim Won menghela napas lega. Ny. Ji Sook yang berada tidak jauh dari mereka, terkejut mendengarnya. Karena ia mengira (atau mungkin berharap) presdir Kim tidak akan pernah sadar dari komanya. 

Ny. Han, Kim Won dan Kim Tan menunggu diluar ruang operasi dengan gelisah. Kim Tan menggenggam tangan ibunya yang tampak sangat cemas. Setelah beberapa jam menunggu, akhirnya dokter keluar dari ruang operasi. 

Dokter berkata masih ada pembangkakan di otak yang membuatnya khawatir, tapi operasinya berjalan dengan sukses. Tinggal menunggu presdir Kim sadar.

Ny. Han menangis lega. Kim Tan memeluk ibunya, menenangkan sekaligus minta ibunya untuk berhenti menangis, "Kenapa ibu mencintai pria yang sudah menyia-nyiakan ibu?". 

Kim Won menatap Ny. Han dengan pandangan lembut. Kejadian ini membuat Kim Won menyadari bahwa Ny. Han benar-benar peduli dan mencintai ayahnya. 
Young Do pergi ke cafe tempat ibunya lagi, dan kali ini ia memberanikan diri masuk ke dalam cafe. 
"Young Do-ah", panggil Ny. Yoo dengan mata berkaca-kaca

Young Do membeku di tempatnya, menunduk tanpa berani menatap wajah ibunya, "Anyoenghaseyo", ucap Young Do lirih. 

"Apakah kau baik-baik saja?", tanya Ny. Yoo menahan tangis. 

"Tidak", jawab Young Do dalam hati. Setetes air mata mengalir di wajahnya. 
Ny. Yoo menangis. Perlahan mendekati Young Do, menghapus air mata yang membasahi wajah putranya. Ia mengamati Young Do yang kini telah tumbuh dewasa
"Kau bertambah tinggi sekarang. Putraku tampan sekali". 

"Ibu", ucap Young Do tercekat, menatap wajah ibunya.

Ny. Yoo mengangguk, "Hmm". 

"Ibu". 
Ny. Yoo memeluk anaknya, dengan terisak ia meminta maaf, "Maafkan Ibu. Karena tidak menunggumu lebih lama. Sebenarnya ibu ingin kembali menemuimu setelah itu. Maafkan ibu karena tidak bisa". 

Young Do tak kuasa berkata-kata. Menangis dan memeluk ibunya dengan erat. Pertemuan ibu dan anak yang mengharukan. 


Hyo Shin meletakan setumpuk buku dan tabnya di pangkuan Eun Sang. Ia berkata buku itu merupakan kumpulan soal terbaik yang sering ia pelajari, "Aku sudah memeriksa dan menandai pertanyaan-pertanyaan yang mungkin keluar dalam ujian. Buku-buku ini adalah hartaku". 
Eun Sang tersenyum senang, "Ah, beruntungnya aku. Terima kasih sunbae". 

"Tidak, aku yang berterima kasih. Terima kasih untuk menjadi bagian yang baik di masa SMA ku yang dingin, Cha Eun Sang". 

"Apa itu? perkataan sunbae terdengar seperti orang yang mau pergi", ucap Eun Sang heran. 
"Belajarlah yang tekun.  Aku harap kau dan Tan menjadi seperti apa yang ada di film romantis yang membosankan.". 

"Apakah sunbae benar-benar mau pergi ke suatu tempat?", tanya Eun Sang lagi. 

Hyo Shin tak menjawab, hanya tersenyum lebar. 

Esther meeting bersama para designer dan staf, untuk membahas peluncuran koleksi terbaru. Tak lama Rachel datang yang disambut senyum Esther. Setelah meeting selesai, Esther minta pendapat Rachel terkait desain terbaru yang akan diluncurkan musim depan. 
Rachel berkata, ia menyukai semua rancangan itu. Tapi Rachel heran kenapa ibunya minta pendapat dari seorang remaja. Esher memuji Rachel memiliki bakat, ia minta putrinya itu untuk melihat konsep keseluruhannya. 
"Pakaian ini semua terlihat nyaman dan hangat. Aku tidak suka kedinginan", ujar Rachel. 
Esther mendadak mengajak Rachel berlibur ke tempat yang hangat, bagaimana kalau ke Maldives. Rachel tidak mau, "Ibu dan aku pergi berbulan madu?. Tidak, terima kasih". 
"Lebih tepatnya liburan dua wanita lajang yang sudah membatalkan pertunangan mereka", kata Esther. 
Rachel bertanya kenapa ibunya memanggilnya kesini, dan tiba-tiba mengajaknya berlibur. Eshter mengetahui akhir-akhir ini Rachel sering meminum obat tidur Esther. Rachel berdalih memimum obat tidur itu pada saat ia mengalami sulit tidur, bukan untuk hal lain. Jadi ibunya jangan khawatir. 
Tapi Esther mengetahui dengan pasti apa yang dialami putrinya. Ia berencana akan menelpon Dr. Han. Esther menyuruh Rachel untuk menemui dokter Han, dan mengambil resep yang diberikan dokter itu. Rachel mengangguk setuju.


Rachel pergi kerumah sakit seperti yang diminta ibunya. Perawat jaga meminta Rache Rachel untuk menunggu sebentar. Saat hendak duduk, Rachel terkejut melihat dengan Hyo Shin yang baru keluar dari ruang psikiater. 
"Kau juga datang ke tempat ini?", tanya Hyo Shin. 

Rachel menjawab ini pertama kalinya ia datang ketempat ini. Hyo Shin mengambil tempat duduk di samping Rachel membuat gadis itu sedikit kikuk. Dengan santai Hyo Shin memberitahu bahwa ia sering datang berobat kesini. 
"Kenapa kau berobat di sini?", tanya Rachel

"Agar aku bisa hidup. Kau... apa alasanmu berobat kemari?". 

"Aku tidak bisa tidur", jawab Rachel. 
Hyo Shin mengangguk mengerti, ia berada dalam masalah sekarang. Rachel tanya apa itu. Hyo Shin mengatakan ia terus berbagi rahasia dengan Rachel, "Kita bukanlah tipe orang yang ada di drama anak SMA".  

Rachel tersenyum, "Belajarlah, kau sudah pernah gagal".

"Aku akan mengikuti wajib militer", ujar Hyo Shin 

Rachel terkejut, "Apa?". 
Hyo Shin bilang perkataanya yang tadi termaksud rahasia. Anak-anak yang belum belum mengetahuinya. Rachel tertegun dan bertanya, "Apakah ada seorang gadis yang akan menunggumu?". 
Hyo Shin mengerutkan kening sembari tersenyum geli, "Entahlah....", ucap Hyo Shin menerawang, memikirkan siapa gadis yang akan menunggunya. Wajah Rachel tampak muram mendengar Hyo Shin akan pergi. 

Kim Tan berlari ke stasiun kereta. Disana ia melihat Hyo Shin yang duduk merenung menunggun kereta datang

"Hei!. Lee Hyo Shin", panggil Kim Tan sembari jalan mendekat. 

Hyo Shin tertawa terkejut melihat kedatangan Kim Tan, "Bagaimana kau bisa tahu?. Aku tidak menyang kau akan mengetahuinya lebih cepat dari ibuku". 

(Kemungkinan besar, Rachel yang memberitahu Kim Tan. Karena dia satu-satunya orang yang mengetahui Hyo Shin akan pergi wajib militer). 
"Kenapa tiba-tiba kau melakukan ini??", Kim Tan menuntut penjelasan, "Kenapa kau masuk wajib militer. Kau bahkan belum lulus?". 

Hyo Shin menoleh ke kanan dan kekiri, takut ada yang mendengar. Lalu menenangkan Kim Tan, "Jangan membesar-besarkannya. Kita semua juga pasti akan mengikutinya suatu saat nanti". 
Tetap saja Kim Tan menilai ini adalah cara yang salah, "Apakah orangtuamu setuju?". 
"Kurasa aku takkan pernah bisa dapat persetujuan selama 19 tahun hidupku. Aku melakukannya diam-diam. Untuk memberi mereka waktu untuk berpikir. Saat ini mereka mungkin sudah menemukan surat ku". 
"Kau sudah gila!. Benar-benar!", ucap Kim Tan tidak percaya. 

"Ini adalah satu-satunya cara yang cukup kuat untuk menghentikan ibuku". 
"Hei! Kau gila ya!". 

Hyo Shin menanggapinya dengan senyuman, "Aku tidak bisa menyangkalnya". Melihat tekad Hyo Shin yang kuat, Kim Tan tidak bisa mengatakan apa-apa lagi selain mendukungnya, "Jangan sampai terluka". 

Hyo Shin mengangguk. Kim Tan memeluk Hyo Shin dan menepuk punggungnya. Hyo Shin jadi terharu. Membalas rangkulan Kim Tan. 
"Aku akan baik-baik saja", ucap Hyo Shin menenangkan sembari menepuk punggung Kim Tan.




Post a Comment

0 Comments