Eun Sang
mencoba fokus menonton film, tapi ia sama sekali tidak bisa mencerna
ucapan dari tokoh dalam film. Dengan mata terpejam Kim Tan
menterjemahkannya dalam bahasa korea.
"Dia datang untuk memastikan bahwa dia tidak mencarinya. 'Untuk mempercayaimu, Aku perlu tahu siapa kau".
"Kau tidak tidur?, tanya Eun Sang menoleh ke Kim Tan.
Kim Tan membuka mata dan menegak-kan duduknya, "Tapi dia bertemu dengan seorang gadis tadi malam. Namanya Cha Eun Sang".
Eun Sang heran, "Dari mana kau mengetahui namaku?".
"Ada
sesuatu yang dia tanyakan pada Cha Eun Sang. Apakah aku...", Kim Tan
memandang Eun Sang lekat, "Mungkinkah aku menyukaimu?".
Eun Sang
tertegun dengan pengakuan Kim Tan tersebut. Mereka menatap satu sama
lain dalam beberapa detik. "Mungkin tidak", jawab Eun Sang lirih.
"Kenapa?".
"Karena kau sudah bertunangan", jawab Eun Sang.
"Meskipun aku sudah bertunangan".
Eun Sang
terdiam cukup lama, bingung mau menjawab apa. Sampai akhirnya dia
berkata, "Ini seperti sebuah film". Kim Tan menjawab sekarang kita ada
di Hollywood, "Segala sesuatu bisa saja terjadi".
"Benarkah?", tanya Eun Sang ragu. Lalu tersadar, "Kita ada di Hollywood?".
Giliran Kim Tan yang kaget, "Apa?".
Untuk membuktikannya, Kim Tan membawa Eun Sang melihat tulisan Hollywood yang terlihat jelas meski dari kejauhan. "Ini benar-benar Hollywood!. Sangat keren. Aku melihat itu di film-film!", seru Eun Sang takjub menunjuk ke arah bukit Hollywood dari tempatnya berdiri.
"Apa yang aku katakan di bioskop lebih keren dari itu", komentar Kim Tan heran.
Eun Sang
sedikit melirik dan sengaja mengalihkan pembicaraan. "Aku selalu
berjanji bahwa aku akan melihatnya saat aku ke Amerika".
"Benda itu mungkin terlihat dekat, tapi sebenarnya jauh, bukan?", guman Eun Sang
"Benda
itu memang sudah terlihat jauh!", ujar Kim Tan, lalu terdiam menyadari
maksud perkataan gadis itu. Menatap Eun Sang, yang di tatap hanya
melirik tanpa berani menatap Kim Tan langsung.
Kim Tan
menyuruh Eun Sang pulang kerumahnya dan mandi. Ia akan mengantar karena
Eun Sang tidak bisa jalan kaki ke sana. Kali ini Eun Sang memberanikan
diri menatap Kim Tan, "Aku tidak akan pergi kesana".
Kim Tan heran, "Kenapa tidak? Aku akan mengantarmu ke sana".
Eun Sang
berterima kasih atas semua kebaikan Kim Tan, tapi ia tak ingin terus
menjadi beban dan menyusahkan. Eun Sang mengajak Kim Tan pulang agar ia
bisa mengambil kopernya. "Kita harus lewat mana?". Eun Sang menunjuk
kearah mana harus pergi.
Kim Tan diam memandangi Eun Sang. Terlihat jelas kalau ia kesal dengan perkataan Eun Sang. Kim Tan yang kesal jalan lebih dulu. Eun Sang jalan menyusul dan bisa mengetahui suasana hati pria itu.
Sesampainya
di rumah, Kim Tan hanya diam memandangi koper Eun Sang. Eun Sang
menatap Kim Tan sebentar lalu mengambil koper miliknya. Kim Tan melirik
Eun Sang yang mengangkat koper, lalu berdiri di hadapannya.
Sebelumnya
Eun Sang meminta maaf, ia tahu hal ini akan merepotkan, tapi ia
memberanikan diri bertanya apakah Kim Tan bisa mengecek lagi komentar di
akun SNS-nya. Kim Tan diam tak menjawab, menatap tajam Eun Sang.
Eun Sang
merasa tidak enak dan tahu diri, "Terima kasih untuk semuanya. Dah".
Eun Sang siap mengangkat kopernya. Dengan cepat Kim Tan mengangkat koper
itu lebih dulu dan membawanya masuk ke dalam rumah.
Di dalam rumah, Kim Tan memeriksa ponselnya dan membaca balasan dari Chan Young. Kim Tan makin kesal, karena kebetulan Chan Young ada di Amerika dan siap menjemput Eun Sang. Chan Young meninggakan nomer ponsel dan minta Eun Sang segera menghubunginya.
Eun Sang
masuk kedalam rumah dan tanya dimana kopernya. "Kopernya rusak, apa
yang terjadi?", tanya Kim Tan balik sembari memasukkan ponsel ke dalam
saku celana. Eun Sang kembali bertanya dimana kopernya. Kim Tan menjawab
di lantai atas, dikamarku.
Mungkin
Kim Tan menduga Eun Sang tak akan berani masuk ke kamarnya. Tapi diluar
dugaan Eun Sang melangkah menuju kamarnya. Kim Tan buru-buru berdiri,
jalan mendahului Eun Sang dan berkata, "Aku mau mandi. Jika kau ingin
mengambil kopermu, ambillah sendiri".
Kali ini
Kim Tan berhasil mencegah Eun Sang. Kim Tan berhenti sebentar lalu
berbalik, "Tinggallah di sini sampai temanmu atau siapapun itu
meninggalkan komentar. Jadi kau bisa pergi. Aku mau mandi dulu".
Kim Tan melangkah masuk ke kamarnya. Eun Sang diam, tak bisa lagi menolak.
Di dalam
kamar, Kim Tan menemukan foto pertunangannya dengan Rachel di atas
meja. Ada memo yang ditinggalkan Rachel tertempel di frame foto, "Aku makan siang sendirian. Ayo kita makan malam bersama".
Ponsel
Kim Tan berdering, dari Sek. Yoon Jae Hoo. Jae Hoo menyampaikan pesan
dari Presdir Kim bahwa Ayah Kim Tan memintanya untuk hadir pada pesta
keluarga dengan para pemegang saham Amerika. Besok saat makan siang di
sebuah vila perkebunan. Jae Hoo melihat jam tangannya dan yakin kalau
Kim Won, kakak Kim Tan pasti sudah ada disana sekarang.
Kim Tan
tanya apakah Kim Won tahu kalau ia akan datang. Jae Hoo menegaskan ayah
Kim Tan menginginkan dia pergi. Kim Tan ragu, "Tapi Hyung tidak ingin
aku datang?". Jae Hoo berkata jika Kim Tan ingin tahu apa yang kakaknya
pikirkan, Kim Tan harus pergi kesana dan menanyakan langsung. "Itu yang
ingin aku sampaikan. Semoga beruntung".
"Terima kasih", jawab Kim Tan lalu menutup telepon. Kim Tan menghela napas bimbang. Antara ingin pergi atau tidak.
Bukannya Jae Hoo tidak tahu bagaimana hubungan Kim Tan dan Kim Won, tapi ia hanya menyampaikan amanat presdir Kim.
Jae Hoo
berbalik pergi. Bo Na melihatnya, "Abonim (Ayah mertua)", panggil Bo Na
riang dan berlari menghampiri Jae Hoo, tersenyum manis. Jae Hoo menoleh
ke kanan dan ke kiri, takut ada yang mendengar. "Panggil aku Ahjussi!,
tegurnya, "Apa yang kau lakukan di sekolah saat liburan musim panas?".
Bo Na menjawab kedatangannya ke sekolah untuk mempersiapkan festival film pendek . "Bagaimana dengan Ayah mertua?".
Bo Na
cemberut mendengar teguran itu, lalu mengeluh Chan Young pasti sangat
bersenang-senang di Amerika. "Dia tidak meneleponku. Dia berbicara
dengan gadis Amerika. Dia selingkuh".
"Benarkah?. Anakku benar-benar kurang ajar!", ucap Jae Hoo pura-pura marah, bermaksud memihak pada Bo Na.
Tapi Bo
Na balik marah, "Bagaimana bisa ayah menyebut pacarku seperti itu?". Jae
Hoo tersenyum, "Kau harus mengawasi Chan Young!. Dia benar-benar
menyukai perempuan", godanya.
"Perempuan-perempuan
itu yang lebih dulu menyukai Chan Young!. Ayah tahu Cha Eun Sang atau
Cha Geum Sang atau siapalah. Aku tidak menyukainya! Jadi jangan bersikap
baik padanya!", ucap Bo Na sewot,
Memang hanya Bo Na yang bisa langsung tersenyum, setelah marah, "Hati-hati pulangnya, Abonim", ujar Bo Na menunduk hormat dengan anggun-nya dan berbalik pergi.
Memang hanya Bo Na yang bisa langsung tersenyum, setelah marah, "Hati-hati pulangnya, Abonim", ujar Bo Na menunduk hormat dengan anggun-nya dan berbalik pergi.
"Panggil
aku Ahujssi", seru Jae Hoo mengingatkan. Bo Na menjawab, "Ahjussi itu
Won Bin. (Yang membintangi film, 'Ahjusshi')", lalu berlari menaiki
tangga. Jae Hoo tersenyum melihat tingkah pacar anaknya yang cute itu.
Bo Na
masuk keruang klub penyiaran. Hyo Shin menyapa, "Kau datang". Disana
ada 2 gadis disana. Bo Na kesal karena 2 gadis itu tidak memberi salam
dengan formal, "Apakah kalian lupa memberi salam?", tegurnya,
"Annyeonghasimnika", ucap ke-2 siswa dalam bahasa normal. Hyo Shin senyum-senyum melihat sikap Bo Na.
"Apa ini?", tanya Bo Na melihat lunch box dimeja.
Kedua
gadis itu meminta Hyo Shin memakan lunch box yang mereka bawa. Mereka
mengaku bangun pagi-pagi untuk menyiapkan semua ini. Bo Na tersenyum
sinis mendengar kebohongan ke-2 gadis itu.
Lalu
menunjuk makanan satu persatu. "Telur gulung ini dari Cheongdamdong,
galbi jjim dari Bangbaedong. Pancake-telur dari Chongro, salad dan
makanan penutup dari Itaewon. Jadi yang mana yang kalian buat
sebenarnya?. Kalian bangun pagi untuk menyiapkan sendoknya?. Apakah
kalian tahu berapa banyak orang yang ada di tim?. Bagaimana bisa kalian
hanya membawa ini saja?"
"Ah.
Benar-benar. Jadi seharusnya aku membeli stasiun penyiaran atau sesuatu
untuknya", guman gadis baju putih kesal. "Ini hanya tim jurnalistik".
"Apa? Hanya tim jurnalistik?", seru Bo Na tidak terima.
Gadis
baju putih itu bilang ayahnya Presdir SBC. Bo Na membalas, "Ayahku
Presdir Mega Intertainment. Kau ingin tahu apa yang terjadi jika agency
Ayahku menarik semua selebriti dari SBC?".
Gadis
baju putih itu tambah kesal karena kalah telak. Temannya mengajak dia
pergi. Bo Na kesal, semua orang menjadi baik jika itu menyangkut Hyo
Shin. Bo Na mengambil makanan itu dan "Ini lebih baik", ucap Bo Na lalu
memakannya.
Bo Na tanya lunch box ini hadiah untuk apa?. Hyo Shin berkata untuk hari-ke 100 ku. Bo Na kaget, menoleh ke kanan dan ke kiri, tak siapa-siapa selain mereka berdua. "Dengan siapa?", tanya Bo Na menyelidik mengira Hyo Shin memiliki pacar rahasia.
Hyo Shin tersenyum, "100 hari sampai ujian tiba". "Kau mengejutkanku", ujar Bo Na.
Hyo Shin mengajak Bo Na duduk. Hyo Shin memberitahu produser kelas 10 mengatakan dia mau berhenti. Orang tuanya pasti sudah mengetahui dia masuk ke klub penyiaran. Bo Na berkata dia selalu takut jika menyangkul hal itu. "Tapi, Sunbae, Kau berhasil menyembunyikannya dari keluargamu selama 3 tahun".
Hyo Shin mengajak Bo Na duduk. Hyo Shin memberitahu produser kelas 10 mengatakan dia mau berhenti. Orang tuanya pasti sudah mengetahui dia masuk ke klub penyiaran. Bo Na berkata dia selalu takut jika menyangkul hal itu. "Tapi, Sunbae, Kau berhasil menyembunyikannya dari keluargamu selama 3 tahun".
Sambil
meminum vitamin Hyo Shin menjawab, "Aku tidak tahu apakah aku yang
berhasil atau malah orang tuaku yang pura-pura tidak tahu". Bo Na merasa
ini menyedihkan, ia lalu bertanya obat apa yang diminum Hyo Shin. Hyo
Shin menjawab vitamin, "Kau akan membutuhkannya nanti. Tubuhku tidak
sama lagi seperti saat berumur 18 tahun".
Hyo Shin
tersenyum lalu berdiri. Bo Na nyengir, "Oh. My God". Obat yang diminum
Hyo Shin itu benar-benar vitamin atau obat stress?.
Kim Tan turun dari kamar, berpakaian rapih. Eun Sang tanya bagaimana dengan kopernya. Kim Tan mengalihkan pembicaraan dan berkata pergi ke Hollywood-nya lain kali saja, ia harus pergi ke suatu tempat sekarang.
Eun Sang
ingin tahu apa terjadi?. Apa terjadi sesuatu?. Kim Tan minta Eun Sang
jangan pergi ke manapun dan tinggalah disini sampai ia kembali. Eun Sang
menolak, ia harus pergi karena sudah terlalu merepotkan dan menjadi
beban bagi Kim Tan.
Kim Tan
marah, "Kau selalu mengatakan itu padahal kau tidak memiliki tempat
tujuan. Jangan pernah berbicara tentang pergi lagi. Atau aku akan
menjualmu", ancam Kim Tan. Eun Sang bengong menerima ancaman seperti
itu.
"Hei guys!", tiba-tiba terdengar sapaan akrab dari lantai atas. Eun Sang dan Kim Tan menoleh, "Hey, Jay", sapa Kim Tan. Si Jay sudah keluar dari rumah sakit. Dengan mimik heboh Jay berkata, "Oh! Malaikat manisku ada di rumah ini?". Lalu meniupkan ciuman jarak jauh untuk Eun Sang. Eun Sang seperti merinding menerima tiupan itu.
Kim Tan
naik ke atas menghampiri Jay, ia ingin bilang kalau sore ini dia (Eun
Sang). Jay memang tipe orang yang suka memotong pembicaraan dan heboh
sendiri. Jay berkata tammy dan pacarnya ada disini. Mereka juga datang
ke rumah sakit. Jangan khawatir tentang hal itu! Aku yang akan
mengurusnya. Ngomong-ngomong kau mau kemana?.
Tanpa
menunggu jawaban, Jay turun ke bawah mendekati Eun Sang dan berkata,
"Apakah malaikat manisku tinggal bersamaku?". Kim Tan kesal melihat Jay
nempel-nempel gitu sama Eun Sang. Ia akhirnya mengajak Eun Sang pergi
bersamanya.
Mending ikut Kim Tan, dari pada tinggal dirumah berdua dengan bule ndak jelas macam Jay.
Kim Tan menempuh perjalanan panjang. Tampaknya mereka pergi keluar kota. Eun Sang tanya kemana Kim Tan akan pergi. Kim Tan menyuruh Eun Sang tidur saja jika lelah, perjalanan ini akan memakan waktu lama.
Kim Tan menempuh perjalanan panjang. Tampaknya mereka pergi keluar kota. Eun Sang tanya kemana Kim Tan akan pergi. Kim Tan menyuruh Eun Sang tidur saja jika lelah, perjalanan ini akan memakan waktu lama.
Sepanjang
perjalanan mereka diam, tanpa percakapan. Sesekali Eun Sang mencuri
pandang ke arah Kim Tan. Begitu pula dengan Kim Tan yang sesekali
melirik kearah Eun Sang, sambil tetap fokus menyetir.
Ny. Han
bertemu dengan teman-nya di lapangan tenis. Btw...kacamata Ny. Han unik
banget nich. Ada bulunya gitu. Hehee. Teman Ny. Han tanya kapan Presdir
Kim menceraikan istri sah-nya, Ny. Ji Suk.
Ny. Han kaget di tanyai seperti itu, "Pelankan suaramu. Apakah kamu mau umumkan kepada semua orang ? Ada banyak telinga yang mendengarkan di sini !".
Ny. Han kaget di tanyai seperti itu, "Pelankan suaramu. Apakah kamu mau umumkan kepada semua orang ? Ada banyak telinga yang mendengarkan di sini !".
Teman
Ny. Han memberi saran, " Urusan membuat gugatan yang terbaik untuk
bercerai adalah perselingkuhan. Aku mengenal beberapa photographer yang
bisa mengambil foto X-rated yang bagus. Aku akan mengubungi mereka, jadi
perintahkan mereka untuk mengukutinya". Teman Ny. Han mengirimkan nomor
ponsel itu ke handphone Ny. Han.
Tapi Ny.
Han berkata secara teknis aku adalah simpanannya. Teman Ny. Han berkata
tetap saja Ny. Han melahirkan anak Presdir Kim. Perkataan itu membuat
Ny. Han berubah pikiran, "Ah .... kau benar !. Jadi apa aku harus
menghubungi nomor ini?.
Di ruang penyimpanan wine bawah tanah, Ny. Han menelpon detektif itu meminta padanya untuk mengikuti Ny. Jung Ji Suk. Ny. Han memberi informasi siang hari Ny. Ji Suk biasanya berada di galeri Apgujeong. "Ya! Urusan. Kau tahu apa maksudnya kan. Ya, foto-foto yang seperti itu...".
Ny. Han
berbalik dan terkejut setengah mati ketika melihat punggung seseorang
yang berdiri di depannya, "Oh, tuhan!, seru Ny. Han kaget. Park Hee Nam
berbalik dengan gaya slow motion, bertemu pandang dengan majikan-nya.
Ny. Han buru-buru menutup teleponnya.
"Sudah berapa lama kau di sana?. Apakah kau menguping?", tanya Ny. Han panik.
Hee Nam menulis di notesnya, lalu menunjukkan tulisan-nya pada Ny. Han, "Aku tidak menguping. Aku hanya tidak sengaja mendengar Anda".
Ny. Han
protes, "Maksudku , Jika aku sedang menelpon, kau harus memberitahuku
jika kau ada di sana!. Ini sudah sangat jelas bahwa aku memiliki
percakapan rahasia".
Hee Nam menulis lagi, "Aku
berdiri di sini dengan notebook ku, menulis ini. Jika anda beruntung,
anda tidak akan tertangkap basah. Tapi, anda seharusnya menggunakan
telepon sekali pakai untuk membuat panggilan seperti itu".
"Telepon sekali pakai?. Hah, kenapa kau baru bilang sekarang?".
Hee Nam
ingin menulis lagi, Ny. Han mencegahnya. "Jangan menulis lagi. Jangan!.
Jangan berani menulis, "Kau tidak bertanya", ancam Ny. Han kesal. Hee
Nam pun mengurungkan niatnya menulis.
Kim Tan dan Eun Sang sampai di perkebunan Almond Harmony. Eun Sang masih tertidur saat sampai. Lalu terbangun, "Apakah kita sudah sampai?". Kim Tan menitipkan kunci mobil pada Eun Sang, "Aku akan kembali".
Kim Tan
turun dari mobil. Eun Sang tanya berapa lama Kim Tan akan di dalam. Kim
Tan tidak tahu, "Aku mungkin di tendang keluar hanya dalam waktu 5 menit
atau lebih dari itu. Berkelilinglah jika kau bosan. Tapi hati-hati
dengan 1 orang". Eun Sang tanya siapa. Kim Tan menjawab, "Orang yang
berwajah paling dingin di sini". (Kim Won kah?).
Eun Sang bingung, "Paling dingin". Kim Tan melangkah memasuki pekarangan.
Di
perkebunan almond yang luas ini lah pesta di selenggarakan. Kim Won
hadir disana sebagai tuan rumah, beramah-tamah dengan para tamu yang
datang.
Kim Tan
berhenti sejenak. Merapihkan jas dan membulat tekadnya. Meski tegang dan
gugup, Kim Tan memberanikan diri melangkah mendekati kerumunan orang
yang tengah asyik berpesta itu.
Salah satu dari yang tamu yang sedang berbicara pada Kim Won menunjuk kearah Kim Tan, "Siapa dia?".
Kim Won menoleh kearah yang ditunjuk. Senyum-nya mendadak lenyap melihat adik tirinya berdiri tak jauh dari tempatnya berada. Beda dengan Kim Tan yang tampak senang bisa bertemu lagi dengan Hyung-nya.
Kim Won menoleh kearah yang ditunjuk. Senyum-nya mendadak lenyap melihat adik tirinya berdiri tak jauh dari tempatnya berada. Beda dengan Kim Tan yang tampak senang bisa bertemu lagi dengan Hyung-nya.
Kim Won
pamit pada 2 tamunya, dan jalan mendekati Kim Tan. Kim Tan tersenyum,
"Hyung", sapanya ramah. Kim Won terus jalan melewati Kim Tan, "Ikuti
aku", ucapnya dengan nada memerintah.
Eun Sang iseng jalan-jalan di sekitar kebun almond. Ia mendengar langkah kaki dan menarik diri bersembunyi di balik pohon. Dari tempatnya berada, ia bisa melihat Kim Tan datang bersama seorang pria. Ia bisa melihat jelas wajah Kim Tan, tapi tak bisa melihat wajah dari pria yang sedang bicara dengan Kim Tan.
Kim Won
berbalik dan menatap Kim Tan dengan tatapan dingin. "Lama tidak bertemu,
Hyung", sapa Kim Tan membuka pembicaraan. Dengan dingin Kim Won
mengabaikan sapaan Kim Tan dan bertanya siapa yang memberitahu Kim Tan
untuk datang kemari, apa sekertaris Yoon?.
"Bagaimana kabarmu?", tanya Kim Tan tersenyum.
"Jadi dia menghubungi kamu?. Apakah kamu pikir kamu boleh berada di tempat seperti ini?",ucap Kim Won tajam.
"Kenapa
tidak? Kau ada di sini", jawab Kim Tan. "Aku tidak peduli apa yang kau
katakan, sekarang karena aku sudah melihatmu...".
Kim Won
memotong dengan cepat, "Inilah sebabnya kenapa anak-anak sering membuat
masalah. Bagaimana bisa kau memutuskan untuk datang hanya karena kau
ingin menemui seseorang. Kau bahkan tidak menyadari apa arti dari
kedatanganmu ini".
"Sudah 3
tahun. Aku sudah lebih tinggi", ucap Kim Tan tersenyum berharap
mendapat pujian dari kakak-nya. Tapi bukan pujian yang Kim Tan dapat
melainkan perkataan tajam yang menusuk hatinya "Itu saja?. Itu saja yang
kau dapatkan di Amerika. Kau harus berhenti. Kau sudah melewati batas
yang semestinya. Pergilah". Kim Won pergi.
Kim Tan
kehilangan kata-kata, terluka dengan ucapan tajam Kim Won tersebut. Baik
dulu ataupun sekarang perlakuan Kim Won tidak pernah berubah. Selalu
dingin dan menganggapnya tidak pernah ada.
Eun Sang
yang mendengarkan dan melihat semuanya, menatap Kim Tan iba. Nasib
mereka sama, diacuhkan oleh kakak mereka. Kim Tan menunduk, sorot
matanya memancarkan kesedihan yang mendalam.
Eun Sang
terkejut karena tiba-tiba air penyemprot perkebunan otomatis menyala.
Kim Tan terpaku di tempatnya seakan tidak menyadari air yang mulai
membasahi bajunya. Terpaan sinar matahari membuat air tampak berkilauan.
Meski
awalnya ragu, Eun Sang perlahan mendekati Kim Tan, berdiri tepat di
hadapannya. Perlahan Kim Tan mengangkat wajahnya, sedikit terkejut
dengan kemunculan Eun Sang.
"Aku tidak baik-baik saja", jawab Kim Tan jujur, tidak ingin berusaha terlihat kuat di depan gadis yang ia sukai.
"Kau bisa basah", ujar Eun Sang
"Kenapa kau menguping?", tanya Kim Tan.
"Jika kamu dalam bahaya ... aku akan menghitung 1,2,3 ....meraih tangan mu .... dan lari bersama kamu".
"Lalu
kenapa kau tidak melakukannya?. Aku berada dalam bahaya tadi. Kenapa kau
tidak menyelamatkanku?", tanya Kim Tan serius dengan mata berkaca-kaca.
Lalu pergi dengan langkah gontai, meninggalkan Eun Sang.
Sekarang
giliran Eun Sang yang terpaku di tempatnya, tak meyangka Kim Tan akan
menanggapi perkatannya dengan serius. Ia menatap punggung Kim Tan yang
menjauh.
Dalam perjalanan kembali pulang, Eun Sang terus memandangi Kim Tan yang diam saja sejak tadi. "Apa?", ucap Kim Tan akhirnya menyadari dirinya di pandangi sedemikian rupa oleh gadis di sebelahnya.
"Tidak, hanya saja suasananya begitu tenang. Apakah kau mau mendengarkan radio?".
Tanpa
menoleh, Kim Tan minta Eun Sang melupakan apa yang dia lihat tadi di
perkebunan. Eun Sang akan melakukannya sekalipun Kim Tan tidak minta,
"Lagian aku akan pergi. Eun Sang menatap ke luar jendela, "Semuanya cuma
mimpi. Mimpi musim panas yang akan hilang saat bangun tidur".
Ucapan itu membuat Kim Tan memandangi Eun Sang lama, sadar kalau gadis itu akan segera pergi. Kim Tan terus menatap Eun Sang hingga tak menyadari ada bebatuan besar di depannya. Saat Kim Tan melihatnya, jaraknya sudah dekat.
Reflek Kim Tan membanting stir ke kanan dan mengulurkan tangannya di depan bahu Eun Sang, agar gadis itu tidak terluka ataupun membentur dashboard mobil. Tabrakan berhasil di hindari tapi mobil Kim Tan kini memasuki daerah berpasir.
"Kau tidak apa-apa?", tanya Kim Tan setelah mobil berhenti dengan sendirinya.
"Ya", jawab Eun Sang syok. "Apa itu?".
"Batu longsor", jawab Kim Tan. "Hal ini sering terjadi di sini.
Kim Tan
berusaha memundurkan mobil, tapi ban mobil belakang terperosok masuk ke
dalam pasir hingga menutupi setengah dari bagian ban. Eun Sang panik,
"Apa yang terjadi. Mobilnya rusak?". Kim Tan menyuruh Eun Sang tetap di
dalam mobil, sementara ia akan berusaha, "Kita akan berada dalam
kesulitan saat matahari terbenam".
Kim Tan
keluar melihat kondisi mobil, dan melihat tangki bensin yang bocor
karena terhantuk batu. Eun Sang ketakutan berada dalam mobil sendirian,
"Bagaimana ini? Ini seperti adegan pertama dalam film horor".
(Aish..kebanyakan nonton film horor sich).
Eun Sang
menyusul keluar ketika Kim Tan sedang menelpon. Panggilan tak
tersambung karena ponsel Kim Tan tidak menerima sinyal. Eun Sang bingung
bagaimana sekarang?.
"kamu tidak bisa mengemudi, kan?", tebak Kim Tan.
Eun Sang bengong, "Apa?".
Inilah
maksud Kim Tan, karena Eun Sang tak bisa mengemudi, maka gadis itulah
yang harus mendorong, sementara Kim Tan yang menyetir. Hm...kasihan Eun
Sang, segenap tenaga Eun Sang keluarkan untuk mendorong mobil. Tapi ban
mobil tak juga keluar dari pasir.
Kim Tan
minta Eun Sang mendorong lebih keras lagi. Tapi usahanya Eun Sang
sia-sia, mobil benar-benar mogok karena kehabisan bensin. "Apa yang kita
lakukan sekarang?", guman Eun Sang kelelahan dan panik.
Kim Tan keluar dari mobil, "Kita tidak punya pilihan. Kita harus menyerah sekarang. Bawa hal yang penting dalam tas seperti paspor".
Eun Sang menepuk tasnya, "Semua sudah ada disini, tapi kenapa?".
Kim Tan
berkata kita harus mencari tempat berlindung sebelum matahari terbenam.
Itulah satu-satunya cari untuk meminta bantuan. Eun Sang kembali
menghubungkannya dengan adegan film horor yang ia tonton, "Bisakah kita
tinggal disini. Orang-orang selalu mati jika ke tempat yang salah dalam
film!. 'Texas Chainsaw Massacre.' 'Friday the Thirteenth, ' 'Scream!'
'Hello Sydney.' Apakah kau tahu?", ucap Eun Sang dengan mimik lucu.
"Jadi, kau tinggallah di sini', ujar Kim Tan lalu jalan lebih dulu.
Eun Sang teriak ketakutan, "Aku ikut! Orang yang tinggal sendirian yang akan mati!", Eun Sang lari menjajari langkah Kim Tan.
"Jadi kita sudah tau akhirnya bukan?", celetuk Kim Tan
"Setidaknya seseorang harus tetap hidup untuk season ke dua", jawab Eun Sang jalan cepat mendahului Kim Tan.
Tingkah
lucu Eun Sang itu berhasil membuat Kim Tan tersenyum. Sesekali Eun Sang
menoleh memastikan Kim Tan jalan di belakang-nya.
Eun Sang mengeluh lapar setelah mereka jalan cukup jauh. Ia tanya apa Kim Tan tahu arah jalan-nya. Kim Tan menjawab tak ada jalan lain (jalan satu arah). Tapi Eun Sang berkata bisa ini bisa saja menjadi arah yang berlawanan. Kim Tan bilang ia melihat rumah sebelumnya, dalam perjalanan kemari.
Eun Sang teringat sesuatu dan mengambil bungkusan kaca almond dari dalam tasnya, "Aku membeli ini. Aku lupa". Kim Tan tanya apa Eun Sang hanya membeli satu. Eun Sang menjawab 2. Kim Tan mengadahkan tangannya. Eun Sang bilang satu untuk ibunya. Kim Tan menarik tangan-nya dan menyidir Eun Sang sangat boros.
Eun Sang
menanggapinya dengan senyum, dan memberikan kacang almondnya pada Kim
Tan. Kim Tan sedikit jaga gengsi dengan bilang, "Ini bukanlah karena aku
ingin makan, tapi karena....sudahlah", Kim Tan menghentikan ucapannya
dan mengambil kacang almond yang ditawarkan Eun Sang.
Kim Tan
mengatakan hal yang lain, "Pria yang kau mintai bantuan...". Eun Sang
langsung menyambar dengan antusias, "Dia meninggalkan komentar?". Kim
Tan kesal, "Aku belum selesai bicara".
"Selesaikan", ucap Eun Sang.
Kim Tan
tanya apa yang Eun Sang lakukan jika teman-nya itu menghubunginya.
Pertama Eun Sang akan meminjam uang. "Kakaku mencuri semua uangku, jadi
aku tidak memiliki uang untuk tiket pesawat".
"Aku bisa meminjamkanmu uang juga", tawar Kim Tan.
Tapi Eun Sang tak mau, "Dengan ginjalku sebagai jaminannya? Aku tidak berani melakukan itu".
"Kau harus berani", ujar Kim Tan, dan Eun Sang menyahut, "Kau percaya padaku?".
Kim Tan memandangi Eun Sang lalu kembali jalan dan bilang kalau teman Eun Sang meninggalkan komentar. Eun Sang jadi semangat, "Benarkah?. Kapan?. Kenapa kau baru bilang sekarang? Pinjamkan ponselmu. Apakah kita bisa koneksi internet di sini?".
"Kita bahkan tidak mendapatkan signal. Tentu saja tidak ada internet", jawab Kim Tan.
"Apa
yang kita lakukan?", tanya Eun Sang setengah merengek. Lalu menujuk
kearah depan dengan girang, "Hah. Lihat disana". Eun Sang tersenyum. Kim
Tan bersikap datar dan jalan lebih dulu, Eun Sang sedikit merengut dan
mengikuti Kim Tan.
Kim Tan
mendatangi bengkel mobil yang terletak di dekat motel. Pemilik pompa
bensin berkata mereka tutup malam ini. Tempat lain juga tutup. Ia
menawarkan diri membooking-kan kamar untuk Kim Tan. Dan berjanji akan
menelpon mobil derek besok, pagi-pagi.
Kim Tan
menoleh ke toko Souvenir, dimana ada Eun Sang sedang melihat-lihat.
Perhatian Kim Tan jatuh pada kaos putih dengan tulisan I Love
California.
Tak ada
pilihan lain, akhirnya mereka menginap di motel yang disarankan oleh
pemilik pompa bensin. Di dalam kamar, Eun Sang berusaha membersihkan
noda yang menempel di bajunya. Tapi mana bisa hilang jika tidak di
cuci.
Tak lama
kemudian, Kim Tan masuk melemparkan satu kaos ke arah Eun Sang. Eun
Sang menangkapnya, "Apa ini?". Kim Tan berkata ia membelinya dari toko
souvenir, "Pakai. Kita tidak bisa tidur dengan baju kotor".
Dengan
cueknya, Kim Tan mulai membuka kancing kemeja-nya di hadapan Eun Sang,
membuat gadis itu terkejut dan langsung berbalik. Dengan canggung Eun
Sang berdehem, "Apakah kau ingin orang-orang berpikir bahwa kita
pacaran?".
Kim Tan
berbalik membelakangi Eun Sang, "Jangan bermimpi", ujarnya tersenyum.
Sembari tetap melepas kemeja dan memakai kaos yang baru ia beli. Eun
Sang cemberut, merasa tidak nyaman dengan atmosphere di kamar ini.
"Gantil baju dan keluarlah. Ayo kita makan sesuatu", kata Kim Tan setelah selesai memakai kaos lalu keluar kamar.
Eun Sang
menghela napas lega dan berguman, "Memalukan... Seharusnya aku
mengintip". (Hah...wahahaha. Tadi kenapa pura-pura jaim. Wkwkwkw).
Keduanya menikmati makan malam di cafe dekat motel. Menunya scrambled egg dengan
sosis dan tambahan french fries. Kim Tan berkata ini adalah yang
terbaik yang bisa mereka hidangkan, karena mereka sudah tutup. Eun Sang
tak masalah ini lebih dari cukup, terima kasih.
Eun Sang
takjub memandangi beberapa botol minuman yang terpajang di dinding bar.
"Mereka juga mempunyai alkohol". Kim Tan tanya apa Eun Sang peminum.
Dengan bercanda Eun Sang bergaya seperti peminum berat, "Apakah kamu
tidak melihat tangan ku gemetar?".
Kim Tan geli, "Kau lucu".
"Apa kau baru tahu", sahut Eun Sang se-imut mungkin.
Jawaban Eun Sang itu membuatnya semakin terlihat manis di mata Kim Tan. Eun Sang dengan lahap memakan scrambled egg-nya, sementara Kim Tan asyik memandangi wajah Eun Sang dari samping dengan mengulum senyum...(Ya ampun, oppa manis banget).
Eun Sang
kembali canggung, di pandangi lekat seperti itu. Ia berdehem dan
berkata, "Berhenti menatapku. Atau aku akan bertanya padamu pertanyaan
yang membuatmu canggung".
"Pertanyaan apa itu?", tanya Kim Tan menopang tangannya dan seakan tahu pikiran Eun Sang, ia berkata, "Seperti, siapa orang yang kulihat di perkebunan itu?, tebak Kim Tan yang di iyakan oleh Eun Sang.
"Dia orang yang paling aku sukai di dunia", jawab Kim Tan, "Ada lagi?".
Eun Sang sedikit terkejut dan penasaran, "Apa mungkin kau......sudahlah", jawab Eun Sang seakan tidak peduli.
Kim Tan berkata, "Aku tidak keberatan jika kamu menganggap aku seperti itu, tapi kamu jangan berpikir seperti itu tentang kakak-ku".
"Oh, dia kakakmu...", lalu mendekati Kim Tan menyelidik, "Jadi , kamu suka saudaramu sendiri ...".
"Hey",
bentak Kim Tan tiba-tiba membuat Eun Sang melonjak kaget dan hampir
jatuh dari kursi jika saja Kim Tan tak segera menangkapnya.
Kim Tan merangkul bahu Eun Sang, dan posisi mereka ini membuat mata keduanya bertemu, saling menatap satu sama lain. Lama...sampai Kim Tan berkata, "Bodoh". Eun Sang cemberut. "Apa?".
"Kau bisa saja terluka", ujar Kim Tan tanpa mengalihkan pandangan-nya.
"Kenapa mukamu merah?. Kau pasti punya pikiran yang kotor", goda Kim Tan.
Eun Sang
gelagapan dan ngeles, "Mukaku tidak memerah!. Itu karena aku tidak
biasa makan pancake di Amerika'. (hahaha ndak nyambung banget
jawabannya).
Kim Tan heran, "Pancake?". Eun Sang bilang dalam film-film Amerika, para tokoh makan pancake dengan sirup dan jus jeruk. Setidaknya itu terlihat sangat Amerika bagi Eun Sang. Bagi Kim Tan itu sangat kekanak-kanakan. "Aku tahu tempat pancake yang enak di Melrose Avenue. Ayo ke sana saat kita kembali ke L.A".
Eun Sang tidak suka dan kembali menghubungkannya dengan film yang ia tonton, "Ayolah. Jangan membuat janji! Orang yang membuat janji selalu mati!".
"Sudahlah. Menakutkan jika aku berpikir tentang hal-hal ini". Eun Sang menatap sosis di depannya, "Aku harus fokus pada sosis", ucap Eun Sang siap menyantap.
Kim Tan kaget melihat Eun Sang yang tiba-tiba agresif seperti itu, "Kau yang lebih menakutkan".
Setelah makan, Eun Sang kembali ke kamar. Ia membentangkan selimut bersiap tidur di sofa. Kim Tan masuk dan berkata akan tidur di tempat tidur. Eun Sang menyahut tak maalah, Aku sudah senang bisa tidur di sini.
Kim Tan
heran kenapa Eun Sang begitu optimis sekali, "Kau mengalami semua ini
karena aku". Eun Sang berkata bagaimana menjadi kesalahan Kim Tan, itu
karena batu yang jatuh. Eun Sang mengucapkan selamat malam dan
membaringkan diri di sofa. Memejamkan mata dan tidur.
Suasana menjadi senyap, "Apakah kau sudah tidur?", tanya Kim Tan. Tak ada jawaban. "Apakah kau benar-benar sudah tidur?", tanya Kim Tan lagi. Kim Tan berdiri lalu membuat suara berisik dengan mengoyang-goyangkan telepon kamar, memukul meja dan menghentak kan kursi.
Eun Sang sedikit melirik, tapi ia pura-pura mendengkur seperti orang yang terlelap. Kim Tan tau Eun Sang belum tidur, ia berdiri di depan-nya dan menendang kaki sofa "Kau tidak pintar berakting. Bangun. Aku ingin bertanya sesuatu padamu".
Kim Tan duduk di meja, "Jika kau tidak bangun.....".
Eun Sang langsung duduk tegak, "Apa?. Apa itu?". Kim Tan tanya kenapa Eun Sang ingin Jeguk Group bangkrut. Eun Sang semula bingung lalu menyadari sesuatu, "Apa kau membaca akun SNS-ku". Kim Tan balik tanya, "Kenapa? Kau login di ponselku".
"Kenapa kau melihatnya?. Log out sebelum aku marah", tuntut Eun Sang. Kim Tan penasaran kenapa Eun Sang ingin mereka bangkrut.
"Apa pedulimu", jawab Eun Sang. "Kau memiliki saham di Jeguk Group?".
Kim Tan
diam sejenak tak menjawab, "Lupakan. Perhatikan aku sampai aku tertidur.
Aku takut karena kau terus berbicara tentang film horor". Kim Tan
bangkit dan menuju tempat tidur, "Tidurlah setelah aku tertidur. Itulah
biaya kamarnya".
Eun Sang protes, "Sebagai gantinya?. Kau bilang aku mengalami ini karena kau!". Kim Tan membaringkan badan-nya ke kasur, "Itu karena batu jatuh", jawabnya mengikuti perkataan Eun Sang tadi.
"Uh. Sial", guman Eun Sang kesal. Meski begitu ia mematuhi permintaan Kim Tan.
Dengan mata terpejam Kim Tan berkata, "Lihat saja, dan jangan berpikir melakukan sesuatu padaku". (Hahaha, seharusnya Eun Sang yang bilang begitu).
"Hey. Kau bukan tipeku sama sekali!", ucap Eun Sang sewot.
Kim Tan tertawa, "Benar. Aku memerlukan waktu sebelum aku tidur", lalu berbalik membelakangi Eun Sang.
Eun Sang berkata karena itu seharusnya ia yang tidur lebih dulu. Kim Tan bilang ia punya banyak pikiran. Eun Sang menyambung "Dan aku sangat mengantuk", seraya menguap lebar.
Eun Sang berkata karena itu seharusnya ia yang tidur lebih dulu. Kim Tan bilang ia punya banyak pikiran. Eun Sang menyambung "Dan aku sangat mengantuk", seraya menguap lebar.
Kim Tan membuka mata dan tanya, kapan Eun Sang berencana kembali ke Korea setelah bertemu dengan teman-nya itu.
"Secepat mungkin", jawab Eun Sang dengan mata setengah terpejam.
"Secepat mungkin", jawab Eun Sang dengan mata setengah terpejam.
Kim Tan menghela napas, "Bagaimana jika... Aku....", ia berbalik menghadap Eun Sang dan melihat gadis itu yang sudah tidur dengan posisi duduk.
Kim Tan bangkit dari tempat tidur dan langsung berlari saat melihat badan Eun Sang yang akan limbung jatuh ke samping. Dengan cepat tangan Kim Tan terulur, menahan kepala Eun Sang yang hampir saja terantuk pegangan kursi.
Soundtrack "Love is"...mengalun mengiri adegan ini.
Kim Tan menatap dalam Eun Sang, perlahan menarik tangannya, dan membenarkan letak bantal untuk sandaran kepala gadis itu. Lalu membenarkan letak selimut dengan lembut dan duduk di meja memandangi Eun Sang yang tertidur. Lama, penuh perasaan. Sepanjang malam, mungkin.
Lanjut ke Sinopsis The Heirs Episode 3 Part 2
0 Comments
Silahkan berkomentar dengan baik, kalau ada kritik dan saran.
Download Eror, Link mati, Request download.
Jangan jadi silent reader ya..! Gomawo^^